39. Jadi Orangtua

27.2K 3.2K 47
                                    

Setelah hampir seminggu berada di rumah sakit, hari ini Zi sudah diperbolehkan pulang. Mungkin setelah Zi dan Fatih bisa mengurus baby Iyan, mereka akan tinggal di rumah mereka yang asli.

Masa-masa ini mereka berdua masih belum bisa merawat bayi dengan benar.

"Iyan makin kesini kok makin mirip kamu, mas?"

"Iyalah. Kan Iyan anaknya mas."

"Oh, bukan anaknya Zayn Malik?"

Zi menyengir melihat tatapan tajam Fatih. Lagipula ia kan hanya bercanda. Tapi siapa tahu kan Zayn Malik nyantol sama dia. Kan ada berita, katanya Zayn Malik putus sama Gigi Hadid. Berarti ada kesempatan dong?

Fatih menyentil bibir Zi. "Udah punya anak, kurangi kebiasaan halu, gak baik."

"Iya, maaf."

Keduanya diam. Mereka menikmati pemandangan menyejukkan, dimana baby Iyan yang tidur nyenyak di tengah-tengah.

"Kalau ada Iyan, nanti jatah minum mas berkurang, dong?"

Bug

Zi memukul wajah Fatih dengan bantal. Sudah punya anak masih saja kepikiran kesana.

"Mas cuma nanya, lho. Kan kalau jatahnya berkurang mas jadi kurang bersemangat."

"Ya masa kamu gak bisa ngalah sama anak sendiri? Bagi dua kan bisa. Lagipula baby Iyan lebih butuh daripada kamu."

"Mas juga butuh, buat semangat kerja cari duit," balas Fatih.

"Lagian kalau mas gak kerja, kamu mau makan apa? Terus Iyan beli susu pakai uang siapa?" lanjutnya.

"Kalau kamu gak ada uang, aku masih bisa minta beliin sama Abi, Ayah, atau Chiko. Mereka kan punya duit juga, lebih banyak malahan."

Oke, Cukup! Fatih mengaku kalah jika Zi sudah menyebutkan Abi, Ayah, Chiko. Nama tiga orang yang harus memang Fatih hindari jika tengah berdebat dengan Zi.

.

.

.

Sudah terhitung satu bulan Fatih dan Zi menjadi orangtua. Kini baby Iyan terlihat semakin gembul. Hampir setiap hari Fathan dan Aisy mengajak baby Iyan berkeliling Pesantren, mengajak baby Iyan berkenalan dengan para Santri.

Banyak dari mereka yang ingin membawa baby Iyan pulang. Badan gembul, pipi chubby, mata bulat. Namun itu tidak sempurna karena ada yang kurang. Iya, kurang senyum.

Sepertinya bibit-bibit Fatih sudah terlihat di dalam diri baby Iyan. Bayi berumur satu bulan itu hampir tidak pernah tersenyum kepada orang, kecuali Zi tentunya.

Mereka semua heran melihatnya, padahal masih bayi sifat datar sudah muncul. Kalau besar nanti bagaimana?

"Haduh, nak. Kamu senyum dikit napa. Umma kasian sama mereka, gak bisa lihat senyum manis kamu."

Baby Iyan menggelengkan kepalanya singkat dan menunjuk Zi, seakan-akan memberitahu jika senyum manisnya hanya untuk Ummah tercintanya.

Zi hanya bisa pasrah. "Terserah kamu, nak."

Tak lama Eca dan Ica datang menghampiri mereka.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ica mengangkat kantong plastik berisikan biskuit. "Zi, baby Iyan boleh makan ini, gak?" tanya Ica dengan polosnya.

"Ya gak bisa, Ica. Anak gue masih umur sebulan."

"Kenapa gak boleh?"

"Bayi yang belum berumur enam bulan belum bisa menerima makanan padat karena ususnya belum terbentuk sempurna. Demikian dengan kesiapan organ-organ lainnya. Kalaupun dipaksa ada resiko tersedak dan dampaknya sangat berbahaya," jelas Zi.

COLD & SENGKLEK GUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang