Keping 25

1K 84 1
                                    

Siapa Dia? Aku Tak Mengenalnya 2

"Perubahan itu pasti."

***

Sepanjang pagi ini Jakarta diguyur hujan lebat, dan baru berhenti siang harinya. Langit masih murung walau sudah tak menangis lagi saat aku pergi ke rumah Refo sepulang sekolah. Tanah masih basah ketika aku menelusuri halaman kecilnya, aku berhenti di depan pintu yang setengah terbuka, perasaanku begitu lega melihat motor Refo terparkir di beranda. Suara alunan lagu 'Everglow' milik Coldplay terdengar dari dalam rumah.

Kuketuk pintu itu, tak ada jawaban. Kuketuk lagi, yang terdengar masih suara alunan musik.

"Permisi!" ujarku setengah berteriak, namun tetap nggak ada jawaban. Kuberanikan diri untuk membuka pintu itu lebih lebar. Melongok kedalam ruang tamu yang sepi. "Refo!" teriakku lagi.

Dua menit kemudian barulah batang hidungnya nampak. Dia muncul dari belakang, berusaha mengenakan jaket denimnya dengan benar. Kayaknya dia mau pergi.

"Ada perlu apa lo ke sini lagi?" selorohnya begitu melihatku.

Jantungku rasanya tercubit. Serius? Sedingin itukah dia sekarang? Tidakkah dia merindukanku sedikit pun? Tidakkah terlintas dalam pikirannya namaku walau hanya sedetik? Padahal aku di sini hampir gila memikirkan keadaannya.

"Lo mau pergi?" Aku tak menggubrisnya, malah melontarkan pertanyaan lain.

Dia beralih ke bifet besar, mencari sesuatu. "Ada urusan," jawabnya singkat.

Lalu deru kenalpot motor terdengar. Aku menoleh, dua orang datang berboncengan mengendarai motor gede merahnya. Saat mereka membuka helm aku sadar kalau yang menyetir adalah teman segeng motornya Refo, orang yang memukulku kemarin, aku baru sadar kalau dia menambah tatonya di tangan, terlihat dari ujung lengan jaketnya yang digulung. Mereka menatap lurus padaku.

Literally, aku agak marah padanya karena memukulku tanpa alasan. Lihat saja sekarang, dia dengan angkuhnya menatapku tanpa merasa bersalah sedikit pun. Aku juga laki-laki, aku nggak sepengecut itu. Aku turun dari lantai beranda dan mendekati mereka.

"Lo kemarin kan yang mukul gue?" selorohku agak nyolot. "Mau ajak Refo kemana? Tawuran lagi?" nada bicaraku terdengar songong dan sedikit menantang.

"Kenapa? Lu nggak terima gua mukul lu?" Dia membusungkan dada menantang. "Bukan urusan lu juga kali gua mau ajak Refo ngapain."

He's so annoying!

"Ini semua gara-gara lo!" ujarku sambil menunjuk pipiku yang tertempel plester. "Minta maaf lo!" Aku makin nyolot.

"Cuihh!!" Dia meludah ke tanah. Ini manusia sebelas dua belas sama Eko. Sama-sama Resek. "Nggak sudi gua!" lontarnya sambil melangkah maju. Aku pun nggak mau kalah, juga mengambil satu langkah maju. Mata kami seolah memancarkan sinar laser untuk satu sama lain. Siap berkelahi.

"Kin... masuk ke rumah!" Refo tiba-tiba muncul. "Sekarang!" Nadanya tegas seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku tak menggubrisnya, masih saling melotot. Hingga Refo menarikku, membuatku mundur beberapa langkah. Kini giliran Refo yang menghadang cowok bertato itu, matanya juga berapi-api. Sementara orang di belakang cowok itu cuma mengamati. Ngomong-ngomong Refo juga tak terlalu senang akan orang bertato ini, dia sendiri yang bilang waktu itu.

"Gue kali ini nggak bisa," ujar Refo tegas.

"Lu udah janji. Lu cabut sekarang atau lu dikeluarin dari geng," cowok itu mengancam.

"Persetan dengan geng motor sialan itu!"

Aku nggak ngerti apa yang mereka bicarakan. Tapi, cowok itu langsung tersulut, menarik kerah jaket Refo dengan keras. Sementara orang di belakangnya reflek was-was.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang