menjauh

54.9K 2.9K 140
                                        

🐻 s e l a m a t - m e m b a c a 🐻

20. Menjauh

.
.
.

Bersikap sok bodoh sepertinya pilihan terbaik bagi Alva untuk saat ini. Cewek itu mencoba sabar, toh tidak ada yang bisa dia lakukan selain itu "Alva gue pesenin jus juga ya" kali ini dia malah meminta Alva memesankan minuman, alih-alih membantu Alva agar tidak di suruh suruh Rafka lagi.

"Iya"

"Makasih"

"Kok lo gitu sih Re? Alva kan temen lo, masa lo suruh" protes Davi kesal. Rafka memberikan pelototan yang membuat Davi langsung diam, memandang ke arah lain. Tidak berani melakukan atau berbicara lagi, lebih memilih cari aman daripada babak belur.

Tidak ada suara, mereka menunggu Alva sambil bercanda bersama. Ah ralat, Rafka dan Rea bercanda berdua, sisi hangat Alva yang dulu tertutupi sifat dinginnya kini sirna karena kedatangan Rea. Mereka tidak habis pikir apa yang membuat Rafka dan Rea semakin dekat? Padahal beberapa waktu yang lalu mereka tidak terlihat seperti dia orang yang saling mengenal.

"Ini makanan sama minuman kalian" Alva meletakkan makanan dan minuman di masing-masing tempat, tak terkecuali Rea. Sang sahabat.

"Alva gak mau ikut makan? Sini aja" ajak Davi mempersilahkan Alva untuk duduk di sampingnya. Cewek itu menggeleng sambil tersenyum tipis, sebelum meninggalkan kantin.

Oh ayolah, duduk disana? Sama saja dengan Alva menyiksa diri dan membuat hatinya semakin hancur.

Disana ada Alva yang sakit hati berbeda dengan hati Rea yang berbunga-bunga, cewek itu sangat bersyukur karena Alva yang peka akan situasi.

Pulang sekolah Alva menghentikan taksi di depan markas Draco. Karena mengikuti ekstrakurikuler menyanyi pulang Alva jadi agak terlambat kali ini, seharusnya Alva pulang kerumah saja, tapi pesan dari Rafka beberapa menit lalu yang menyuruh Alva jangan pulang membuat cewek itu mengurungkan diri untuk datang ke rumah mereka yang pasti sudah ada Rea di sana.

"Hai Gara" sapa Alva pada cowok yang sibuk memotong daun dengan alat pemotong kuku. Entahlah, cowok itu terlanjur gabut mungkin. Sudah biasa anak-anak Draco dengan tingkah aneh mereka.

"Hai Al, sini duduk bareng gue" Alva menurut, dia meremasi buku-buku tangan. Memandangi Gara dalam, cowok itu menoleh karena merasa terus diperhatikan.

"Gue tau gue ganteng, kenapa lo liat gue kayak gitu? Serem" Gara bergidik membuat Alva terkekeh kecil.

"Aku cuma mau liatin Gara aja, hari ini tambah ganteng deh"

"Gak usah ganjen, sama gue aja ganjennya. Lo godain gue kapanpun dimanapun gue ikhlas kok" Darren mengikis jarak antara Gara dan Alva. Cowok itu duduk di tengah-tengah keduanya, Gara yang tadinya ingin membalas ucapan Alva urung karena kasian dengan pimpinan Draco itu, dari beberapa bulan lalu melakukan pdkt pada Alva tapi tidak membuahkan hasil apapun kecuali.. kena mental akibat Alva yang selalu mengatakan kalau dia lebih menyukai Rafka lebih dari apapun.

Ya, beberapa anak Draco sudah mengetahui fakta itu, tapi untuk Ataxaria entahlah, sepertinya mereka tidak akan tahu fakta itu apalagi dari Rafka.

"Sabar ya, semangat Ren!" Gara memukul pundak Darren cukup kencang membuat cowok itu mendengus. Ingin marah tapi harus jaga image didepan Alva. Jadilah Darren hanya menendang pelan kaki Gara.

Ataxaria [ completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang