"AKHIRNYA KETEMU!" Hendery berteriak sembari mengangkat buku yang dipengnya.Dejun menatap lekat Hendery.
"Yang ini kan?" Senyum Hendery merekah.
"IYAAAA!!!" Dejun langsung melompat dan memeluk Hendery, "MAKASIHH!!"
Hendery terdiam beberapa saat, senyumnya berubah menjadi lembut. Ini seperti mimpi, Dejun memeluk Hendery.
"Yaudah gih kerjain sekarang,"
"Eh.." Dejun melepas pelukannya, "Maaf.. maaf.."
Hendery hanya terkekeh lalu memberikan bukunya.
"Tapi ini udah malem banget, gue di rumah aja ngerjainnya..." Dejun mengambil buku tersebut.
"Loh kan tadi Mae udah bilang bakal ijinin ke Ayah, lo kerjain aja di sini, gue ada PC kalo lo butuh.. dan... gue juga ga bakal ganggu lo kok..."
Hendery tersenyum, ingin rasanya ia mengusap rambut Dejun tetapi Ia harus berhati - hati. Takut Dejun menjadi risih.
Dejun menimbang - nimbang keputusannya. Lagipula ini juga demi skripsi, Ayahnya juga tidak mungkin mengamuk.
"Oke, boleh pinjam PC?" Dejun menatap Hendery.
Hendery mengangguk lalu mengarahkan Dejun untuk duduk di kursi.
"Ya udah itu PC nya nyalain aja bisa kan? ga gue password kok.. Semangat!" Hendery menepuk bahu Dejun lalu berjalan menjauh untuk keluar kamar.
"Dery!"
Hendery yang sudah diambang pintu berhenti berjalan, lalu menatap Dejun.
"Mau ke mana?"
"Mau keluar, takut ganggu lo,"
Dejun diam beberapa saat lalu memberanikan diri untuk berbicara.
"Temenin gue. Bukannya apa - apa sih, gue cuma butuh temen aja biar ga bosen. Lo mau kan?"
"YA KALI GA MAU, MAU BANGET LAH GOBLOK!" dalam hati Hendery.
Senyuman Hendery melebar, Ia langsung mengambil kursi dan duduk di sebelah Dejun.
"Makasih," Dejun tersenyum lalu mulai mengerjakan skripsinya.
Hendery mengamati Dejun yang sedang serius mengetik. Ia beberapa kali mengumpat di dalam hatinya karena kecantikan Dejun.
"Hal baik apa yang gue lakuin...
...sekarang gue bisa duduk sebelahan sama Dejun...
...CANTIK BANGET ANJING...
... YA TUHAN ....
....JODOHKAN DIA SAMA SAYA PLEASE....
.... PENGEN CUBIT PIPINYA ASTAGA...."
Dejun menepuk lengan Hendery. Membuat Hendery yang sedang halu menjadi tersadar.
"Der, lo kan dulu sama jurusannya kaya gue, bisa bantu yang bagian ini?" Dejun menunjuk ke layar PC.
Dengan semangat Hendery membantu Dejun. Beberapa kali saat mengerjakan, Hendery sengaja membuat jokes dan membuat Dejun tertawa. Entah, Dejun mulai terbiasa dengan sikap Hendery.
Setelah dua jam, akhirnya paper itu rampung. Dejun meregangkan otot dan tersenyum lebar. Hendery merasa sangat bahagia sekarang, setidaknya Ia pernah berguna dalam hidup Dejun.
"Hendery thanks ya!"
Dejun menyenderkan kepalanya ke pundak Hendery.
"E.. eh.. Most Welcome Jun.." Hendery tersenyum.
"Gue gapapa kan nyender gini?" Dejun menyamakan posisinya.
"S-santai aja..." Hendery berusaha agar tidak gugup.
Hendery merasakan rambut halus Dejun mengenai rahangnya. Ia bisa mencium betapa harumnya rambut Dejun. Jemarinya ingin sekali mengusap lembut, tetapi Ia tahan. Ia terus menggerekan tangannya.
