30 - Club

106 8 1
                                    

“Aku takut kamu ikut terluka dengan masalahku yang sangat menyedihkan, menyebalkan dan juga menjijikan ini.”—Athara Putra Rendi.

“Kamu Tidak Sendiri! Sudah ada aku yang bersedia mendengarkan semua cerita dan lukamu."—Queen Nefa Mahendra.

Pergi dari Nefa, Rendi memacu motornya menuju club yang biasa ia datangi di saat dunianya sedang tidak baik-baik saja. Menghabiskan waktu disana hingga berakhir terlelap di tempat itu.

Sebelum masuk, ia mengeluarkan handphone dan mengirim pesan pada temannya.

Riski
|Ki, tolong jemput Nefa di jalan sepi menuju apartemen gue.

|anterin sampek rumah, pastiin dia pulang dengan selamat.

|jangan banyak tanya, lakuin aja!

Rendi mengantongi handphonenya ke dalam saku kembali, wajah cowok itu tampak tegang karena memang Rendi sedang marah. Rendi tidak suka melihat Ratna bertemu dengan Nefa dan mengaku sebagai Bundanya. Menurut Rendi wanita ular seperti Ratna tidak pantas menjadi Ibunya dan kenal dengan Nefa.

Ia marah, emosinya ingin meledak hingga rasanya Rendi butuh pelampiasan marah, jadi. Ia lebih memilih meninggalkan Nefa daripada lepas kontrol di hadapan gadis galak itu.

Meskipun hatinya tidak tenang dan merasa bersalah karena sudah meninggalkan Nefa sendirian. Tapi itu pilihan terbaik untuk saat ini.

Rendi masuk setelah menunjukkan kartu akses masuknya pada bodyguard yang berjaga, musik yang memekakkan telinga juga aroma parfum orang bercampur dengan bau minuman keras menguar begitu saja saat Rendi menginjakkan kaki disana.

"Hay Ren! Lama gak kesini lo!" Noah—sang bertender club langsung menyapa setelah melihat Rendi duduk di kursi bar.

"Biasa, gue sibuk! Satu gelas wine, Noah." Rendi mengabaikan tatapan menggoda dari sekumpulan cewek yang memakai pakaian kurang bahan di sampingnya. Sejak ia mengenal club ini Rendi memang tidak berminat bermain dengan wanita. Cowok tinggi itu hanya ingin mabuk tanpa melibatkan wanita manapun dalam acara penuh dosanya.

"Kok lo mau minum sini? Gak mau gabung sama Morgan dan lainnya?"

Rendi mengernyit. "Lah emang Morgan ada disini?"

Noah mengangguk mengiyakan. "Iya, bareng temen-temennya."

"Di ruangan apa? Gue kesana aja."

"VIP nomor 435."

Setelah mengucapkan terimakasih, Rendi bergerak menaiki tangga untuk pergi ke ruangan yang dituju. Morgan—anak basket dari SMA Nusa Bangsa, memang sudah lama Morgan menjadi teman mabuknya bersama anak basket SNB lainnya.

Jadi saat salah satu dari mereka memesan ruangan untuk mabuk pasti Rendi di perbolehkan bergabung, semua menghormati cowok tinggi itu.

Tepat di hadapan pintu yang bertuliskan 'VIP 435' Rendi memutar gagang pintu dan langsung masuk ke dalam. Suara musik samar-samar terdengar dan bau alkohol langsung masuk ke indra penciumannya saat masuk ke ruangan itu.

"Heyyo Rendi! Masuk-masuk, sorry gue gak kabarin lo kalo ada di club, buru-buru tadi soalnya." Morgan langsung merangkul pundak Rendi saat cowok itu menampakkan diri.

Sapaan dari beberapa orang yang ada disana langsung terdengar saat Rendi tersenyum tipis, semua terlihat senang akan kedatangan Rendi. Dan yang paling terlihat sangat senang adalah Katara, cewek itu langsung merapikan pakaian dan tersenyum manis pada Rendi.

"Santai, gue mau mabuk kesini. Boleh 'kan?" Rendi melepas jaketnya hingga menyisakan kemeja bewarna gelap yang makin membuat aura nakal Rendi keluar.

"Boleh dong! Lo bebas nikmatin apa yang lo mau disini!" Bukan Morgan yang menjawab melainkan Katara, cewek itu langsung menarik tangan Rendi untuk duduk di sampingnya.

FLASHBACK || Antara Nefa Dan Rendi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang