Jaemin mengusap air matanya sembari mengelus perutnya. Ia masih teringat perkataan Jaehyun tadi, bahwa Ia sedang mengandung dan Jeno tidak akan pernah diizinkan untuk bertanggung jawab atas kehamilannya.
"Maafin Buna..." Jaemin masih mengusap perutnya.
"Ayah, Bunda, Kak Dejun, Renjun, Taro... maafin Nana. Nana hina banget...."
"Nana ga pantes masih disebut bagian keluarga kalian!"
"Maafin Buna udah bawa kamu di dunia ini.." Jaemin berbicara kearah perutnya.
"Jeno, aku kecewa sama kamu..." Jaemin semakin terisak.
Perut Jaemin tidak terasa sakit lagi. Padahal beberapa jam yang lalu, perutnya terasa kram.
"Kamu anak pintar..." Jaemin tersenyum sembari mengusap perutnya, "Buna ga akan nyakitin kamu, Buna akan bertahan hidup demi kamu.."
Jaemin menyusuri jalanan yang sepi. Ia tadi diturunkan oleh Jaehyun di jalan yang asing bagi Jaemin. Tidak ada orang sama sekali di sini, hanya ada sawah yang melintang di sebelah kanan kiri jalan. Rumah warga jauh dari pandangan Jaemin.
"Harus kemana...." Jaemin mengulum bibirnya. Bingung harus kemana.
Ia mendudukan dirinya di sebuah gubuk pinggir sawah. Berancana untuk tidur di sana. Namun saat Ia ingin merebahkan tubuhnya, Ia melihat sebungkus roti di pojok gubuk. Tangannya menggapai roti tersebut dan membaca tanggal expired roti itu.
"Ini masih bisa aku makan..." Jaemin tersenyum dan membuka bungkus roti tersebut. Ia dengan lahap memakannya.
"Enak! Kamu suka nak?" Jaemin menatap perutnya.
Jaemin terkekeh sendiri, Ia sebenarnya merasa bahagia karena Tuhan memberikan kesempatan baginya untuk mempunyai seorang anak.
"Hei!"
Jaemin sedikit terperanjat ketika ada orang yang menyapanya, Ia melihat seorang wanita paruh baya yang mempunyai wajah teduh.
"Kamu sendirian?"
Jaemin mengangguk.
"Ini udah jam satu malam loh, kamu ga dicariin orangtua kamu?"
Jaemin terdiam, jawaban apa yang harus Ia katakan?
"Saya bukan orang jahat tenang aja, saya Ibu panti yang berada di sekitar desa ini,"
Jaemin melihat mobil yang berada di belakang Ibu tersebut. Benar, ada logo panti di mobil tersebut.
"Iya, kebetulan tadi saya habis ada acara di luar kota dan sekarang akan pulang ke panti. Kamu mau ikut mampir? hmmm setidaknya kamu bisa tidur di atas kasur.. nunggu Orangtuamu jemput besok.." Wanita itu tersenyum ramah.
"Orangtua saya ga akan nyariin saya... Saya ga punya siapa - siapa..." Kata Jaemin lirih.
Wanita tersebut mengangguk, "Yaudah kamu bisa tinggal sementara di panti,"
"A-apa boleh?" Jaemin menatap wanita itu.
Wanita itu mengangguk semangat.
"Baik, jika boleh.. tolong saya untuk menyambung hidup saya sementara ini..." Jaemin mengulum bibirnya.
"Dengan senang hati~" Wanita itu menuntun Jaemin untuk memasuki mobil tersebut. Jaemin duduk di belakang sedangkan Wanita itu menyetir mobil sendiri.
"Tidurlah di belakang, kalau kamu capek.." Wanita itu mulai menjalankan mobilnya.
"Terimakasih banyak," Jaemin mulai merilekskan badannya. Memejamkan matanya, berjanji kepada dirinya sendiri, jika kelak Ia mempunyai banyak uang, Ia akan membiayai panti ini. Perlahan Ia mulai tertidur sembari memeluk perutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Lima Restu 🌷
Teen Fiction♡ Kerandoman para bujang Neo Residence untuk mendapatkan restu Ayah Yuta. ------------------------------------------------ Sequels : 1. Pacar Lima Restu 2. Teman Lima Musuh 3. Kisah Lima Bujang (Prequel) .・゜゜・bxb story with adult content
