Tak terasa hampir satu bulan usia pernikahan Fatih dan Zi. Hubungan keduanya juga semakin dekat. Sang suami yang selalu bertingkah manja, dan sang istri yang selalu sabar menghadapi tingkah pasangannya.
Seperti saat ini. Fatih tengah berbaring dengan paha Zi yang dia jadikan bantal. Wajahnya ia benamkan di perut rata Zi. Sedangkan Zi, dia mengelus kepala Fatih membuat sang empu memejamkan matanya nyaman.
Fatih meraih tangan Zi yang bebas dan menggenggamnya erat, sesekali ia menciumi tangan itu. Wajahnya mendongak menatap wajah cantik Zi dari bawah.
"Kenapa?" Tanya Zi.
Fatih menggeleng. Zi mengangkat satu alisnya. Dia tahu jika Fatih ingin mengungkapkan sesuatu, namun Fatih tidak mau membicarakannya.
"Gus, cerita sama saya."
Nihil. Fatih masih diam. Bahkan dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Oke, tak ada cara lain lagi. Sepertinya cara ini manjur.
Zi menghembuskan nafasnya pelan. "Kesayangannya Zi, cerita dong, ulululi."
Manjur. Fatih langsung menatap Zi dengan wajah yang memerah. Zi yang tahan dengan komuk Fatih langsung menguyel-uyel pipinya gemas.
"Yakin kamu mau dengar?" Zi mengangguk.
"Beneran?" Lagi-lagi Zi mengangguk.
"Nanti malam, saya mau mengambil hak saya, boleh?"
Deg
Pergerakan tangan Zi terhenti seketika. Detak jantungnya berdegup kencang mendengar kalimat sakral itu. Dirinya belum siap, namun disisi lain itu adalah tugasnya sebagai seorang istri.
"Kalau belum siap juga gak apa-apa, saya gak maksa."
Zi menatap Fatih yang tersenyum kepadanya. Namun Zi melihat sebuah harapan di matanya.
Tok tok tok
''Fatih, Zi. Keluar dulu, ada tamu."
Kedua orang itu saling menatap. Tumben sekali ada tamu, apalagi sampai memanggil mereka. Memangnya ada keperluan apa tamu itu? Jika keluarga Zi, tidak mungkin.
Fatih langsung bangkit dan menggandeng tangan Zi. Mereka keluar dari kamar dan menuju ruang tamu.
Disana, terlihat sepasang paruh baya dan seorang perempuan. Mereka berdua mengernyit heran melihat muka masam Aisy dan Fathan. Terlebih lagi Fahri dan Fatin yang menatap sinis perempuan itu.
"Firasat gue gak enak nih." Batin Zi. Tanpa sadar dia menggenggam erat tangan Fatih.
"Kenapa?"
Zi mendongak, kemudian menggeleng pelan. "Gak."
Saat Fatih dan Zi duduk, raut wajah ketiga tamu itu berubah seketika. Apalagi sang perempuan yang tiba-tiba menatap Zi tak suka.
"Anak saya sudah ada disini. Jadi, ada gerangan apa anda berkunjung kemari, Pak Hasyim?"
Pak Hasyim menatap putrinya sebentar, lalu kembali menatap Fathan yang terlihat seperti tidak nyaman dengan kedatangannya.
"Jadi, maksud kedatangan saya kemari untuk melamar anak anda, Fatih dan menjadi menantu saya."
Deg
Mata Zi memanas. Apa maksudnya ini? Fatih yang melihat istrinya seperti itu menggeram marah. Dia memeluk pinggang Zi dan mengelus kepalanya.
Sontak saja, ketiga tamu itu terkejut dengan perlakuan Fatih kepada Zi. Mereka tidak tahu jika Fatih sudah menikah, karena memang pernikahan Fatih saja memang dadakan.
Sedangkan reaksi keluarga Fatih? Bahkan mulut Aisy dan Fatin sudah gatal sekali ingin mengoceh. Namun mereka tahan saat Fathan melarang mereka berbicara.
"Saya tidak bisa."
Tatapan Pak Hasyim berubah menjadi datar. "Kenapa? Apa yang kurang dari putri saya? Dia Hafidzah 30 Juz. Selain itu Putri saya juga cantik. Bahkan dia baru lulus sarjana dengan nilai tertinggi."
