Keping 15

1.1K 71 1
                                    

Bertengkar

"Apa kalian tak capek ya bertengkar terus?"
~Winna Efendi

***

Pertama, aku berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberiku otak seencer ini. Kedua, aku berterima kasih kepada Mama dan Papa yang sudah mewariskan tampang cakep mereka kepadaku. Ketiga, aku berterima kasih kepada Pak Guru Kimia yang sudah membuat soal ulangan yang mantap dan mumpuni. Ngomong-ngomong, aku nggak tahu apa itu mumpuni, tapi aku sering mendengar kata itu di drama India yang sering di tonton Bundanya Freya.

"Mumpuni hamba, Dewa, mumpuni hamba," begitu.

Soal ucapan terima kasihku tadi, aku memang sangat bersyukur karena terlahir tampan dan genius hingga aku bisa mengerjakan soal ulangan kimia ini dengan hanya setengah jam, aku selesai dengan gaya. Hehehee...

Tapi, di balik suasana hatiku yang secerah senin pagi ini ada dua sejoli yang sedang murung. Kutengok Refo yang duduk dekat tembok ujung sana sedang memeluk permukaan meja sambil membenamkan wajahnya ke tangannya, dia cuek dengan ulangan hari ini. Dan, Freya yang duduk tepat di depanku sedang menggaruk-garukkan kepalanya dengan ujung pensil, pusing menghadapi soal.

Setelah acara double date malam minggu kemarin, Freya menghubungiku. Dia menangis. Malam itu mereka bertengkar di luar restoran seperti dugaanku. Freya kaget saat menemukan Refo dengan rokoknya, dia kesal karena Refo bilang dia sudah berhenti merokok, tak tahunya dia bohong. Freya bilang dia sebenarnya menyadari Refo belakangan ini sering berbohong, itulah yang membuatnya marah. Bukan bohong besar kayak selingkuh di belakangnya atau bohong di hari spesial mereka kalau Refo sakit dan nggak bisa datang. Justru bohong-bohong kecil yang muncul, seperti merokok kemarin.

Freya tahu apa yang dirasakan Refo, dia sedang lelah, karena itu Freya memberinya banyak perhatian. Faktanya Freya mengkhawatirkan kekasihnya, tapi Refo tak bisa seterbuka itu tentang apa yang dia rasakan pada keluarganya ke Freya. Intinya, mereka sama-sama khawatir, tapi justru kekhawatiran itulah penyebab mereka bertengkar. Freya lebih memilih memberikan banyak perhatian. Dan, anehnya Refo menganggap perhatian itu terlalu menekannya hingga ia nggak bisa menceritakan apa yang dia alami karena takut Freya akan lebih khawatir lagi.

Refo kalau diajak Freya ke distro, ya siap. Freya mau nonton di cinema baru, dia mengiyakan. Teman-temannya mau pesta gila-gilaan di diskotik, ayuk aja. Namun, entah kenapa dia mulai bosan dengan semua itu. Ditambah lagi masalah toko milik ayah kandungnya yang ditutup, dan kehadiran keluarga baru membuatnya amat stres. Dan, dia menyalurkan stresnya itu lewat rokok dan geng motor yang dibenci Freya. Ujungnya hubungan merekalah yang digoncang.

Biasanya Freya dan Refo saling melirik walau duduknya ujung di ujung bahkan saat ulangan sekalipun, tapi sekarang dingin. Hampa.

"Baiklah, waktunya sudah habis. Siap tidak siap segera kumpulkan!"

Semua siswa terlonjak mendengar ultimatum itu.

"Refo!" Pak Wito membangunkan Refo. "Ayo, kumpulkan lembar jawabanmu!"

Aku menoleh ke arah Refo, begitu juga Freya. Wajah Refo datar dan tak bertenaga, dia terseok-seok mengumpulkan ulangannya.

"Yang lain cepat kumpulkan, atau saya tinggal."

Buru-buru aku bangkit bebarengan murid-murid yang lain dan mengumpulkan lembar ulanganku.

Begitu Pak Wito keluar dari kelas, suasana menjadi riuh, saling mengeluh betapa susahnya soal ulangan kali ini. Sementara Freya menunduk, sesuram Refo hari ini.

Aku duduk di bangku sebelahnya yang kosong, pemiliknya sedang mencocokkan jawaban ulangan tadi yang padahal sudah dibawa pergi Pak Wito.

"Kalian masih ribut?" ujarku lembut.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang