dibully

50.3K 3.4K 29
                                    

🐻 s e l a m a t - m e m b a c a 🐻

03. Dibully

.
.
.

"LO BISA GAK SIH KALAU GUE SURUH TUH KERJAIN YANG BENER?" Feby mendorong kasar Alva ke tembok, cewek itu marah karena Alva yang tidak becus saat di suruh untuk memberi tahu Rafka kalau Feby ingin makan berdua dengannya dan malah gagal.

"Maaf.." Alva meringis merasakan sakit akibat punggung dan kepala cewek itu membentur dinding semen cukup kencang "aku udah bilang sama Afka, tapi dia ga mau" tutur Alva pelan.

Memang benar semalam, Alva sudah mengatakan kalau Feby mengajaknya untuk makan bersama dikantin saat istirahat, tapi Rafka langsung menolak, terlebih saat mendengar nama Feby.

"Sialan lo! Status lo itu cuma pembantu di rumah Rafka. Gak usah sok jadi cewek, bilang aja lo gak mau gue deket sama Rafka kan? Biar lo gitu yang deket sama dia? Nyadar dong Alva cantik... kalau lo sama Rafka itu raja sama babu, Rafka itu diatas lo, jauh banget" Alva menangis, badannya gemetar karena ketakutan.  Ia tidak peduli dengan kata-kata Feby, yang dia takutkan hanya siksaan cewek berambut pirang tersebut.

"Maaf" lagi-lagi Alva hanya bisa mengucapkan kata itu. Kata keramat yang dia sendiri juga sudah sangat muak karena terus mengucapkan kata itu bahkan hampir setiap hari untuk Rafka. Suaminya.

"Maaf lo gak cukup bangsat! Kali kali main lah sama gue, sini girls

Byur

Baju Alva langsung basah dengan cairan berbau tidak sedap dan menyengat yang keruh, air pel yang sudah didiamkan cukup lama, lebih dari seminggu mungkin kini mengguyur tubuhnya, dingin, itu yang Alva rasakan sekarang.

"Feb-" Alva memeluk tubuh sendiri saat Feby mengambil gunting "ka-kamu mau apain aku?" Panik Alva karena Feby semakin mendekat. Cewek itu tidak bisa bergerak karena kedua teman Feby memegangi kedua tangannya, sedang Feby menggunting seragam dan baju dalam Alva dengan pola abstrak.

"Lo seksi dan apa girls?"  Feby bertanya pada kedua temannya.

"Bauuuu... haha" jawab mereka semua sambil tertawa sadis, Alva terus terdiam menahan tangis, tubuhnya kedinginan disini ditambah rasa nyeri karena tadi didorong Feby.

Ponsel Alva yang berdering membuat atensi orang-orang yang ada di sana teralihkan, cepat-cepat Feby mengambil ponsel Alva dan menyerahkan kembali ponsel itu pada pemiliknya karena yang menghubungi adalah Rafka "inget ya culun! Jangan bilang lo di apa-apain sama gue, suruh tuh pacar gue buat pulang duluan" Feby menyerahkan ponsel Alva, mengaku-ngaku kalau dia adalah pacar Rafka.

"I-iya Feby" gugup Alva lalu mengangkat telepon.

"LO KEMANA AJA SIH? GUE CARIIN JUGA, PULANG ATAU GUE TINGGAL?" Walaupun dengan nada dingin, tersirat kesal dalam pertanyaan Rafka.

"Tu.. eh engga, pulang duluan aja, aku ada kerjaan dulu" balas Alva gemetar karena kini Feby masih terus memandangi dengan tatapan mematikan juga menyeramkan.

"Lo nangis?"

"Enggak, aku gak pa-pa" Alva langsung menutup ponsel, menunduk ketakutan kala Feby kembali mendekat dan berlutut, Feby berdiri lagi, dengan sepatunya Feby mengangkat dagu Alva.

Ataxaria [ completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang