"Mas, kamu dandanin Iyan, dong."
"Masih lama, sayang. Kenapa harus dandan sekarang, sih?"
"Ini udah mau Isya, lo. Masa kamu masih santuy gitu. Mana Iyan belepotan lagi."
Merasa namanya disebut, Iyan menatap sang ibu. Tangannya yang berisi buah mangga ia angkat tinggi-tinggi dan menawarkannya kepada Zi.
"Enggak, nak. Umma gak mau makan itu, nanti berkepang. Percuma kalau umma dandan cantik tapi belepotan lagi nantinya."
Zi membersihkan mulut dan tangan anaknya. Setelah itu Fatih menggendong Iyan ke kamar untuk mengganti baju bayi itu sekaligus mendandaninya.
"Umma mu semangat banget, nak. Maklum aja, katanya gak pernah ngerasain acara kayak di Jakarta."
Fatih terus berceloteh dan ditanggapi ocehan juga oleh Iyan. Sedangkan di bawah, Zi tengah membersihkan kekacauan yang diperbuat oleh Iyan.
Mainan yang berserakan dimana-mana, mangga yang jatuh ke karpet, susu yang tumpah. Sepertinya tingkahnya yang bar-bar menurun kepada Iyan.
Setelah membersihkan kekacauan, wanita itu menuju kamarnya. Ia melihat suami dan anaknya yang sudah siap dengan baju yang sama dengannya, alias couple.
"Sudah siap?"
"Udah. Kita ke Pesantren, sekalian nunggu Isya."
Fatih menggendong Iyan dengan tangan kanannya yang menggandeng Zi. Keduanya berjalan santai karena hanya menyebrang saja sudah sampai.
.
.
.
Malamnya, tepat ba'da Isya acara dimulai. Banyak orangtua yang datang untuk melihat anak-anak mereka lulus. Para wisudawan putra maupun putri menaiki panggung secara bergantian.
Diantaranya ada Eca dan Ica di sana. Zi menatap para wisudawan iri. Ia juga ingin menamatkan pendidikannya. Namun takdir berkata lain. Ia menjadi ibu rumah tangga di usia yang muda. Tapi ia tak pernah menyalahkan takdirnya, karena inilah memang jalan hidupnya.
Fatih mengerti tatapan istrinya. Jujur saja ia merasa bersalah. Semenjak Zi hamil, wanita itu menghentikan pendidikannya. Ia meraih tangan istrinya dan menggenggamnya lembut.
"Maaf."
Zi tersenyum membalasnya. Ia jelas tahu maksud Fatih. "Jangan minta maaf."
"Tahun ini kamu ulangi lagi."
"Maksudnya, aku masuk MA lagi?"
Fatih mengangguk. "Mungkin status kamu sekarang jadi ibu rumah tangga. Tapi tidak masalah kalau kamu mengulanginya."
Zi menyandarkan kepalanya di bahu Fatih. "Terimakasih banyak."
Fahri dan Fatin saling bertatapan. Mereka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kakak dan kakak iparnya bermesraan saat masih banyak orang sampai melupakan jika ada Iyan di gendongan Fatih.
"Udah, jangan romantisan mulu, masih banyak orang," celetuk Fahri. Iri aku tuh, lanjutnya dalam hati.
Fatih menatap Fahri sinis. "Ganggu aja."
"Allahu Akbar!" pekik Zi kaget.
Bagaimana tidak kaget? Iyan tiba-tiba berdiri dan melompat-lompat di pahanya. Melihat itu, Fatih mengambil alih Iyan.
"Kenapa? Iyan seneng, iya?"
Iyan menghentakkan kakinya dan bertepuk tangan senang. Bayi itu tertawa melihat ibunya yang juga tersenyum kepadanya.
"Kenapa, nak? Rame, ya, iya?"
Iyan menunjuk panggung, lebih tepatnya menunjuk kedua teman ibunya.
"Iya, itu aunty Eca sama aunty Ica."
Iyan kembali melompat-lompat saat penampilan dimulai. Bayi itu terlihat senang dan tertawa lepas, membuat semua orang gemas dengan Gus kecil itu.
Dalam hatinya Fatih berdecak kagum. Memang bibit unggul, batinnya.
.
.
.
Setelah hari panjang ini, pasangan suami-istri tersebut mengisyaratkan tubuh mereka di ranjang empuknya. Iyan sudah tidur saat acara hampir selesai tadi. Sepertinya bayi itu lelah karena meloncat-loncat kegirangan.
"Capek?"
"Hm, tapi ada senengnya. Ini pengalaman pertama aku kayak gini."
Fatih memeluk Zi dari belakang. "Gak kerasa, pernikahan kita udah satu tahun. Ditambah lagi dengan kehadiran Iyan hidup kita lebih berwarna."
Zi mengusap tangan kekar suaminya yang memeluk perutnya. "Hm. Walaupun awal kisah kita gak mengenakkan, tapi insyallah akhir cerita kita akan mengesankan."
"Ana uhibbuki, zaujati."
Zi tersenyum. Wanita itu membalikkan badannya dan langsung mencium bibir Fatih. "Ana uhibbuka, Zauji."
Ini bukanlah akhir dari cerita mereka. Namun kedepannya mereka berharap agar semuanya berjalan dengan baik.
.
.
.
Tamat...
Beneran ini cerita udah tamat
Dan untuk yang mau squel maaf banget aku gak bisa bikin karena cerita sebelah masih belum tamat.Dan rencananya setelah cerita sebelah tamat, aku mau bikin cerita baru yang lebih waw dari ini.
Jadi, mohon maaf banget yang sebesar-besarnya.
Wassalamu'alaikum...
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD & SENGKLEK GUS (END)
Teen FictionKomedi - romance (Saran aja, baca GUS & NING dulu biar tahu alurnya) Seorang gadis kota harus masuk Pesantren di keluarga Fatih karena perintah orangtuanya. Baru saja menginjakkan kakinya disana, gadis itu bertemu dengan Fatih. Fatih yang tak senga...