Eunwoo menghentikan langkahnya di depan gedung kantor sang ayah. Tempat dimana banyak cerita terjadi di dalam hidupnya. Mulai dari bertemu dengan Hyunjae, bertemu dengan teman-teman magang yang lain, dan tempat yang menjadi alasan kenapa dia semakin membenci ayahnya.
Ada banyak hal yang selalu menjadi pertanyaan besar di dalam dirinya semenjak dia kecil. Kenapa ayahnya tidak bisa memperlakukan dirinya sebagaimana seorang ayah memperlakukan anak mereka? Kenapa dia tidak bisa mendapatkan kasih sayang dan dukungan yang selalu diharapkan oleh semua anak-anak di dunia ini?
Bahkan, sampai saat inipun dia hanya dianggap sebagai alat investasi oleh orang tuanya. Eunwoo sangat menyayangi mereka, tapi kenapa mereka tidak bisa menyayanginya sebagai seorang anak yang merupakan darah daging mereka?
-flashback on-
"Eunwoo!" panggil Mingyu kecil. Eunwoo hanya berdeham malas.
"matematika dapet nilai berapaaa?" Mingyu langsung duduk di depan Eunwoo yang sedang tidak bersemangat.
"kamu nggak usah pamer nilai ke aku" kata Eunwoo sambil membuang muka.
Mingyu memang cukup pintar waktu SD, sebelum dia mengenal game dan pacar-pacaran wkwkwk
"harus pamer lah kalo dapet nilai seratus!" Eunwoo mendecih mendengar bagaimana Mingyu memamerkan nilainya.
Eunwoo lagi-lagi tidak berhasil untuk mendapatkan nilai minimal 60 keatas, sehingga membuatnya takut untuk pulang ke rumah.
-000-
"Cha Eunwoo. Nilai macem apa ini?" tanya ayahnya dingin. Meskipun Eunwoo takut, tapi dia bukanlah anak yang dengan mudah mau menunjukkan ketakutannya.
"Eunwoo emang nggak suka matematika" jawabnya dengan cukup berani.
"Eunwoo! Ngomong yang sopan kalo sama orang tua!" omel ibu, dan Eunwoo hanya bisa mendumel dalam hati.
"masih kecil sudah berani bantah, seperti anak yang nggak di didik kamu"
"emang" mendengar jawaban Eunwoo, kedua mata ibunya pun membulat kaget. Ibu langsung menepuk pahanya sampai membuat Eunwoo meringis kesakitan.
"Eunwoo, kamu harus inget ini. Kamu ada di dunia ini untuk meneruskan usaha papa, untuk menjaga agar usaha papa nggak jatuh ke tangan orang lain. Itu harta kita, anggep aja kalo misal mainanmu mau direbut orang lain, apa kamu rela kalo mainan yang kamu sayangi jatuh ke tangan orang lain?"
Eunwoo sudah bosan mendengar ucapan-ucapan ayahnya yang sama sekali tidak bisa dia mengerti. Dia masih cukup kecil untuk mencerna itu semua, tapi dia terus dipaksa untuk mengerti.
"kamu dengerin papa nggak, Cha Eunwoo?"
"maaf pa" jawabnya dengan menunduk. Meskipun ayahnya jarang main tangan, tapi suara dingin dan tatapan tajamnya sukses membuat Eunwoo kecil merasa takut setiap hari.
Semenjak kecil pun, Eunwoo sudah terbiasa untuk membenci ayahnya sendiri. Meskipun dia ingin menyayangi ayahnya, tapi dia tidak bisa.
-flashback off-
Eunwoo tersenyum miris mengingat masa kecilnya yang selalu kesepian dan penuh ketakutan.
"gimana rasanya, main sepeda bareng papa sendiri? Gimana juga rasanya pergi ke kebun binatang bareng papa dan mama? Gue sama sekali nggak pernah ngerasain itu" gumamnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"hmmm... Rasanya seru" Eunwoo tersentak kaget mendengar sahutan yang tiba-tiba itu. Dia langsung menoleh ke sebelahnya, lalu mendapati Juyeon yang entah sejak kapan telah berdiri di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Joki [JuJae]
Fanfiction[selesai] Lee Juyeon, joki skripsi yang naksir sama katingnya sendiri. 📌bxb! (JuJae of The Boyz) 📌slow update 📌bahasa lokal just a simple story. nothing special about this. Just, a story. *All pictures used in this fanfiction are fully credited...