14 - Waktu Bersama Rendi (3)

87 14 1
                                    

Jangan lupa share cerita ini ya! Kak Mout seneng kalo banyak yang bantu promosiin cerita ini.

Baik itu bukan pilihan tapi keharusan!”—Flashback

__Happy Reading__

Setelah tadi membagikan hadiah untuk para anak-anak panti, kini Nefa dan Rendi sudah berada di sebuah gazebo seraya memperhatikkan semua anak itu bermain di taman.

Senyum Nefa sedari tadi tak pernah pudar, bibirnya terus melengkung ke atas seolah ini hari kebahagiaan dirinya.

Hatinya menghangat dan ikut bahagia melihat para anak-anak panti tertawa lepas sambil bermain. Seolah mereka tidak memiliki beban hidup tapi nyatanya beban mereka lebih berat dari siapapun. Sungguh! Ini pemandangan berharga yang pernah Nefa nikmati.

"Senyum mulu dari tadi, awas kering tuh bibir." Celetukkan menyebalkan itu berhasil membuat senyum Nefa pudar. Melirik ke arah samping dimana Rendi tengah duduk dengan kaki diangkat ke sebelah kakinya.

"Ganggu momen lo!" ketus Nefa dengan kesal.

Rendi terkekeh, menggoda Nefa memang sangat mengasyikkan.

Nefa lanjut melihat ke arah depan, tak ingin memperdulikkan Rendi yang pasti akan terus menggodanya jika diladeni.

Tapi satu pertanyaan yang sedari tadi bersarang di kepala Nefa, ingin segera menemukan jawaban. Alhasil ia menoleh lagi ke arah Rendi dan harus menahan kekesalan karena melihat wajah menyebalkan cowok itu.

"Ren, gue mau nanya. Tentang anak yang lo gendong itu, dia siapa? Kayaknya dia deket banget sama lo," kata Nefa sambil memperhatikkan wajah Rendi yang langsung berubah, apa dia salah bicara?

Cukup lama hening melanda, membuat Nefa sadar jika dia tidak seharusnya bertanya tentang hal itu. Mungkin itu privasi dan topik sensitif bagi Rendi.

"Maaf—"

"Dia Joy ... anak yang gue temuin di pinggir danau deket sini," jawab Rendi dengan nada rendah.

Nefa memperhatikkan Rendi, ia kira cowok tinggi itu tidak akan bercerita.

"Lo tau, Nef? Waktu gue temuin dia, dia lagi nangis kenceng banget. Gue tanya dia kenapa, dimana orang tuanya, namanya siapa. Tapi dia gak jawab dan nangis tambah kenceng. Dan waktu itu juga gue ketemu sama Ibu Ayu, dia bilang kemungkinan Joy di buang sama orang tuanya."

Terjadi jeda, seolah Rendi berat mengatakannya.

"Hati gue sakit banget pas denger Ibu Ayu bilang gitu, gue gak percaya! Gue cari orang tuanya tapi gak ketemu, membuat opini buk Ayu tentang Joy bener adanya. Gue gendong dia dan Joy langsung diem sambil meluk leher gue. Disitu gue mulai sayang banget sama Joy. Gue gak habis pikir sama orang tua yang tega buang anaknya, apalagi anaknya selucu Joy. Gue marah sama orang tua yang gak becus ngurus anak dan punya hati iblis,  Seharusnya anak itu disayang bukannya disakiti apalagi dibuang."

Persis seperti orang tuanya yang sangat menyerupai iblis, dan Rendi benci keduanya.

"Waktu itu gue berniat bawa pulang Joy, gue mau ngurusin dia. Tapi Ibu Ayu ngelarang karena dia tau gue seorang atlet basket dan masih menjadi seorang pelajar. Yang pasti gak bakal bisa ngurusin Joy sepenuhnya. Dia nawarin buat ngurus Joy. Awalnya gue gak yakin, tapi Ibu Ayu bilang kalo dia punya panti asuhan dan janji sama gue buat jagain Joy, saat itu gue nyerahin Joy ke panti ini dan mulai dateng kesini buat jegukkin Joy sekaligus main sama anak panti sini," jelas Rendi dan tersenyum di akhir kalimatnya.

FLASHBACK || Antara Nefa Dan Rendi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang