Seperti biasanya, Fatih sudah rapih dengan Baju Koko dan sarung serta peci yang melekat di atas kepalanya. Ia segera turun ke bawah untuk sarapan. Ia tidak melihat adik bungsunya di meja makan.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Fatih menarik kursi di samping Aisy. "Adek belum bangun?" Tanyanya.
"Perutnya lagi sakit. Biasalah, tamu bulanan." jawab Aisy.
Fathan yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya melempar pertanyaan maut bagi Fatih. "Kapan kamu nikah?"
Fatih memutar bola matanya malas. "Kapan-kapan"
"Sampai kapan? Sampai Abi sama Umi gak ada?"
"Mas." tegur Aisy.
Bukannya apa. Aisy mengerti dengan pikiran Fatih. Ia sendiri juga tidak mau memaksa kapan Fatih akan menikah. Berbeda dengan Fathan yang selalu mendesak Fatih entah kenapa.
Fathan menghela nafas sejenak. "Bukannya apa. Abi cuma mau lihat kamu bahagia sama pasangan kamu sebelum Abi dan Umi gak ada." ucapnya.
Fatih memilih diam dan pergi ke kamar Fatin tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aisy menepuk lengan Fathan dengan kuat sampai sang empu meringis.
"Udah dibilang jangan bahas itu." Tegur Aisy.
"Tau. Lagian Abi kenapa sih, kok pengen banget mas Fatih nikah?" Tanya Fahri yang sedari tadi diam.
"Abi tuh gak mau kalau Fatih kalah saing sama si tengil." Balas Fathan.
Tau siapa yang dimaksud Si tengil? Si tengil yang dimaksud Fathan adalah Gilang. Entah mengapa setiap mereka berdua bertemu, pasti tidak pernah akur sekalipun.
"Astagfirullah hal adzim." Pekik Aisy dan Fahri.
"Abi cuma gak mau mas Fatih tersaingi?" Pekik Fahri tak percaya.
Aisy hanya bisa geleng-geleng kepala dengan suaminya itu. Bahkan Fathan tidak sadar jika dirinya juga termasuk manusia tengil dulu.
Sedangkan Fatih sudah masuk ke kamar Fatin. Ia melihat Fatin tengah berbaring membelakanginya dengan memegangi perutnya dan meringis kesakitan. Ia pun melangkah mendekat dan mengelus kepala Fatin yang terbalut jilbab.
"Dek." panggilnya lembut. Fatin memutar tubuhnya menghadap Fatih.
"Sakit." rengeknya diiringi ringisan.
Fatih mendudukkan tubuh Fatin dengan hati-hati, takut jika adiknya tambah kesakitan lalu mendekapnya. "Jangan diremes perutnya, nanti tambah sakit."
Fatin menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang kakak dan mencengkram erat lengannya, melampiaskan rasa sakitnya.
"Sarapan dulu, ya. Biar perutnya keiisi" ucap Fatih.
"Mager buat turun" jawab Fatin lemas.
"Mas ambilin sarapannya. Kamu mandi dulu" Fatin mengangguk menuruti perintah Fatih dan masuk ke kamar mandi dengan lunglai.
Fatih turun kebawah. Keluarganya baru saja selesai sarapan. Ia mengambil piring dan mengisi nasi serta lauk pauknya. Ia juga membuatkan teh hangat untuk Fatin.
"Itu buat adek?" Tanya Fathan yang diangguki Fatih.
"Mas sendiri belum sarapan tapi nyiapin sarapan buat adek" sahut Fahri.
"Nanti. Tunggu adek selesai sarapan" jawabnya dan langsung naik lagi.
Mereka yang ada di meja makan, menghela nafas panjang dengan sifat keras kepala Fatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD & SENGKLEK GUS (END)
Novela JuvenilKomedi - romance (Saran aja, baca GUS & NING dulu biar tahu alurnya) Seorang gadis kota harus masuk Pesantren di keluarga Fatih karena perintah orangtuanya. Baru saja menginjakkan kakinya disana, gadis itu bertemu dengan Fatih. Fatih yang tak senga...