Juyeon tidur dengan pulas setelah daritadi terus meracau ketakutan. Hyunjae duduk di lantai dan melipat kedua tangannya di samping kasur, meletakkan dagu diatas lipatan tangannya. Dia memandang khawatir kearah Juyeon, dia tidak tega melihat Juyeon begini. Dia pun memegang dahi Juyeon, sangat panas ternyata.
"Juyeon, kamu tuh ngeyel banget. Udah dibilang jangan lupa jaga kesehatan, tapi kenapa kamu terlalu keras sama diri kamu sendiri?" gerutu Hyunjae sedih. Dia pun menggenggam erat tangan kanan Juyeon sambil mengusapnya pelan.
Hyunjae berdiri untuk mengompres dahi Juyeon, lalu kembali ke posisinya tadi.
"udah dibilang cerita kalo kamu lagi ngerasa sedih, takut atau tertekan. Buat apa pacaran sama aku kalo kamu nggak bisa berbagi apapun ke aku?"
Dahi Juyeon berkerut, kepalanya mulai bergerak pelan. Hyunjae pun bingung melihatnya.
"kak.... Kak Hyunjae..." gumam Juyeon tiba-tiba, sepertinya dia sedang mengigau. Hyunjae tersenyum gemas. Juyeon sepertinya suka mencari-cari keberadaannya Hyunjae, hahaha.
"hey, aku disini" bisik Hyunjae sambil mengusap punggung tangan Juyeon.
Hyunjae mengecup singkat pipi Juyeon. Baru saat inilah dia menyadari bahwa dia tidak hanya mencintai Juyeon, tapi dia sudah sangat menyayanginya. Dia sadar kalau Juyeon sangatlah berharga untuknya.
"cepet sembuh ya Juyeon?"
-000-
Juheon baru saja sampai ke rumah, dan sepertinya Damin sudah beristirahat di kamar karena lampu rumah sudah banyak yang dimatikan.
Dia duduk sejenak di sofa sambil melepas kaos kaki dan sepatunya. Pintu kamar pun terbuka, dan dia tersenyum melihat wajah istrinya.
"Damin--"
"kamu udah pulang? Jangan lupa makan ya? Aku udah makan tadi, jadi kamu langsung makan aja" ucap Damin lalu dia pun kembali menutup pintu kamar.
Juheon menghela nafasnya kasar. Semenjak Juyeon berkuliah dan pergi dari rumah, sikap Damin kepadanya jadi sangatlah dingin. Meskipun begitu, dia menerimanya karena dia merasa pantas untuk diperlakukan seperti ini.
Dia memejamkan matanya sambil menyandarkan belakang kepalanya ke sofa. Nafasnya terasa sangat berat, hari demi hari detak jantungnya mulai terasa menyakitkan.
"maafin papa Juyeon, maaf nak...." gumamnya, yang sudah menjadi rutinitas untuk menyesali setiap perbuatannya yang telah mengacaukan keluarganya ini.
Mungkin Tuhan memang sedang menghukumnya, karena tidak pernah satu haripun dia tidak mengingat semua perbuatan jahatnya kepada Juyeon di masa lalu.
Terlebih, mengingat reaksinya yang amat sangat jahat ketika mengetahui alasan Juyeon tidak bisa menjadi dokter...
-flashback on Juyeon pt.1-
Juyeon tersentak kaget ketika Juheon melempar kertas ujiannya ke lantai. Dia menatap Juyeon dengan penuh emosi, merasa sangat marah dengan nilai yang Juyeon dapatkan.
"apa-apaan ini Juyeon? Kenapa nilai biologi kamu cuma 93?! Nilai fisika kamu 90, nilai kimia kamu bahkan lebih anjlok lagi! 85? Nilai apa itu Juyeon?! Kamu pikir kamu bisa jadi dokter dengan nilai seperti itu?!!" teriak Juheon kencang. Kepala Juyeon langsung menunduk, tubuhnya gemetaran karena takut jika ayahnya sampai memukulnya lagi dengan rotan atau ikat pinggang.
"ma--maaf pa.... Juyeon sudah belajar dan berusaha semaksimal mungkin, tapi cuma segitu yang bisa Juyeon peroleh...." ucap Juyeon tanpa berani menatap kedua mata ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Joki [JuJae]
Fanfiction[selesai] Lee Juyeon, joki skripsi yang naksir sama katingnya sendiri. 📌bxb! (JuJae of The Boyz) 📌slow update 📌bahasa lokal just a simple story. nothing special about this. Just, a story. *All pictures used in this fanfiction are fully credited...