Dejun yang tersadar sedari tadi tangan Hendery tidak nyaman, Ia langsung mengarahkan tangan Hendery untuk mengusap kepalanya.
"Gue suka kok kalo ada yang ngusap rambut gue.."
Jantung Hendery terasa ingin meloncat, Ia ingin berlari dan menari - nari sekarang juga.
"Maaf.." Jemari Hendery mulai mengusap rambut halus Dejun.
"Damn... bener - bener anak emasnya Pak Yuta..."
"Lo pake shampo kuda laut ya?" Celetuk Hendery.
"Bukan, gue pake Minyak bumi!" Dejun tertawa ringan.
"Pantes bau amis.." Dejun yang masih mengusap rambut Dejun, terbahak.
"Mana ada minyak bumi bau amis goblok!" Dejun juga ikut terbahak.
Klek~
"WOE INI BUKUNYA UDAH----"
Mark dan Haechan seketika mematung melihat kemesraan Hendery dan Dejun.
"Oh bitch... How can...."
Mark menganga melihat adegan itu. Sedikit merinding karena seumur - umur Ia dan Dejun satu kelas, Ia tidak pernah melihat sekalipun Dejun bermesraan dengan orang seperti itu.
"Bang Hendery!" Haechan sedikit berteriak.
Hendery dan Dejun hanya menoleh santai.
"Ini bukunya udah ketemu!" Haechan memberi buku tersebut.
"Udah selesai tadi ngerjain pake buku Dery," Jawab Dejun santai.
"WHAT THE HELL!!!! YOU GUYS I CAN'T PARDON YOU, I'M JUST WASTED MY TIME AND... YOU.. YOU JUST....."
"Shut up Mark, it's your fault not my fault. Go away, you just bothered me and Hendery," Dengan santai Dejun menjawab.
"YAUDAH SANA PUAS PUASIN PACARANNYAAA!!!!" Haechan dengan nada kesalnya.
Hendery melempar sebuah buku ke arah adiknya itu. Takut jika Dejun akan marah dan kegiatan romantis tadi berhenti.
Tetapi justru....
Dejun tiba - tiba memeluk pinggang Hendery dan menjulurkan lidahnya ke arah Haechan dan Mark.
"Ya emang wlee. Kita sibuk pacaran kalian malah sibuk nyari buku wlee....wlee...kasiann..quality time kalian berkurang... wleee..."
Rasa - rasanya Mark ingin menampol wajah Dejun yang menjengkelkan.
"IHHH NYEBELIN!" Haechan mendengus kesal lalu berjalan keluar dari kamar tersebut.
Mark hanya melirik sinis dan mengikuti Haechan.
Dejun dan Hendery tertawa bersamaan. Lucu sekali menggoda Haechan dan Mark.
"Omong - omong kita tidur bareng kan?" Celetuk Dejun.
"Hah? emang gapapa?" Hendery bertanya.
Dahi Dejun mengernyit, "Gapapa gimana? lagian kita segender, apa yang perlu dikhawatirin?"
Hendery terdiam.
"Kenapa coba? HAHAHA.. ga mungkin juga lo napsu sama gue kan? Astaga ngakak ga bisa ngebayangin!" Dejun tertawa lepas.
Hendery masih terdiam.
"Lo seru juga orangnya. Cocok dijadiin temen!" Dejun masih tertawa sambil menepuk - nepuk bahu Hendery, "Oh iya mabar yok?"
"I-iya" Hendery mencoba tersenyum.
Lagi - lagi Hendery dipatahkan oleh ekspetesinya sendiri.
Swipe for next
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Lima Restu 🌷
Novela Juvenil♡ Kerandoman para bujang Neo Residence untuk mendapatkan restu Ayah Yuta. ------------------------------------------------ Sequels : 1. Pacar Lima Restu 2. Teman Lima Musuh 3. Kisah Lima Bujang (Prequel) .・゜゜・bxb story with adult content