08. Duo Tengil berulah

35.9K 4.4K 164
                                    

Jangan satukan Fathan dan Gilang!!!

Itulah yang sudah Aisy terapkan dari dulu. Bukannya apa. Jika mereka berdua bersatu, ambyar sudah. Kalau tidak percekcokan pasti ada pertengkaran. Jika pertengkaran itu terjadi, Fahri pasti sangat senang melihatnya.

SAYA SUKA PERTENGKARAN. Itulah kata Fahri.

Untuk saat ini, Fathan dan Gilang masih damai-damai saja karena seseorang yang mengawasi mereka dengan mata elangnya. Siapa lagi kalau bukan Fatih.

Kadang Fatih heran dengan Fathan. Diakan bapaknya, kenapa malah takut dengan dirinya? Aneh kan suaminya Umi Aisy itu.

Aisy yang ingin menjemur pakaian, tak sengaja melihat Fathan dan Gilang diam dengan tegap. Lalu pandangannya tertuju pada Fatih yang menatap tengah menatap Fathan dan Gilang seperti ingin memakan hidup-hidup.

"Pantesan pada diam. Orang ada pawangnya." Gumam Aisy. Lalu ia segera menuju halaman belakang untuk menjemur pakaian.

Fatih masih menatap dua pria berbeda umur itu. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia harus mengajar sekarang, apalagi ia mengajar di kelas Zi.

Fatih berdiri dan menghampiri Aisy yang tengah menjemur. Ia memeluk Aisy dari belakang dan mencium pipinya.

"Fatih mau ngajar dulu." Ucapnya dan menyalimi tangan Aisy. Walaupun tangan Aisy basah karena jemuran, Fatih tetap menyalimi tangan Aisy.

"Iya. Ngajar yang bener, jangan pikirin Zi dulu." Fatih terdiam dengan ucapan Aisy.

"Umi tau kamu suka sama Zi. Istikharah dulu, kalau yakin kamu lamar dia daripada kamu dosa karena mikirin yang bukan mahram. Diterima atau ditolak urusan belakangan."

Blush

Pipi Fatih memerah. Apa selama ini tahu jika dirinya sering curi-curi pandang. Aisy terkekeh melihat putra sulungnya blushing. Dipikir-pikir, Fatih itu hampir sama seperti Fathan. Suka curi-curi pandang, sama persis seperti yang Fathan lakukan dulu sebelum menikah.

"Fatih berangkat, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Fatih kembali menuju ruang tengah.

"Abi, Fatih berangkat." Fathan mengangguk. Fatih menyalimi tangan Fathan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah memastikan Fatih sudah jauh, Fathan dan Gilang bernapas lega. Ditatap Fatih seperti tadi membuat bulu kuduk mereka berdiri. Rasanya seperti diawasi oleh malaikat.

Gilang mengambil remote dan menyalakan TV. Mereka melihat dua bocah botak yang tak lulus lulus dari TK.

"Upin Ipin kok gak pernah ganti baju, ya?" Tanya Gilang heran.

"Gak punya duit kali." Sahut Fathan.

"Kalo gak punya duit, kenapa kak Ros punya tablet?" Tanya Gilang lagi.

"Mana gua tau bocah!" Ketus Fathan.

"Ceilah. Cuma nanya doang pake ngegas!!" Pekik Gilang.

Lah...situ juga ngegas.

"Situ nanya bikin orang emosi." Sahut Fathan sengit.

Perdebatan terus berlanjut. Aisy yang selesai menjemur pakaian hanya bisa menghela nafas dan mengelus dada sabar. Setiap bertemu pasti begitu. Satu hari saja mereka damai, Aisy akan sujud syukur.

Tak mau mengurusi dua orang yang membuat darah tinggi, Aisy segera menghampiri Qila--istri Gilang yang berada di teras bersama anak-anaknya.

.

COLD & SENGKLEK GUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang