Seorang pria kembali memasuki sebuah gedung tua. Pria itu masuk dengan raut wajah datar, tapi dalam hatinya sudah ketar-ketir.
"Bagaimana?"
Suara itu. Suara yang dia benci!
"Jawab, Dewa!"
Pria yang bernama Dewa itu menatap datar seorang wanita yang merupakan adik ibu kandungnya, Tari. Wanita yang tidak lain adalah Tia itu menatap wajah datar Dewa, ia menunggu jawaban dari sang empu.
"Fatih, anak sulung mereka menikah." Ucap Dewa tanpa minat.
Mata Tia berbinar. "Benarkah?" Ia menyeringai. "Kalau begitu, sekalian saja aku seret istrinya dan menjadi target ku yang lain."
Mendengar ucapan Tia itu membuat Dewa menggeram marah. Pria mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya terlihat.
"Bu, dia tidak ada sangkut pautnya dengan dendam Ibu! Kenapa Ibu memasukkan dia menjadi target Ibu!" Seru Dewa.
Tidak! Dia tidak terima jika orang yang tidak tahu apa-apa, keselamatannya menjadi terancam hanya karena dendam Ibu asuhnya.
"Diamlah! Aku akan menggunakan cara apapun untuk membalaskan dendam ku." Sarkas Tia.
Dewa menunduk diam. Dia memang tidak mempunyai satu pun anak buah seperti Tia karena Tia sendiri yang memerintah. Tia tidak boleh terlalu percaya kepada Dewa, karena ia tahu Dewa tidak ingin dia membalaskan dendam.
"Tugas mu sekarang, dekati istri Fatih terlebih dahulu. Jika sudah, beritahu aku. Aku akan mengatakan rencana selanjutnya."
Setelah itu, Tia pergi entah kemana. Tapi yang pasti, Dewa yakin jika Tia akan menemui pria hidung belang untuk memanfaatkan hartanya.
Diam-diam Dewa tersenyum miring. "Ya, aku akan mendekati Zi. Tapi bukan untuk membantumu, tapi aku mencoba untuk melindunginya dari rencana bejatmu."
.
.
.
Dewa terus mengawasi sepasang suami-istri yang terlihat berdebat itu. Saat ini ia berada di supermarket depan Pesantren. Sengaja dia kesana, karena berharap bisa bertemu dengan Zi atau Fatih. Tapi ternyata dia bertemu dengan dua-duanya.
Sampai Fatih dan Zi berada tiga meter darinya, ia berjalan mendekati suami-istri tersebut.
Fatih yang melihat Dewa seperti mendekatinya, mengerutkan keningnya. Ia sama sekali tidak mengenali Dewa.
Saat Dewa tepat di samping Fatih, ia berbisik.
"Berhati-hatilah. Jangan sampai lengah.''
Setelah itu ia pergi meninggalkan Fatih dan Zi yang tak mengerti dengan bisikannya tadi.
"Gus kenal?" Tanya Zi.
Fatih menggeleng. "Bahkan saya tidak pernah melihatnya."
"Tapi wajahnya lumayan juga. Gayanya juga kek cool gimana gitu."
Fatih yang tak terima dengan pujian Zi untuk pria lain, langsung saja menyembunyikan wajah Zi di dada bidangnya. Zi tidak boleh memuji pria lain selain dirinya.
Egois? Biarkan saja, kan Zi itu istrinya. Sah dalam hukum agama dan negara. Tidak seperti kebanyakan readers yang sepertinya banyak yang masih jomblo.
Jomblo? Sama kok, anti pacaran sampe nikah.
Saat sudah diluar supermarket, Dewa melihat seorang perempuan yang memandang kedalam supermarket. Dewa mengikuti arah pandangnya yang ternyata menatap Fatih dan Zi.

KAMU SEDANG MEMBACA
COLD & SENGKLEK GUS (END)
Teen FictionKomedi - romance (Saran aja, baca GUS & NING dulu biar tahu alurnya) Seorang gadis kota harus masuk Pesantren di keluarga Fatih karena perintah orangtuanya. Baru saja menginjakkan kakinya disana, gadis itu bertemu dengan Fatih. Fatih yang tak senga...