Keping 30

1K 72 1
                                    

Baper tapi Jaim

"Love is poison. A sweet poison, yes, but it will kill you all the same."
~Cersei Lannister in Game of Thrones

***

Kuketuk pintu itu untuk ketiga kalinya. Tetap nggak ada jawaban. Sekeliling juga sepi. Kurogoh ponselku. Memanggil sang tuan rumah. Satu menit nggak ada jawaban juga. Aku hubungi lagi.

"Halo, Kin." Akhirnya.

"Lo di mana, Ngab? Kok rumah lo sepi?"

"Lo udah sampai? Gue habis main basket nih. Ini lagi di jalan mau balik. Tunggu, ya."

Aku menghela nafas tertahan. "Ya udah cepet!"

"Iya. Iya."

Telepon langsung kututup.

Setelah beberapa menit berdiri di beranda. Akhirnya dia muncul juga. Dari ujung sana dia menyeringai padaku dengan menenteng bola basket. Kaus tanpa lengannya basah oleh keringat. Rambutnya acak-acakan. Peluh di keningnya menggelayut hendak menetes. Namun, wajah itu tetap berseri.

"Nggak capek apa? Nanti malem kan lo kerja," ujarku begitu dia di depanku.

Dia menghempaskan diri di undakan, lalu melepas sepatu keds-nya yang sudah usang. "Tenang. Gue nggak bakal kehabisan tenaga kok," selorohnya enteng.

"Awas aja besok tidur di kelas. Alasannya kecapekan. Gue gibeng lo!" ancamku setengah bercanda.

Dia bangkit, menenteng bola di kanan dan sepatu di tangan kirinya. "Perhatian banget sih lo?"

"Ciah! Siapa juga yang perhatian?! Gue kan mentor belajar lo. Kalau nilai lo tiba-tiba jelek, turun reputasi gue," kilahku gelagapan.

"Oh ya?" godanya menyeringai nggak percaya. Aku mendengus kesal. Dia tiba-tiba menyodorkan bolanya. "Pegangin."

"Ogah," sergahku sok ngambek.

"Lah, terus gimana gue mau bukain pintunya, Bambang? Atau, lo mau pegangin sepatu gue?"

"Dih!" Aku berseru. Kuambil juga itu bola. "Udah sana cepet bukain pintunya. Jangan deket-deket ah, bau lo!"

"Bawel lo. Kayak cewek!" gerutunya sambil melangkah ke depan pintu. Dia mengeluarkan kunci. Memasukkannya ke lubang kunci. Ceklekk! Pintu dibuka.

Aku melangkah masuk mengikutinya. Baru di ambang pintu, sesuatu berwarna putih jatuh padaku.

"Refoooo!!! Buset bau banget kaos kaki lo!"

"Hahahahaa..." Dia malah ngakak. Sial.

❄❄❄

Aku duduk di lantai, mengeluarkan buku-bukuku dari dalam tas. Kujejer di atas meja di ruang tamu. Kami akan mengerjakan tugas kelompok. Ada aku, Refo, dan Freya. Oh ya, Gatra juga bakal datang. Katanya gabut di rumah, pengen nongkrong tapi bingung mau kemana, dan dengan nggak tahu diri dia ingin gabung. Hmm... anak satu itu memang agak merepotkan. Semoga saja dia nggak ganggu kami. Tapi, aku juga senang kok dia ikut.

Refo datang sambil membawa segelas air, menaruhnya di depanku.

"Oh ya, Freya masih di galeri seni?" lontarku sambil membuka buku.

Refo menghempaskan tubuhnya ke sofa. "Tadi sih telepon, udah mau kelar katanya. Gue suruh aja Gatra jemput dia, rumahnya searah kan."

"Dasar nggak perhatian. Pacar malah suruh nebeng temen," cibirku bercanda.

"Yeee... Nggak gitu juga, Pak."

Aku mengengkat bahu. Tak lagi berkomentar. Kuambil gelas di depanku dan kuminum seteguk. Lalu mulai memperhatikan isi buku.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang