FLASHBACK || Antara Nefa Dan Rendi [SELESAI]

1 - Awal Cerita

Halo guys, dicerita ini kita akan tau kisah percintaan Rendi dan Nefa di masa lalu so. Siapa yang udah nungguin?

Sebelum lanjut, spam pasukan Renfa🏀 disini! Gue harap kalian gak sider!

Siapa pecinta couple kapten basket ini?

Kalian juga harus bantu Kak Mout untuk promosiin cerita ini, masukin ke semua reading list kalian😊

Oke lanjut!

"don't judje people by is cover! Jangan menilai orang orang dari sampulnya! Karena kita gak pernah tau, orang yang kita remehin itu orang seperti apa, apa dia tipe pemenang atau seorang pecundang!"—Queen Nefa Mahendra

_

__Happy Reading___

Rendi berjalan gontai ke arah balkon kamarnya, angin sore menerpa wajah tampannya dengan lembut, memberikan ketenangan tersendiri bagi Rendi.

Ditangan kanannya ada selembar foto polaroid yang sedari tadi ia pegang, foto itu adalah foto dirinya dan Nefa saat pertama kali ia mengajak Nefa berfoto berdua.

Ada rasa rindu yang sangat besar dihati Rendi untuk Nefa, ingin sekali dia mengulang masa-masa indah bersama gadis galak itu, tapi itu hanya sebuah impian yang tak akan pernah bisa Rendi wujudkan.

Rasa menyesal selalu menghantui Rendi, andai saja waktu itu ia tidak menemui Morgan, mungkin hubungan keduanya tidak akan pernah retak.

Mungkin hubungan keduanya masih ada dan akan beralih ke jenjang yang lebih serius, tapi kembali lagi! Itu hanya sebuah angan yang tidak akan pernah menjadi nyata.

Rendi memandang wajah Nefa di foto yang tengah dipegangnya, senyuman itu yang selalu membuat hatinya tenang dan membuat Rendi selalu jatuh cinta bila melihatnya.

Ia jadi teringat awal bertemu dengan Nefa, awal yang bisa dikatakan. Rendi langsung terpesona dengan gadis galak itu.

Hari itu...

"Ren, lu tau gak? Kalok di basket kita, bakal ada anggota baru? Cewek lagi," kata Anov seraya melakukan pemanasan di sebelah Rendi.

Rendi menoleh, namun hanya sebentar, lelaki itu kembali fokus pada handphone di tangannya.

Tak peduli? Tentu saja! Rendi tidak akan memperdulikan hal yang tidak begitu penting bagi dirinya.

"Ah elah lu mah! Respon dikit napa!" kesal Anov seraya mendorong bahu Rendi kasar.

"Gak penting buat gue, Nov!" ketus Rendi dengan atensi yang terus tertuju pada handphonenya.

Anov mencak-mencak, Rendi memang selalu saja begitu, tak peduli dengan sekitarnya, lelaki tinggi itu hanya peduli pada hidupnya yang terbilang sangat menyedihkan.

"Ini cantik lho Ren! Terkenal juga, gue jamin lo langsung suka pas ketemu dia." Sepertinya Anov masih belum lelah dengan Rendi.

"Ayolah Ren, deketin cewek ini aja! Cewek itu gak seburuk apa yang lo pikirin kok!" seru Anov yang berhasil membuat Rendi berdecak.

Dia langsung memandang Anov dengan tatapan tajam, yang selalu saja berhasil membuat Anov takut.

"Oke fine! Gak lagi gue bahas itu!" akhirnya Anov mengalah, percuma juga mengenalkan seribu cewek pada Rendi, jika lelaki tinggi itu sudah lebih dulu membenci yang namanya cewek.

Rendi memang sangat membenci cewek, baginya. Cewek itu egois, pengkhianat, menyedihkan, tak tau caranya menghargai orang, persis seperti Bunda sialannya itu.