Fatin yang mendengar itu berdecih dalam hati. Masih lebih baik dari Zi. Pikirnya. Baginya hanya Zi yang pantas untuk Kakak pertamanya itu.
Begitu juga dengan Aisy dan Fathan. Mereka menatap putri Pak Hasyim yang sedari tadi menunduk. Cantik sih. Tapi masih cantikan Zi. Dari segi manapun, Zi tetep mantuku sing nomer siji. Batinnya.
Fahri? Jangan ditanya. Sama juga, dia menggerutu karena Pak Hasyim yang terlalu melebih-lebihkan anaknya. Percuma juga situ promosiin anaknya. Dalam kondisi apapun, Mas Fatih tetep milih Zi. Zi number one.
"Iya, kenapa nak Fatih menolak menikah dengan anak saya?" Sahut istri Pak Hasyim.
"Karena saya sudah menikah." Fatih mengangkat tangannya dan tangan Zi yang masih bertautan. "Dia, istri yang sangat saya cintai."
Zi menatap Fatih tak percaya. Tadi, dia sempat minder dengan anak Pak Hasyim, karena dia hanya hafal 26 Juz.
Tapi sekarang dia tidak minder lagi. Apalagi saat ini Fatih menatapnya penuh cinta. Sungguh, dia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Fatih.
"Jadi keinget lagu yang pernah piral.
Takkan siakan dia...
Belum tentu ada yang seperti dia...
Satu dunia tahu aku bahagia...
Banyak pasang mata saksinya...
Terhura gue." Batin Zi."Saya rela menjadi yang kedua."
Mereka semua menatap seorang perempuan. Leny, anak Pak Hasyim. Dia sudah geram melihat Fatih yang menatap Zi penuh cinta.
"Saya bisa menjadi yang kedua, yang penting saya menikah dengan Gus Fatih."
Lihatlah bagaimana perempuan itu memohon dengan tidak tahu malunya. Dan itu membuat Aisy dan Fatin sudah tidak tahan lagi.
"Maaf, tapi kakak saya tidak perlu istri kedua. Lagipula saya mana Sudi punya kakak ipar seperti anda." Ucap Fatin.
"Ya. Saya juga tidak merestui dan menerima anda untuk menjadi istri Fatih. Tidak akan." Sahut Aisy tegas.
Sedangkan Zi malah tersenyum kepada Leny. "Silahkan tanya kepada suami saya, apakah dia mau menerima anda menjadi istri keduanya." Ucap Zi.
Fatih menatap Zi tak percaya. "Kamu apa-apaan sih? Aku gak mau nikah sama dia."
Zi mengusap lengan Fatih. "Jawab saja. Kalau kamu memang ingin istri baru lagi, silahkan."
"Bagaimana Gus? Jenengan mau kan?" Tanya Leny antusias.
Fatih tak melirik Leny sama sekali. Dia menjawab pertanyaan Leny dengan tegas. "Sampai kapanpun saya tidak menerima perempuan lain untuk menjadi istri saya. Saya hanya mencintai istri saya, Balqis Chyra Zi Hanif. Selamanya, dalam kondisi apapun."
Zi menatap Fatih haru. Meskipun dia masih belum mencintai suaminya, namun Fatih tetap sabar menunggu cintanya. Fatih dengan sabar menghadapi sifat labilnya. Fatih selalu mengerti dirinya.
"Beneran kayak di lagu-lagu.
🎶 Takkan siakan dia...
Belum tentu ada yang seperti dia...
Satu dunia tahu aku bahagia...
Banyak pasang mata saksinya...🎶" Zi mengusap sudut matanya agar sedikit persis sama di sinetron-sinetron."Apapun akan saya lakukan, Gus. Yang penting saya bisa menikah dengan jenengan, meskipun saya menjadi yang kedua."
TBC.
.
.
.
Mohon maaf aku gantung dulu.
Maaf kalau update kelamaan. Dari kemaren kemaren mau update, tapi WiFi di rumah eror. Ini aja baru bisa WiFi nya.
Sekian terimakasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD & SENGKLEK GUS (END)
Teen FictionKomedi - romance (Saran aja, baca GUS & NING dulu biar tahu alurnya) Seorang gadis kota harus masuk Pesantren di keluarga Fatih karena perintah orangtuanya. Baru saja menginjakkan kakinya disana, gadis itu bertemu dengan Fatih. Fatih yang tak senga...