[selesai]
Lee Juyeon, joki skripsi yang naksir sama katingnya sendiri.
📌bxb! (JuJae of The Boyz)
📌slow update
📌bahasa lokal
just a simple story. nothing special about this. Just, a story.
*All pictures used in this fanfiction are fully credited...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Damin menyuguhkan tiga cangkir teh untuk menyambut kehadiran Hyunjae dan Juyeon malam ini. Dia sedikit kaget mendengar bahwa dua anaknya ini langsung kemari begitu mereka baru saja menyelesaikan pekerjaan masing-masing.
"Jadi? Kalian bela-belain kesini cuma buat minta restu mama?" Tebakan Damin yang tepat sasaran langsung membuat Juyeon dan Hyunjae kaget. Damin pun tertawa melihat ekspresi mereka berdua yang menurutnya lucu.
"Udah, jangan kaget gitu. Mama tau dari mamanya Hyunjae kok, kalian udah kesana kan? Masa mama nggak dikabarin kalo kalian kesana?" Gerutu Damin, membuat Juyeon dan Hyunjae tertawa malu.
"Mama mah ikut kalian aja. Kalo kalian beneran mau menikah dan serius untuk itu, yaudah. Lanjut aja" ucap Damin, yang sudah memperkirakan bahwa hari ini akan tiba juga.
Damin tersenyum melihat binar mata bahagia mereka berdua saat dia memberikan restu untuk pernikahan mereka.
"Ma, makasih ya. Hyunjae bener-bener nggak nyangka kalo hubungan kami berdua di-support baik oleh kalian para orang tua. Kami bahagia dan juga bersyukur" ucap Hyunjae dengan suaranya yang mulai bergemetar.
Damin menyentuh pundak Hyunjae dan mengelusnya pelan. Ini mengingatkannya pada hari dimana dia dan Juheon juga meminta restu kepada orang tua mereka untuk menikah. Terharu, takut, juga bahagia, perasaan menjadi campur aduk. Wajah terharu Hyunjae dan Juyeon saat ini benar-benar mengingatkannya akan kenangan lama itu.
"Baik Hyunjae ataupun Juyeon pasti akan memikul beban yang sama-sama berat di kehidupan kalian nantinya. Tidak ada yang lebih menderita, ataupun lebih mudah. Semua sama, semua akan merasakan hal yang sama rata" ucap Damin, membuat Hyunjae tidak dapat lagi membendung air matanya.
"Kami, orang tua memang selalu khawatir akan apapun langkah yang kalian ambil, takut kalau anak kami mengambil langkah yang salah, karena kami nggak sanggup memikirkan penderitaan kalian. Tapi kami juga sadar kalau kalian sudah dewasa, kalian bukan anak-anak lagi, keputusan kalian pun harus kami hargai"
"Kalian sudah menjalani kehidupan yang cukup panjang bersama-sama, melewati semua masa tersulit maupun tersenang kalian bersama-sama, jadi kami yakin kalian sudah saling mengenal satu sama lain dan nggak sembarangan untuk berani mengambil langkah ini. Makanya, mama percaya kalian berdua akan baik-baik saja" mendengar itu, Juyeon mengangguk sambil sedikit terisak.
"Tapi, meskipun kalian nanti sudah menikah, tolong jangan sembarangan ambil keputusan jika terjadi sesuatu. Ada orang tua kalian yang akan selalu menjadi orang tua sampai akhir hayat kami. Kami mungkin masih memiliki banyak kekurangan sebagai pasangan dan orang tua, tapi kami juga memiliki pengalaman sebagai pasangan yang sudah menikah. Setidaknya diskusikan juga dengan kami kalau ada sesuatu, siapa tau kami bisa membantu kalian untuk menyelesaikannya"
"Iya ma, Hyunjae dan Juyeon mohon dampingannya ya" pinta Hyunjae, dan Damin pun mengangguk mengiyakan.
Tangisan Hyunjae pecah ketika Damin langsung memeluknya. Benar, beban pernikahan tidak akan hanya dirasakan oleh Juyeon saja. Tanggung jawab Hyunjae kepada Juyeon pun tidak kalah beratnya. Tapi dia sudah membulatkan tekadnya untuk meneruskan ke jenjang yang lebih serius. Dia siap, dan menantikan hari dimana dia akan menemani dan mendukung Juyeon sepanjang hidupnya.