06. Fatih berulah

39.9K 4.5K 90
                                    

Fatih tengah bersiap-siap untuk berangkat ke Masjid Pesantren. Tidak seperti biasanya, sedari tadi pria itu memilih baju mana yang akan ia pakai. Padahal ini adalah hari seperti biasa dan tidak ada spesialnya sama sekali. Entah mengapa Fatih ingin tampil rapih didepan Zi.

Berbicara soal Zi, Fatih jadi ingat dengan ucapan yang lebih tepatnya ejekan oleh gadis itu. Meskipun biasanya orang mencibir karena ia selalu menampilkan wajah datar, tapi entah mengapa saat Zi yang mengatakan itu Fatih tidak rela dan sakit hati. Padahal yang dikatakan Zi memang benar adanya.

Setelah dirasa siap, Fatih segera turun dari keluar menuju Masjid. Di Masjid hanya sedikit yang datang karena Adzan masih belum berkumandang. Fatih segera berwudhu dan bertepatan saat itu pula, ia berpapasan dengan Zi. Fatih menatap Zi menyeringai membuat gadis itu bergidik ngeri dan segera pergi dari hadapan Fatih.

Fatih yang melihat itu terkekeh pelan membuat orang yang disana terkagum. Ini pertama kalinya mereka melihat seorang Gus Fatih yang dingin tertawa. Sadar akan menjadi perhatian, Fatih kembali mendatarkan ekspresinya. Segera ia berwudhu.

Setelah itu Fatih masuk ke Masjid dengan rambut yang basah, membuat kadar ketampanannya semakin bertambah. Kaum hawa yang melihat itu menjerit tertahan, kecuali Zi tentunya. Gadis itu bahkan bergidik ngeri saat mengingat seringai yang Fatih perlihatkan tadi.

"Nikmat mana yang kau dustakan." Ucap Eca yang melihat Fatih.

"Iya. Gantengnya Masyaallah." Sahut Ica.

Zi memutar bola matanya malas. Entah mengapa kedua temannya itu bisa terpana dengan Fatih.

'ganteng bukan serem iya.' batin Zi.

Allahu Akbar Allahu Akbar

Suara Adzan yang begitu membuat Zi segera membuyarkan lamunannya. Gadis itu memejamkan matanya, menikmati Adzan yang terdengar begitu merdunya. Suara yang mampu membuatnya tenang. Zi mendengarkan Adzan dengan seksama.

Allahu Akbar Allahu Akbar

Asyhadu allaa illaaha illallaah

Asyhadu allaa illaaha illallaah

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah

Hayya 'alashshalaah

Hayya 'alashshalaah

Hayya 'alalfalaah

Hayya 'alalfalaah

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

La Ilaha Illallah

Begitu Adzan selesai, Zi membuka matanya. Zi tidak menyangka suara Fatih bisa semerdu itu karena biasanya suara Fatih terkesan tegas dan dingin. Berbeda dengan waktu mengumandangkan Adzan yang terdengar lembut, namun tidak menghilangkan suara beratnya.

'Ga nyangka gue kalo tuh tembok suaranya semerdu ini. Adalah poin plus buat dia sedikit.' Batin Zi.

.

.

.

Pagi hari Zi dengan santainya berjalan menuju taman sendirian. Selesai Sholat Subuh dan mengaji bersama tadi, Zi memilih jalan-jalan sekalian menghafal denah Pesantren yang masih belum ia hafal.

Zi berjalan melewati lorong-lorong kelas yang cukup ramai karena banyak Santriwati yang bersantai di depan kelas. Katanya sih biar bisa lihat keluarga ndalem lebih dekat.

Gus Fatih ganteng banget yah

Iya, tapi sayang dingin sifatnya

Gus Fatih gak dapat, Gus Fahri bolehlah

COLD & SENGKLEK GUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang