🐻 s e l a m a t - m e m b a c a 🐻
08. Damai
.
.
.Keadaan di rumah sakit sekarang sangat suram, ada Rafka yang menatap Alva tanpa ekspresi dan Davi yang terlihat khawatir "bikin repot" setelah beberapa jam tanpa suara, baru itu Rafka membuka mulut.
Zeka mengangkat telepon yang berdering dan izin ke luar, setelah beberapa lama cowok itu kembali "bos Zeka mau pulang ya udah di cariin mommy, Ver, Vi, gue izin pamit ya, duluan"
"Iya hati-hati" jawab Davi mewakili Rafka dan Verga yang sudah pasti tidak akan mengeluarkan kata apapun dari mulut mereka jika tidak penting. Buang buang tenaga.
"Lo berdua balik juga sana" usir Rafka, Davi yang masih ingin menemani Alva urung kala Verga menarik tangannya untuk menjauh dari sana.
"Aaa.. aa Verga, jangan sentuh, dedek!!"
"Jijik" ujar Verga dingin, cowok berambut lumayan tebal itu menghempaskan tangan Davi kasar.
"Aa Verga kasar ih sama Davi" keluh Davi dengan suara yang dibuat-buat seperti cewek, Verga memilih mengabaikan Davi, memilih pulang saja daripada harus gila karena temannya yang satu ini.
Sementara itu di sini Alva dan Rafka sekarang "lo bisa bangun, mereka semua udah pergi" setelah mengucapkan itu, Rafka mengambil mangkuk berisi bubur dan juga air putih, menyerahkan pada Alva yang belum sepenuhnya pulih.
"Makan sendiri jangan manja" Alva mengambil bubur dan juga air putih itu dari tangan Rafka.
"Iya, makasih Af" Rafka diam, tidak merespon. Dia memilih memainkan ponsel sambil menunggu Alva selesai makan.
"Kenapa?" Alis Rafka terangkat satu melihat Alva hanya makan sesuap bubur dan seteguk air hangat. Dia tidak suka, Alva seperti ini, jika tidak makan kondisi Alva tidak akan pulih, bukan karena khawatir, ditandai. Rafka membutuhkan Alva untuk dijadikan pesuruh, hanya untuk itu.
"Ga mau Afka, hambar" tolak Alva lemah.
"Makan Al!" Bentak Rafka dengan nada nyaring yang membuat Alva tersentak kaget. Sudah biasa dia mendengar Rafka begitu, tapi tetap saja Alva selalu ketakutan setiap kali dikasari suaminya ini.
"Ga mau hiks!" Alva mulai menangis karena bentakan Rafka. Bukannya bersikap lembut, cowok itu malah mendekat ke arah Alva dan menarik rambut panjang itu ke belakang, membuat Alva menangis lebih kencang "hiks.. sakit Af, maafin hiks.. aku.. maaf!" Rafka membuka paksa mulut Alva dan menjejalkan bubur sampai cewek itu tersedak.
"Uhuk..uhuk..uhuk.. Afka hiks.. cukup, sakit!" Rafka tidak peduli, dia terus saja menyuapi istrinya itu dengan kasar, malam itu Alva memohon pada Rafka untuk memberinya jeda menelan makanan dan menangis agar suaminya itu berhenti tapi Rafka sama sekali tidak peduli.
"Berisik, jangan sampai gue pukul lo!" Rafka melepaskan jambakan pada kepala Alva, membuat Alva ketakutan lewat ancamannya dengan berusaha berhenti menangis dan menyisakan isakan isakan kecil.
"Maaf" lirih Alva merasa bersalah. Bukannya meminta maaf Rafka justru menghela nafas kasar. Bukti kalau cowok itu berusaha meredam amarah agar tidak membuat Alva mati sekarang.
"Gue cape denger lo minta maaf, bisa gak jangan bikin gue repot? Siapa yang nyuruh lo ikut ekskul renang hah? Udah tau ga bisa renang, lo mau mati? Apa pengen gue yang bikin lo mati? Punya otak ga? Digunain buat mikir tolol! Tiap hari bikin gue repot mulu. Gak guna banget jadi istri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ataxaria [ completed]
General Fiction"Afka sampai kapan aku harus nunggu?" "Afka sampai kapan aku jatuh cinta sepihak?" "Afka apa aku salah karena udah suka kamu?" "Maaf aku udah cinta sama kamu, suamiku" ---------------------------- Ini cerita tentang Alva Queensya Azalea, cewek be...