"Gue Chiko, bukan Cakra."
"Apa maksud lo?!" teriak Diandra di depan wajah Cakra.
"Gue kembaran Cakra. Chiko. Gue-"
"Berhenti!" Geby masuk. Menarik tangan Diandra dan mengajak gadis itu untuk keluar bersama dengannya. Diandra menolak. Ia masih mau mendengarkan Cakra.
Penjelasan sangat di butuhkan saat ini. Ia tidak bisa pergi begitu saja.
"Gue butuh penjelasan dari Cakra!" teriak Diandra pada Geby.
"Gue jelasin. Lo ga boleh dengerin omongan cowo brengsek ini!" ucap Geby. Akhirnya Diandra mengalah, memilih mengikuti Geby membuat semua bertanda tanya termaksud Selina, Arga, Satria, Baihaqi dan teman satu kelasnya.
Ragazza
Sekarang keduanya ada di sini. Di taman belakang sekolah yang begitu sepi. Melupakan soal kegiatan belajar yang sebentar lagi akan berlangsung, Geby menyuruh Diandra untuk duduk di atas rumput yang hijau.
"Ada apa?" tanya Diandra pelan.
Geby ikut duduk di samping Diandra, menyerahkan selembar kertas yang sudah di lipat menjadi empat bagian. Diandra menerimanya namun tidak langsung di buka, gadis itu memilih memandangi Geby.
"Buka. Lo harus tau kebenarannya," kata Geby.
"Kebenaran apa?" nadanya lesuh.
"Ucapan laki-laki tadi benar. Dia bukan Cakra pacar lo, melainkan Chiko pacar Sintiya." jelas Geby tipis.
"Apa sih maksudnya! Chiko? Cakra? Apaaan sih!"
Geby memijat keningnya sendiri. Ia memang tidak tau sakitnya bagaimana, tapi Geby tau bagaimana rasanya di bohongi.
"Lo baca dulu, nanti gue jelasin semuanya." titah Geby.
Diandra menurut, gadis itu mulai membuka lipatan kertas yang ada di tangannya secara perlahan. Matanya mulai terfokus pada beberapa kalimat.
Hai, calon istri gue. Apa kabar?
Gue di sini baik-baik aja, kok. Lo pasti lagi kacau banget, ya, Di. Lo pasti mau nangis. Gue tau ini berat buat lo dan buat gue. Tapi semua ini gue lakuin demi masa depan kita nanti. Gue ga mau hidup susah dan bikin calon istri gue hidup menderita.Di, gue di Amsterdam. Gue lanjut sekolah bisnis di sini. Sorry, untuk terakhir kalinya gue ga bisa bilang yang sejujurnya sama lo.
Gue perginya ga lama kok, lima atau enam tahun lagi gue pulang. Kita nikah, ya? Mau kan?
Di. Gue ngetik ini sengaja lewat Geby. Gue tau semua tentang lo dari Geby. Geby temen kecil gue, dia juga udah tunangan, jadi lo ga perlu cemburu, ya.
Di, I miss you. Sorry untuk saat-saat sulit lo gue ga bisa ada di deket lo. Sorry untuk perlakuan kakak kembar gue. Maafin Chiko yang udah pura-pura jadi gue selama ini. Ternyata benar, kembar tidak menjamin segala sifatnya.
Jaga diri, ya. Kita ketemu beberapa tahun kedepan.
Cakra ganteng.
Diandra menutup kertas itu. Menunduk tangis dengan getar dada yang begitu kencang. Rasanya sakit, sakit sekali. Orang yang kita sayang pergi begitu saja tanpe pamit. Meninggalkan sebuah kenangan pahit yang sulit di terima.
Kehadiran Chiko sama sekali tidak membuat dunianya berwarna. Hanya Cakra yang bisa membuat pelangi di kala mendung datang.
"Satu hari sebelum lo ulang tahun, dia berangkat. Tepatnya malam setelah dia ngirim pesan ke lo dan kalo ga salah pesannya dia izin nyari makan. padahal di situ dia udah prepare dan sepuluh menit kemudian dia berangkat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Povera Ragazza [Selesai]
Teen FictionSeries # 8 Diandra Larasati *** Hari ulang tahunnya terasa berbeda dari tahun biasanya. Ulang tahunnya yang ke delapan belas seakan menjadi dunia baru untuk Diandra. *** Belum genap usia delapan belas tahun, Diandra di paksa tinggal sendiri oleh s...