Keping 19

996 83 5
                                    

Dia yang Rapuh di Tengah Hujan

"Kehilangan adalah luka."

***

Malam ini udara lembab, seolah akan terjadi badai hebat. Kulirik jam di sudut bawah monitorku, hampir pukul sebelas malam. Aku belum mengantuk, tubuhku dipenuhi gairah. Terbayang sosok Refo yang sedang mengenakan jersey basket tanpa lengan bercucuran keringat membuat otot-ototnya menjiplak memenuhi imajinasi di kepalaku, belum lagi kaki jenjangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Seksi dan menggairahkan.

Kuarahkan mouse komputerku ke salah satu video di situs dewasa yang aku buka, lalu kuklik. Suara desahan dan erangan memenuhi earphone yang menempel di telingaku. Tangan kiriku mulai menjalar memasuki celana tidurku, lalu memijat lembut di area itu. Apa yang aku pegang mulai mengeras.

Aku sudah besar, lewat masa puber. Jadi jangan terkejut dengan hal beginian. Lagian remaja mana yang nggak nonton video porno di era serba ada ini? Semua cowok melakukannya. Itu fakta.

Mataku terhipnotis oleh dua sosok pria di monitorku yang sedang bergelut di atas ranjang layaknya singa. Liar dan panas. Aku terus melakukan gerakan tanganku, hingga tiba-tiba...

Tiiiaarrrhhh!!!

Aku terlonjak kaget. Tanganku reflek melempar earphone-ku. Aku berdiri mencari dengan mataku apa yang pecah itu. Apa ada pencuri yang ingin bergabung dengan masturbasiku? Sialan! Bajingan! Mengganggu saja!

Pandanganku ke lantai marmer dekat pintu. Seketika terhenyak melihat serpihan kaca dan potongan puzzle yang berserakan, bingkai putih dari kayu itu patah. Kakiku bergetar menghampiri barang kesayanganku itu luluh lantah. Jantungku layaknya kuda pacu. Dag dig dug dag dig dug... Ini seperti adegan sinetron murahan di mana sang tokoh punya firasat jelek untuk orang yang ia sayangi. Aku menghela nafas tertahan. Pikiranku terbang ke sosok orang yang paling aku sayang, orang yang memberikan pigura ini.

Paku kecil bekas mengaitkan jam dinding itu memang sudah goyah, ini buka berarti apa-apa. Aku menguatkan diri sendiri, berusaha sepositif mungkin.

Ting ting ting... ting ting ting... ponselku berdering.

Aku kembali ke meja belajarku, lalu mematikan komputerku secara paksa. Kuangkat telepon itu.

"Halo."

"Kin?" Suara Freya putus-putus, samar, tetapi aku bisa menangkap panik di suaranya yang jarang kudengar.

Malam ini adalah malam camping siswa kelas X yang diadakan di Lembang, Freya dan Gatra sebagai panitia juga ikut. Mereka berangkat kemarin sore, naik bus yang disiapkan sekolah. Aku masih ingat wajah antusias mereka saat membahas camping ini di ulang tahun Freya minggu lalu.

"Ada apa, Fre?"

Statis. Tiba-tiba, terdengar isakan keras, lalu terdengar suara Gatra mengambil alih telepon, tegas, nggak kayak biasanya.

"Tra, ada apa?" Kekhawatiran yang menyelimutiku semakin kuat.

"Kin..." suara Gatra yang tegas dan bergetar itu membuatku takut. "Kita baru dapat kabar kalau Nyokap Refo kecelakaan."

Aku terhenyak. Gairahku hilang total.

"Beliau udah meninggal, Kin."

Deg. Waktu seakan berhenti. Kupegang kursi belajarku kuat-kuat agar nggak terjatuh. Nafasku tertahan, lalu membesar. Firasatku benar. Aku berusaha tetap sadar. "Bagaimana dengan Refo?" Pikiranku benar-benar terpusat padanya sekarang.

"Nggak apa-apa, Kin. Cuma Nyokapnya aja," ucap Gatra menenangkanku. "Beliau mengalami kecelakaan mobil, ditabrak saat menyebrang jalan. Gue sama Freya bakal secepatnya balik ke Jakarta, untung ketua OSIS bawa mobil ke sini. Tapi, mungkin kami baru sampai lewat tengah malam."

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang