🐻 s e l a m a t - m e m b a c a 🐻
25. Terimakasih
.
.
.Kini Alva masih tetap berbaring di ranjang, dia belum bisa apa-apa karena tenaga cewek itu terkuras habis saat kejadian kemarin. Badannya juga masih perih.
Tapi dibalik itu semua, Alva bahagia. Rafka mengurus dan menjaga Alva walaupun kadang masih mengatakan kalau Alva itu merepotkan dan semacamnya.
"Buka dulu baju lo"
"Ngga usah, aku bisa obatin sen-- i.. iya" ditatap seperti itu mana bisa membuat Alva menolak. Rasa malunya kalah daripada rasa takut.
"Lo blok Davi?" Alva mengangguk "kenapa?"
"Aku gak mau kamu marah-marah, aku takut"
"Good" Rafka mengoleskan salep dan menyuruh Alva meminum obat yang sudah dia bukakan. Saat tangan Rafka menyentuh kulitnya, Alva menggigit bibir, bukan karena sensasi geli atau apa, Alva takut kalau tangan yang bergerak lembut itu akan mencambuk dan menamparnya lagi.
Berbeda dengan pemikiran Alva, pelaku dari bekas-bekas merah yang membiru itu meringis melihat punggung istrinya. Ternyata dugaan Rafka kalau dia hanya sedikit menyakiti Alva salah besar.
"Maaf. Kalau lo nurut dan bikin Rea gak terkilir waktu itu gue gak bakalan hukum lo"
"Terimakasih" alih-alih tidak memaafkan Rafka atau kesal, Alva justru berterimakasih.
"Ha? Maksud lo?"
Memakai bajunya kembali, Alva berbalik pada Rafka. Menatap cowok itu takut-takut "makasih karena udah minta maaf" hati Rafka terenyuh. Selama ini dia benar-benar buta, Alva terlalu baik. Dia tidak pantas dengan cewek ini.
"Al" wajah dingin yang selalu Rafka tunjukkan berubah. Cowok itu menunjukkan sisi merasa bersalahnya kali ini "gue keterlaluan ya? Lo sakit karena gue kan?"
Menggeleng, Alva menampilkan senyum manisnya "kamu gak salah, aku yang salah karena suka dan cinta sedalam ini sama kamu. Suatu saat kamu bakalan tau kalau kamu jatuh cinta itu gimana dan aku harap kamu jatuh cinta sama aku"
"ALVA!!!!!" Dada Rafka naik turun. Cowok itu mengelap keringat yang membanjiri kening. Gila, Rafka menepuk pipinya berkali-kali. Sadar kalau itu hanya mimpi Rafka beranjak dari ranjang.
Cowok itu memutuskan untuk mandi sebelum mengecek kondisi Alva. Cewek itu tidak tidur di sofa mengingat keadaannya, Rafka yang mempunyai sedikit rasa kasihan memilih membiarkan Alva tidur di ruang tamu.
"Alva, lo udah bangun?" Tanya Rafka menempelkan telinga dibalik pintu. Lama Rafka melakukan itu dia memilih untuk masuk saja daripada harus menunggu lama, Alva tidak mungkin membukakan pintu mengingat berjalan saja cewek itu kesusahan.
"Hnghh... Af..ka.. ja..ngan..." Alva bergerak gelisah dalam tidurnya. Rafka melotot karena wajah Alva memerah dan juga keringat membanjiri wajahnya. Tangan Rafka mengecek dahi Alva, cowok itu terkejut bukan main karena suhu tubuh Alva yang panas.
Drtt.. drtt...
Ditengah-tengah paniknya Rafka, ponsel Alva berdering menunjukkan nama dokter Dave disana. Rafka langsung mengambil ponsel itu tanpa membiarkan pemanggil berbicara.
Dokter Dave
Is call 📞"Datang kesini, istri saya sakit" detik selanjutnya, Rafka mematikan ponsel. Dia terdiam? Istri?
Setelah menunggu beberapa menit bel berbunyi, Rafka langsung membukakan pintu dan menunjukkan wajah tidak suka yang kentara pada Dave.
"Wajahmu? Kenapa?"
"Gue mau dokter buat sembuhin Alva, bukan om pedofil kayak lo!" Dave mengeluarkan ponselnya.
"El saya lebih menggoda dari perempuan manapun. Saya tidak akan membuat istri kamu celaka, percaya saya pada saya" usai menunjukkan photo Angelia yang paling menggemaskan menurutnya ah tidak semua yang ada di Angelia itu menggemaskan, Dave masuk ke kamar yang ditiduri Alva.
Setelah masuk Dave langsung mengunci pintu "WOI TUA BANGKA SIALAN! NGAPAIN LO DIKAMAR BERDUAN SAMA ISTRI GUE?"
"Saya hanya mengobatinya. Berhenti bersikap posesif saya tahu kamu yang melakukan ini" Rafka terdiam "pergilah sekolah, istrimu akan baik-baik saja. Saya berjanji demi apapun akan menjaga dia"
Tidak ada jawaban, tapi Rafka terdengar menjauhi kamar tamu tersebut. Dave meringis ngilu, luka-luka Alva sangat kontras dengan warna kulitnya. Sudut bibir robek dan juga bekas-bekas lain yang tidak jauh berbeda dari beberapa puluh tahun lalu membuat Dave yakin kalau trauma Alva tidak benar-benar pulih.
"Dokter saya mau pergi, kalau sudah kunci pintunya" ujar Rafka sebelum pergi ke sekolah.
"Iya" balas Dave singkat. Dia terlalu fokus mengobati Alva.
Membuka pintu, Dave merasa kalau semuanya sudah aman karena Rafka sudah pergi dari sana. Cowok itu memberikan suntikan pada Alva agar kehilangan kesadaran lalu membawa Alva pergi dari sana dan hanya meninggalkan paper note kecil untuk Rafka.
Sementara itu Rafka disekolah seakan mengalami amnesia dadakan, dia lupa tadi sempat merasa bersalah. Saat melihat Rea mood cowok itu membaik.
Disana ada Alva yang berjuang kesakitan berbeda dengan Rafka yang bahagia disini dengan sang pacar, menutup mata kalau istrinya menjadi seperti itu akibat kesalahan yang dia buat.
Masih ada yang bangun?
thanks komentarnya, mood bgt
jangan lupa share Ataxaria ke temen-temen kalian siapa tau nyaman 🐻
![](https://img.wattpad.com/cover/285923641-288-k811678.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ataxaria [ completed]
Ficción General"Afka sampai kapan aku harus nunggu?" "Afka sampai kapan aku jatuh cinta sepihak?" "Afka apa aku salah karena udah suka kamu?" "Maaf aku udah cinta sama kamu, suamiku" ---------------------------- Ini cerita tentang Alva Queensya Azalea, cewek be...