40 - Keberanian Nefa

38 2 0
                                    

“Seorang pecundang akan selalu kalah dari orang yang punya sifat pemenang.”—Flashback.

Nefa mengepalkan tangan kuat saat lagi-lagi melihat adegan yang sangat menyebalkan di matanya, disana ia melihat Ara yang tengah di bully oleh geng Meta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nefa mengepalkan tangan kuat saat lagi-lagi melihat adegan yang sangat menyebalkan di matanya, disana ia melihat Ara yang tengah di bully oleh geng Meta. Ara melihat Nefa ada disana, ia memancarkan wajah kecewa karena Nefa hanya berdiam diri dengan wajah datar saat melihatnya di bully.

Setelah keadaan Ara berantakan dengan beberapa lebam di tangan dan sudut bibir yang pecah, Meta dan gengnya meninggalkannya. Ara menangis dengan kencang, rasanya ini terlalu menyakitkan jika dirasakan berulang kali.

"K-kenapa Kakak gak tolongin aku?" Ara bertanya setelah Nefa berdiri di depannya, Ara kecewa karena Nefa tidak mau membantunya seperti saat itu.

"Ngapain gue harus bantu lo, kalo lo aja gak mau berkerja sama?" Nefa berjongkok dan menatap Ara intens. "Udah gue bilang, sebelum lo minta bantuan sama orang lain, lo harus bantu diri lo sendiri."

"A-aku takut Kak." Suara Ara hampir tidak terdengar karena berbicara sambil menangis.

Nefa menyentuh wajah Ara dan mengelusnya. "Lo suka sikap gue 'kan?" Ara mengangguk mengiyakan.

"Kalo lo suka sikap gue, seharusnya lo bersikap kayak gue. Keberanian itu bakal dateng sesuai apa yang lo mau, Ra. Kalo lo berpikir lo bisa, lo pasti bisa." Nefa tersenyum tipis kearah Ara. "Kalo lo gak mau di injak-injak lagi kayak gini, lo harus lawan Meta."

Hening sejenak sebelum Ara mengangkat kepalanya

"Kak Nefa bakal bantu?" Ara bertanya dengan takut-takut.

"Pasti." Nefa mengangguk mantap, senyumnya mengembang karena dari tatapan Ara. Nefa sudah tau jika Ara sudah berani untuk melawan Meta.

__Pasukan Renfa__

"Kak Meta ampun Kak! Tolong lepasin aku!" Ara menjerit kuat saat Meta menjambak rambutnya dan menyeretnya ke tengah lapangan.

"Gak akan! Berani-beraninya lo nampar gue seenak jidat, hah!" Meta marah, tadi tanpa aba-aba Ara datang dan menamparnya kuat. Jadi, tak heran bila Ara diseret dengan kasar oleh kapten basket putri itu ke lapangan yang sedang banyak orang, Meta sudah terlalu marah dan tidak bisa sabar lagi menghadapi Ara.

"Maafin aku, Kak. Gak akan lagi aku ngelakuin itu!" Ara berteriak seraya memegang rambutnya dengan air mata yang sudah turun membasahi pipi.

"Gak akan, jalang! Lo harus terima hukuman lo karena udah sok berani sama gue!" Meta menghempaskan tubuh Ara ke lantai lapangan dengan kasar hingga membuat tangan Ara terluka.

"Meta! Stop!" Reskan berlari dari tempatnya bermain basket bersama Rendi dan lainnya untuk menghampiri Meta. Jika tidak dihentikan keadaan Ara akan lebih parah.

FLASHBACK || Antara Nefa Dan Rendi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang