periksa kandungan

44.6K 2.5K 53
                                    

Kalau komentar bahasanya di halusin lagi ya, tadi gue baca komentar langsung down wkwk, walaupun udah dihapus atau maksudnya beda, tapi tetep aja sakit hati, mybe gue baperan, emang bener haha

JADI GUE INGETIN BAGI YANG GAK SUKA SAMA CERITA INI, BINGUNG SAMA ALUR YANG ANEH, ATAU ALASAN LAIN, BISA PINDAH LAPAK. GUE SUKA DIKOMENTARIN APALAGI SPAM, TAPI KALAU MAKSUDNYA BIKIN MOOD LANJUTIN NI CERITA HILANG MENDING JANGAN KOMENTAR

🐻 s e l a m a t - m e m b a c a 🐻

22. Periksa kandungan

.
.
.

"Kenapa lo ikut?"  Mimik wajah Feby menunjukkan kalau dia tidak nyaman berada didekat Alva dan satu mobil dengan cewek itu. Alva tidak menatap Feby balik, dia hanya fokus ke luar dengan memasang wajah datar.

"Apaan sih Feb, lo kan udah baikan sama Alva. Jangan bikin dia takut, kondisi muka lo di normalin bisa?"

"Iya iya" pasrah Feby lebih memilih memainkan ponsel di kursi penumpang. Sementara itu Alva hanya diam, dari tadi kondisi cewek itu tidak bisa dikatakan baik. Alva hanya menjawab apa yang Darren katakan dengan gelengan dan anggukan seperlunya.

"Al lo gak pa-pa?" Alva menggeleng tanpa menatap Darren. Cowok yang tadi bertanya tentang keadaan cewek disampingnya itu memilih menuntaskan percakapan dan fokus mengemudi.

Mereka sampai di ruangan spesialis kandungan, Feby mengikuti semua apa yang diperintahkan dokter wanita yang menanganinya.  Sementara itu Alva memilih meninggalkan ruangan karena tidak suka dengan bau obat-obatan yang ada disana.

"Al, mau kemana?"

"Keluar, bau" respon Alva dingin, tidak terlihat bersemangat seperti biasa.

"Mau gue temenin?"  Darren tidak berbicara lagi melihat Alva yang menggeleng. Sepertinya cewek itu butuh waktu sekarang.

Sementara itu Alva memasang earphone, ia duduk di salah satu kursi tunggu sambil bersandar dengan mata terpejam.

"Iya?" Alva membuka mata saat earphone miliknya dilepas.

"Kenapa menangis?"

"Dave" lirih Alva dengan tangisan yang tiba-tiba makin menjadi. Dokter laki-laki yang duduk disamping Alva yang mengerti kondisi cewek itu langsung memeluk cewek rapuh tersebut, mengusap pelan puncak kepalanya.

"Kamu kesini kenapa?"

"Aku nemenin temen aku periksa kandungan"

"Oh"  Dave manggut-manggut paham. Dokter dengan paras wajah kebarat-baratan itu tetap memeluk Alva tanpa mengurai pelukan mereka.

Drttt.. drttt..

Hingga suara ponsel yang bergetar membuat kegiatan itu terhenti "sebentar saya angkat telepon" Alva mengangguk, dokter Dave tidak menjauh, dia menggenggam tangan Alva sambil mengangkat telepon.

"Saya ada pasien, tunggu disini sebentar. Nanti pulang bareng saya"

"Tapi aku bareng tem--"

"Nanti saya yang minta izin. Dimana teman kamu?"

"Masih di dalam ruangan" Dave mengangguk, tidak berbicara lagi. Cowok itu menarik tangan Alva lembut sebelum membawanya ke ruangan yang dimaksud, tidak sulit mencari ruangan Feby karena hanya ada satu ruangan di rumah sakit ini.

Ataxaria [ completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang