"Informasi apa yang kalian dapat?"
Tia menatap lima orang bawahannya. Ia menugaskan mereka untuk mengawasi Fatih dan Dewa.
"Tidak ada hal yang menarik dari Fatih. Tapi, Dewa. Keponakan anda itu sudah berani memberontak. Dia bahkan tidak melakukan perintah anda."
Tangan Tia mengepal. Sepertinya anak kurang ajar itu harus diberi pelajaran agar kapok.
"Pergi."
Bawahan Tia menunduk hormat, lalu pergi meninggalkan Tia.
"Balas dendam ku akan tertuntaskan."
.
.
.
Dewa mengendap-endap menuju kediaman Fathan. Bukannya apa, dia hanya takut ketahuan anak buah Tia, bisa-bisa rencananya gagal.
Dewa mengetuk pintu. Tak lama pintu dibuka oleh Aisy.
Dewa tersenyum sopan. "Assalamualaikum, Bu."
"Waalaikumsalam. Maaf, kalau boleh tahu anda siapa, ya?"
"Saya akan menjawab nanti, tapi boleh gak saya dipersilahkan masuk dulu, kaki saya pegal."
Aisy tersenyum kikuk. "Maaf, mari masuk."
Dewa masuk dan duduk tanpa disuruh, sedangkan Aisy memanggil Fathan. Sepertinya ada hal penting yang ingin dikatakan oleh Dewa.
Aisy menghampiri Fathan yang tengah menonton TV di ruang tengah.
"Mas, ada tamu."
Fathan mengangguk dan mematikan TV. Ia menggenggam tangan Aisy dan duduk di sofa.
"Mohon maaf, sebelumnya anda siapa? Saya tidak pernah melihat anda sebelumnya." Ujar Fathan.
Dewa tersenyum. "Saya Dewa. Kedatangan saya kemari..."
Di tempat lain...
"Arrrgghh!!"
Napas Tia memburuh, ia mengepalkan tangannya saat mendengar laporan dari bawahannya.
"Ternyata anak itu sudah berani." Tia menyeringai.
"Rudi, langsung culik menantu Fathan, bawa dia ke tempat yang sepi, kalau perlu siksa atau perkosa dia."
Bawahannya yang bernama Rudi mengangguk dan melakukan perintah Tia.
Rencana awalnya adalah meneror Aisy. Jika Aisy di teror maka semuanya akan fokus kepadanya dan kesempatan itu ia manfaatkan untuk menculik Zi. Tapi sekarang rencana itu hancur karena Dewa yang mengkhianatinya.
Jika saja Dewa bukan anak Tari, sudah dipastikan sejak dulu dia membunuh Dewa.
.
.
.
"Oh, gak mau beliin, yaudah."
Zi bersedekap dada, mengalihkan pandangannya dan enggan menatap Fatih. Sedangkan Fatih mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Semua yang dilakukan oleh Fatih pasti salah di mata Zi. Entahlah, mungkin efek cewek waktu PMS. Tapi PMS atau enggak, Zi tetap galak sih.
Berbicara mengenai Zi yang PMS, Fatih kira bulan ini istrinya tidak akan mengalami menstruasi bulan ini dan langsung hamidun, tapi ternyata masih belum.
Apakah setelah ini dia harus bekerja lebih keras lagi agar bisa menghasilkan bibit-bibit unggul? Kalau perlu setiap hari ia akan memprosesnya.
"Mas!"
Tersadar akan lamunannya, Fatih menatap sang istri yang menatapnya horor. Sedetik kemudian mata Zi berkaca-kaca dengan bibir yang melengkung ke bawah. Jika berkedip saja sudah dipastikan air mata Zi langsung keluar.
"Mas udah gak sayang lagi sama aku?" Ucap Zi lirih. Bahkan air matanya benar-benar keluar.
Fatih gelapan. Aduh, gimana caranya nenangin cewek yang lagi PMS sih. Bukannya Fatih tak sayang, tapi permintaan Zi benar-benar memalukan. Ya, MASA DIA DISURUH BELI SOFTEX!!!
Tapi kalau dia tidak menuruti, bisa-bisa jatahnya di kurangi. Hoho, tentu saja tidak bisa, dia baru saja kecanduan, masa di kurangi jatahnya.
"Iya, mas beliin. Tapi jangan nangis lagi, ya?" Fatih membersihkan ingus Zi tanpa jijik.
"Ikut." Rengek Zi. Wanita itu merentangkan tangannya.
Fatih menggendong Zi, namun wanita itu malah menolak dan memilih berjalan dengan tangannya yang bergelayut manja di lengan Fatih. Fatih mah iya-iya saja, malah tangannya bertengger di pinggang Zi.
"Lewat belakang aja, yuk."
Fatih mengangguk setuju tanpa banyak tanya. Lebih baik dia seperti ini daripada Zi ngamuk lagi.
Sesampainya di minimarket depan, Fatih mendorong dan mengambil apa yang diminta Zi tadi. Bukan hanya itu, Fatih juga membelikan minuman untuk datang bulan, aneka snacks, coklat dan minuman. Biar Zi bisa nyemil kapan aja. Katanya.
Namun setelah membayar belanjaan, Fatih tidak melihat Zi. Ia pikir sedari tadi Zi berkeliling, namun saat dia cari Zi tidak ada.
"Gus."
Seorang pria berseragam khas kerja minimarket berlari padanya. "Tadi saya lihat istri jengengan diseret sama orang pakai baju item, terus digeret ke mobil."
Tangan Fatih mengepal mendengarnya. "Matur nuwun, kang."
"Sami-sami."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
.
.
.
Aisy termenung memikirkan semua perkataan yang diungkapkan oleh Dewa. Ia tak menyangka jika Tia memiliki dendam dan ingin mencelakai Zi, menantu kesayangannya.
Fathan merangkul pinggang Aisy dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Fathan. "Kita harus bicara soal ini dengan Fatih."
"Aku gak nyangka aja kalau masa lalu kita berdampak dan mengancam keselamatan Zi."
Baru saja Fathan akan menjawab, pintu kamar di buka dengan keras. Di depan pintu Fatih terlihat marah dan khawatir.
"Zi hilang."
Deg
Aisy dan Fathan terdiam. Ternyata apa yang dibilang oleh Dewa memang benar adanya. Berarti sekarang Zi diculik oleh Tia.
"Abi, Umi, kenapa diam? Zi hilang tapi kalian--"
"Zi diculik, Fatih." Ujar Fathan memotong ucapan ucapan Fatih.
"Iya, terus kenapa diam aja? Ayo kita cari Zi, Abi." Fatih terus mendesak Fathan yang bersikap tenang.
"Fatih, duduk sini." Aisy menepuk ranjang sebelahnya, menyuruh Fatih untuk duduk disampingnya.
"Tadi ada orang bertamu kesini. Dia itu anak dari teman lama Abi. Dia memberitahu kita semua rencana ibunya, bahkan dia kasih tahu ke kita tempat dimana Zi dibawa."
Mata Fatih berkaca-kaca. "Ayo kita cari Zi." Ucapnya. Suaranya terdengar serak menahan tangis.
.
.
.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD & SENGKLEK GUS (END)
أدب المراهقينKomedi - romance (Saran aja, baca GUS & NING dulu biar tahu alurnya) Seorang gadis kota harus masuk Pesantren di keluarga Fatih karena perintah orangtuanya. Baru saja menginjakkan kakinya disana, gadis itu bertemu dengan Fatih. Fatih yang tak senga...