pahit

37.1K 2.6K 75
                                    

🐻  s e l a m a t - m e m b a c a 🐻

16. Pahit

.
.
.

"Ren aku mau pulang" rengek Alva makin menjadi. Dari tadi Darren tidak memperbolehkan cewek itu pulang dengan berbagai alasan, salah satunya ada seseorang yang ingin dia kenalkan.

"Bentar" tolak Darren.

"Ren! Nanti Afka nyariin aku" Alva menarik-narik tangan Darren agar cowok itu mau mengantar pulang. Alva takut Rafka akan marah.

"Gak bakalan, dia ada balapan hari ini"

"Kok kamu tau?"

"Tau dong. Tuh orang yang mau gue kenalin udah dateng" Darren menunjuk pintu, Alva menoleh ke sana. Refleks dia mematung dengan tubuh bergetar, Tremor parah saat mengetahui siapa yang datang. Air mata Alva mengalir perlahan melihat senyuman mengerikan cewek itu.

Dia Feby.. salah satu sumber trauma Alva. Hal yang dilakukan Feby terlalu fatal hingga dengan melihat wajahnya saja Alva kembali mengingat kejadian kejadian kelam, kejam dan menyakitkan yang pernah Feby lakukan untuknya.

"Hei! Ada hubungan apa lo sama sepupu gue?" Feby mengambil buah apel yang ada di meja, duduk di sofa menatap Alva dengan kening berkerut.

"Feby! Ja..jangan aa..aku ba..kalan nu..nu..ru..tin ap-- hiks.." Alva membeku, ingin berlari dan menyelamatkan diri, tapi dia benar-benar ketakutan sampai kakinya lemas dan tidak bisa digerakkan.

"Lemah!" Ejek Feby, Darren yang sadar akan hal yang berbeda dari kedua orang itu langsung menarik Alva agar duduk.

"Kalian kenapa sih?"

"Dia anak culun di sekolah gue dulu, pembantunya Rafka. Enak banget ya lo serumah sama Rafka. Di apain aja lo?"

"Pembantu?" Alih-alih bertanya pada Feby, Darren malah bertanya pada Alva. Cewek itu tidak menjawab, dia menatap Darren dalam dengan air mata yang terus berlinang.

"Anterin aku" lirihnya ketakutan, tidak berani adu tatap dengan Feby.

"Ya udah, dijalan jelasin sama gue oke?" Alva mengangguk cepat. Darren mengambil kunci mobil untuk mengantarkan Alva pulang.

Diperjalanan, Darren menanyai Alva tapi cewek itu sama sekali tidak mau membuka mulut "Lo kenapa sih? Ada masalah apa sama Feby?" Tagih Darren tidak sabar, cowok itu menghentikan mobil. Dia benar-benar tidak tahu kalau Alva dimata orang lain seperti itu dan tidak ada yang tau kalau mereka suami istri, bahkan anak-anak Ataxaria pun.

"FEBY! SEPUPU KAMU ITU BULY AKU!!! KAMU TAU APA YANG DIA LAKUIN? DIA SIRAM AKU PAKE AIR PEL, NGUNCI AKU DI GUDANG, AMBIL PECAHAN KACA DAN GORES DI PUNGGUNG AKU? KAMU TAU APA? HAH? KAMU KENAPA NANYA LAGI? KAMU PIKIR AKU BISA LUPAIN ITU DENGAN MUDAH? ENGGAK REN!! SEMAKIN KAMU MAU TAU SEMAKIN AKU INGET ITU LAGI DAN SEMAKIN AKU LIAT FEBY, RASA TAKUT ITU KEMBALI! AKU TAKUT SAMA DIA!!" Teriak Alva membuat Darren terdiam.

Setelah mengeluarkan semua unek-unek yang ada di hatinya, Alva menangis kencang. Darren memeluk cewek rapuh itu "sorry, gue gak maksud ngungkit masa lalu kelam lo. Gue beneran gak tau kelakuan Feby selama ini" Alva tidak menjawab, Darren menghela nafas. Dirasa Alva sudah agak tenang baru cowok itu kembali menjalankan mobil.

🐻🐻

Sampai di rumah Alva naik ke lantai atas, ke kamar melepas semua pakaian. Tadinya Darren ingin menemani, tapi Alva menolak dengan alasan baik-baik saja, alasan aslinya Alva takut Rafka marah.

Tangan kurus itu menyalakan shower, Alva merendam diri di bathtub "awsss.. sakit hiks.." ringis Alva pada punggungnya. Luka nya memang sudah hilang dan rasa sakit saat itu juga tidak terasa lagi. Tapi entah kenapa saat bertemu dengan Feby, luka akibat pecahan kaca yang Feby gores dulu kembali membuat Alva merasa sakit.

"Argh... Bun...da! A...yah!!! Tolong Alva!!!" Alva merasakan kekurangan oksigen, tiba-tiba kepala nya terendam air dan cairan yang bercampur dengan sabun itu masuk melalui hidung dan mulut Alva.

Kok aku minta tolong? Bunda sama ayah udah pergi? Ini waktunya aku pergi juga ya?  Alva pasrah, dia tidak melakukan perlawanan apapun, membiarkan tubuhnya menyerap air hingga kesadarannya menghilang.

Sementara itu Rafka membatalkan turnamen yang diadakan antar geng karena feeling-nya tidak enak. Cepat cepat cowok itu kembali ke rumah. Ruangan pertama yang Rafka tuju adalah dapur, perasaannya daritadi benar-benar tidak enak. Seperti ada yang mengganjal.

"Al" panggil Rafka datar, tidak ada sahutan. Cowok itu melepas jaket kebanggaan bertuliskan 'Ataxaria' miliknya. Cepat-cepat menuju kamar mereka.

"Lo mandi? Jangan buang-buang air" peringat Rafka melihat air yang keluar semakin banyak bahkan air itu hampir mengenai karpet yang ada ditengah ruangan.

"Alva! Lo denger gue gak?" Tak ada jawaban, Rafka menghela nafas. Kesabarannya benar-benar diuji sekarang, lihat saja nanti. Rafka akan membuat perhitungan.

Berjalan mendekat, Rafka membuka kenop pintu "gak dikunci? Lo gak takut gue apa-" mata Rafka membulat, cowok itu segera mengangkat Alva dari dalam air dan membawanya ke kasur.  Tidak mempedulikan kondisi kasur yang basah karena Alva.

"Alva! Lo mati? Jangan nyusahin gue ck!" Rafka berdecak kesal, cowok itu melucuti habis pakaian Alva, menggantinya tanpa ekspresi. Rafka juga punya akal sehat, dia tidak nafsu dengan orang sekarat seperti sekarang.

Setelah memakaikan baju Alva sekenanya, Rafka membawa Alva ke sofa ruang tamu. Memberikan pertolongan pertama berupa nafas buatan, mungkin ini telat, tapi nafas Alva mulai teratur karena bantuan kecil dari Rafka. Cowok itu mengambil ponsel untuk menghubungi anak buahnya.

ATX-GANG

Rfk_
Srh dktr k rmh gw ||

Daviii
|| Translate please!!!

Zeka
|| Maaf Vi, Zeka juga ga paham :)

Verg_
|| @rfk_ sp yg skt? gw srh skrg

Rfk_
Bkn sp" ||
Thnks ||

Menutup room chat, Rafka langsung mematikan sambungan telepon. Cowok itu menatap wajah cewek yang saat ini sudah resmi dimata hukum dan agama sebagai istrinya dengan tatapan dingin "kenapa lo gak bisa diem? gue harap lo mati aja tadi" Rafka tersenyum tipis membayangkan hidupnya tanpa Alva.

Bel rumah yang berbunyi membuat Rafka harus keluar rumah. Sekarang dia merasa sedikit menyesal karena tidak menyewa pembantu. Dari dulu Rafka menolak memperkejakan orang sebagai asisten rumah tangga bukan karena tidak mampu atau tidak butuh, dia ingin Alva lelah dengan semuanya dan mau mengajukan gugatan cerai, tapi dugaan Rafka salah. Alva terlalu kuat untuk cewek seumur dan sekecil itu. Mentalnya terlalu besi.

Tapi tanpa Rafka ketahui, mental Alva tidak sekuat itu. Dia juga lelah, bukan cuma Rafka yang ingin Alva pergi dari dunia ini. Alva juga demikian.













sorry lama up
up tergantung chat dari crush
kalau crush Fii ga chat, ga up xixi

Follow
Ig : @wnsft_

Jangan lupa votement dan share Ataxaria ke temen-temen kalian, siapa tau nyaman 🐻

Ataxaria [ completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang