O39 : Lee

7.9K 1.2K 130
                                        

Yuta mengikat rambut cokelatnya yang panjang. Menghidupkan keran wastsfel, jemarinya menengadah di bawah keran. Perlahan Ia usapkan jemarinya ke wajah, air membasahi wajahnya yang sudah sedikit berkerut karena faktor usia.

"Tuhan, kenapa Nana harus menerima akibat seberat ini?" Yuta mulai bermonolog, matanya terpejam.

"Hukum saja aku, Ya Tuhan. Jangan Nana.."

Yuta mulai mengeluarkan air mata.

"Jangan Jisung... Jangan Nana... Jangan Jeno. Hukum saja aku Ya Tuhan.."

"Berilah kebahagiaan untuk mereka. Biar aku saja yang menerima semua hukumannya.."

Yuta menggigit bibir, menahan isakannya.

Hatinya benar - benar terpukul. Ini rasanya lebih sakit daripada pada saat Ia mengetahui Jaemin hamil. Ini lebih memukul hatinya, saat Ia melihat Jaemin berlumuran darah, terbaring lemas. Dan juga melihat tubuh mungil cucu pertamanya yang dipenuhi oleh selang infus.

Demi apapun, Yuta tidak pernah membayangkan akan kembali bertemu dengan sebuah rintangan lagi. Akan bertemu dengan hal - hal buruk lagi.

Bug!

Yuta memukul wastafel dengan cukup keras. Beruntung, wastafel tersebut tidak rusak.

Tubuhnya melorot, bersandar pada tembok. Ia memeluk lututnya, meringkuk. Isakannya semakin menjadi - jadi, Ia hanya tidak bisa  menerima dengan apa yang terjadi sekarang. Yuta sangat lelah dengan semuanya.

"Nana..." Yuta berkata lirih.

"Hiks.." Isakan Yuta terdengar jelas.

Yuta menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya. Menangis sejadi - jadinya.

Tiba - tiba ada suara langkah kaki yang masuk dan semakin mendekat. Langkah kaki tersebut berhenti tepat di depan Yuta.

"Nangis aja gapapa..."

"Pergi.. gue pengen... sendiri..." Yuta masih menunduk, namun Ia sangat hapal siapa orang itu.

"Ga, lo butuh temen.." Taeyong mengusap lembut bahu Yuta. Ia memposisikan duduk di sebelah Yuta.

Yuta tidak bergeming, hanya terdengar isakannya.

"I'm still your Lee Taeyong. Gue udah kenal lo dari lo masih orok. Gue tahu lo ga sekuat kaya apa yang kaya orang - orang bayangin. Tapi..."

Taeyong mengacak rambut Yuta. Layaknya seperti anak - anak yang sedang menangis.

"Tapi sebenarnya lo lebih kuat dari apa yang orang - orang bayangin. Yakin, lo bakal dapatin kabar baik setelah ini. Jadi jangan berlarut - larut ya sedihnya?"

Yuta perlahan mengangkat kepalanya. Lalu menatap sendu Taeyong.

"Hahahaha bocah," Taeyong menjitak kepala Yuta, "Udah jangan nangis lagi,"

Yuta mulai tersenyum.

"Cup, cup, cup. Bapak lo pasti ketawa kalau lihat lo nangis gini," Perlahan Taeyong mengusap air mata Yuta.

"Makasih..." Yuta mulai mengatur nafasnya.

"Hadeh.." Taeyong merapikan rambut Yuta yang terlihat berantakan, "Ga nyangka, gue bisa besanan sama lo. Hahahaha.."

Yuta hanya tersenyum. Emosinya mulai reda.

"Mau peluk?" Taeyong melebarkan lengannya.

Tanpa basa - basi Yuta langsung memeluk erat. Menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Taeyong.

"Everything is gonna be okay..." Taeyong mengusap lembut punggung Yuta.

"Thank you Lee!" Yuta melebarkan senyumnya.

Pacar Lima Restu 🌷 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang