25. Berpetualang Mencari Mbak Kunti

32.5K 3.6K 146
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Disini saya ingin menyampaikan, bahwa COLD GUS diganti menjadi COLD & SENGKLEK GUS.

Bukannya apa, aku ganti karena karakter Fatih makin kesini makin gimana gitu. Awalnya doang yang dingin kek es. Tapi sekarang, sifatnya Fathan nurun dah.

Dan yang minta Doble up nih aku update

Happy Reading

***

Fatih menatap dirinya dari pantulan cermin full body miliknya dengan senyuman yang terus merekah. Sudah tahulah alasannya apa. Lelaki itu masih belum melunturkan senyumnya sedari bangun tidur.

Sedangkan Zi? Wanita itu terduduk di kasur dengan kaki selonjoran. Dia juga bermain dengan boneka Hello Kitty Fatih. Itu lho, si Pinkey sama si Pinky.

Zi ingin mengumpat, tapi dosa. Apalagi yang ingin ia umpati itu suaminya sendiri. Lihatlah, gara-gara Fatih, dia sampai susah berjalan. Sedangkan sang pelaku, malah tersenyum lebar seperti tak ada apa-apa.

"Jahat banget majikan kalian. Masa gue dibikin susah jalan kek gini. Bener bener emang." Gerutunya pada kedua boneka itu.

Fatih yang samar-samar mendengar gerutuan Zi, mendekat ke kasur.

"Apa lihat-lihat?" Sewot Zi saat Fatih menatapnya.

Fatih terkekeh melihat raut wajah kesal sang istri. "Sensi amat, Bu." Ucapnya sembari duduk di samping Zi.

"Gara-gara Gus nih, saya jadi susah jalan." Protes Zi pada Fatih yang tengah sibuk memainkan rambutnya.

"Ya maaf." Jawabnya. "Maklum ajalah, kan terlalu semangat." Lanjutnya.

Zi melongo mendengar jawaban Fatih yang terlalu jujur.

"Ish, jangan digituin." Ucap Zi menjauhkan wajah Fatih dari lehernya. Bukannya apa, hanya saja dia merasa merinding saat hembusan nafas Fatin yang berada di lehernya.

"Jangan panggil saya Gus, dong."

"Terus apa? Mas aja ya?" Fatih mengangguk setuju.

"Tapi sekarang juga jangan pake saya, pake aku-kamu aja." Fatih lagi-lagi mengangguk.

Hening. Kedua orang itu saling memejamkan matanya. Terutama Fatih yang nyaman dengan elusan lembut Zi di kepalanya.

Tiba-tiba, Fatih teringat sesuatu. Ia mendongak menatap wajah cantik Zi dari bawah. "Zi."

"Kenapa?"

"Abi punya rumah pohon, letaknya di kebun keluarga. Nanti malam kesana mau gak?"

Sontak, Zi membuka matanya. "Rumah pohon? Kebun?"

"Iya, rumah pohonnya ada di kebun. Mau kesana gak?" Ajak Fatih.

Zi mengangguk antusias. Dia juga mempunyai rencana, atau lebih tepatnya berpetualang.

"Mau, mau. Sekalian mau berpetualang."

Kening Fatih mengerut. "Berpetualang."

"Iya, berpetualang. Kan kata Mas rumah pohonnya ada di kebun, nah otomatis kebunnya banyak pohon-pohon, kan?"

Fatih mengangguk setuju. "Terus?

"Penasaran aja, pengen ketemu sama mbak Kunti. Kali aja waktu kita kesana, terus ketemu sama mbak Kunti. Kan mbak Kunti biasanya nongki di pohon-pohon gitu."

Fatih terdiam. Jika dipikir-pikir, ada benarnya juga dengan usulan sesat Zi. Dari dulu dia juga penasaran dengan bentuk mbak Kunti itu gimana.

"Boleh juga usulan sesat kamu. Si Tata juga biasanya suka ketawa-ketawi kayak mbak Kunti." Jawab Fatih.

"Oke, berarti nanti malam kita berpetualang mencari mbak Kunti."

.

.

.

"Awsh, pelan-pelan Mas. Sakit ini."

"Ini udah pelan, Zi."

"Akh, ssh...astatang sakit banget, perih!"

"Jangan berisik, Zi. Nanti kedengaran."

"Ya situ, kasar banget. Udah belum? Lama amat."

"Iya, iya, sedikit lagi selesai."

"Kapan selesainya?"

"Ini bentar lagi selesai, Alhamdulillah."

Keduanya sama-sama menghembuskan nafas lega saat plester sudah menutupi luka yang ada di dahi Zi. Iya, plester. Jangan mikir yang aneh-aneh.

Tadi, Zi tidak sengaja terbentuk sudut meja sampai berdarah. Padahal niatnya mau ngagetin Fatih, eh malah dia yang kena karma.

"Mas kasar banget. Niat ngobatin apa enggak sih? Pake di teken pula lukanya."

"Ya, Mas kan ngeri lihat darah gitu. Salah sendiri sih, mau ngejahilin suami, kena karma kan." Balas Fatih.

Zi mengerucutkan bibirnya kesal dan bersedekap dada sambil membuang pandangannya tak mau menatap Fatih.

"Udah, jangan ngambek. Habis ini kita berangkat."

Zi langsung melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. Jika jam segini, pasti orang-orang rumah sudah tidur.

"Ayolah, berangkat."

Fatih mengangguk dan mengambil tas ransel yang berisi keperluan mereka. Sebenarnya barangnya hanya sedikit. Barangnya seperti HP, power bank, dua senter, tali, korek, berbagai macam petasan dan aneka jenis cemilan.

"Bismillahirrahmanirrahim. Berpetualang Mencari Mbak Kunti, dimulai." Ucap Fatih dan Zi kompak.

Fatih menggandeng tangan Zi keluar dan berjalan mengendap-endap. Mereka membuka kunci pintu dan langsung keluar tanpa ada yang tahu.

Tapi, sepertinya Fatih dan Zi salah. Buktinya ada sepasang suami-istri melihat mereka yang cosplay jadi maling. Siapa lagi kalau bukan Fathan dan Aisy. Kedua insan itu menikmati angin malam dari balkon kamar dengan Fathan yang memeluk Aisy dari belakang.

"Mereka mau kemana?" Tanya Aisy bingung.

Fathan mengangkat bahunya acuh. "Biarkan saja. Palingan juga lagi pacaran, tapi beda cara." Jawab Fathan ngawur.

Aisy geleng-geleng kepala. "Ada-ada saja mereka."

Fathan mencium pipi Aisy. "Namanya juga anak muda."

"Kasihan Zi, Mas. Besok kan masuk. Nanti kalau kecapekan gimana?"

"Biarin aja, yank. Gak usah pedulian mereka." Rengek Fathan.

"Mereka kan anak-anak kita, masa gak di pedulian, sih." Jawab Aisy menatap Fathan jengkel.

Fathan tak menjawab. Dia lebih memilih untuk menyandarkan kepalanya di bahu Aisy dan menghirup rakus aroma tubuh yang menjadi candunya.

"Tidur, yuk. Udah larut malam. Kamu juga ngantuk gitu." Ucap Fathan melihat Aisy yang menguap.

"Ayo."

Fathan menggendong Aisy masuk ke kamar. Walaupun umur mereka sudah tak lagi muda, tapi keromantisan dan cinta mereka tidak berkurang.

.

.

.

TBC.

Petualangan Fatih dan Zi part dua di next chapter.

Terimakasih

Wassalamu'alaikum

COLD & SENGKLEK GUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang