#32

880 148 27
                                    

Malam senin, malam minggu
Selamat bermalam minggu chingu~




*000*



Pagi menjelang. Cahaya matahari menembus dari jendela kamar. Kedua mata Juyeon pun perlahan terbuka, dia merasa tangannya sedang digenggam.

Dia kaget setelah melihat Hyunjae tidur dengan posisi duduk di lantai, menengadahkan kepalanya di tepi kasur dan tangannya yang setia menggenggam tangan Juyeon.

Juyeon mengambil kompres yang ada di dahinya. Astaga, Juyeon tertidur pulas dan tidak tahu kalau Hyunjae tidur dengan posisi tidak nyaman seperti ini.

Hyunjae perlahan terbangun dari tidurnya, lalu matanya langsung melebar setelah melihat Juyeon yang sudah duduk diatas kasurnya.

Hyunjae tidak bisa tidur nyenyak. Dia takut Juyeon kenapa-napa karena semalaman demamnya sangat tinggi.

"Juyeon, lo udah mendingan???" tanya Hyunjae sambil memeriksa dahi Juyeon, memeriksa apakah panasnya sudah turun atau belum.

Syukurlah, dahi Juyeon sudah tidak sepanas semalam. Dia pun tersenyum lega kearah Juyeon.

"maaf ya jadi ngerepotin kakak" mendengar itu, Hyunjae menjitak dahi Juyeon hingga mata Juyeon terpejam karena kaget.

"maaf maaf, gue ngerawat lo dengan ikhlas, hargain kek?" gerutu Hyunjae dengan bibir manyun.

"m--makasih kak" ucap Juyeon takut sambil mengelus dahinya. Hyunjae pun tertawa kecil melihatnya.

"lo tunggu disini ya? Gue beliin sarapan biar lo bisa langsung minum obat"

"gue ikut"

"eh eh! Nggak usah! Lo istirahat aja, biar gue yang keluar cari sarapan!" Hyunjae menahan bahu Juyeon, menahannya untuk tidak turun dari kasurnya.

"tunggu ya? Jangan kemana-mana! Awas kalo bandel!" Juyeon tersenyum mendengarnya lalu mengangguk menurut.

Hyunjae keluar dari kamar, meninggalkan Juyeon seorang diri. Juyeon kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur. Demamnya belum turun sepenuhnya, kepalanya masih terasa pusing, helaan nafasnya pun terdengar berat.

Juyeon benci ini. Kenapa sampai sekarang dia masih belum bisa sembuh dari luka-luka masa lalunya?

-000-


Damin sudah menyiapkan sarapan, lalu Juheon juga sudah siap untuk pergi kerja.

"ayo makan dulu" ajak Damin dan Juheon mengangguk, lalu duduk di depan istrinya.

Semenjak Juyeon pergi, hubungan keduanya terus melonggar. Damin tidak banyak berbicara, bahkan tersenyum pun jarang. Wajah Damin juga terlihat murung dan tidak sehat. Dan selama itu juga, Juheon merasa tersiksa. Merasa bahwa dia sedang dihukum oleh Tuhan karena telah berbuat jahat kepada hadiah terindah yang Tuhan titipkan kepadanya.

"Damin, gimana kalo malem ini kita jalan-jalan? Kayanya kerjaanku nggak banyak hari ini"

"nggak usah, Ju. Aku capek soalnya" jawab Damin tanpa menatap matanya, dan Juheon pun mengangguk pasrah.

Juheon sudah menyelesaikan sarapannya lalu Damin langsung mengambil piringnya, membawanya ke wastafel.

Melihat dasi Juheon yang sedikit longgar, Damin pun datang untuk membenarkannya. Wajah istrinya masih sangat cantik, tapi sayang. Wajahnya tidak secerah seperti dulu, ketika keluarga kecil mereka begitu bahagia karena dikaruniai anak manis dan ganteng yang mereka beri nama Lee Juyeon.

Joki [JuJae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang