O37 : Mbah Dukun

7.5K 1.1K 115
                                    


"Bang beneran di sini?"

Yuta memandang rumah berbahan kayu jati yang temboknya dipenuhi dengan lukisan - lukisan kuno.

"Iya, masuk aja yuk," Taeil melangkah lebih dulu menuju pintu rumah tersebut.

Guanlin mendorong kursi roda Renjun sembari berbisik, "By? lo yakin mau periksa di sini?"

"Ya mau gimana!" Renjun mencembikan bibirnya.

Klinong~

Suara bel menggema, setelah Taeil menekan tombol bel tersebut.

"Katanya banyak yang periksa di sini? kok ini sepi, lo ga nipu kan?" Yuta menatap tajam Taeil.

Klek!

Pintu terbuka, bau dupa menyerbak keluar. Yuta dan Taeil memundurkan badan beberapa langkah dan melihat sosok Kakek memakai pakaian serba hitam.

"Halo mbah, saya Taeil mas--"

"Masuk!"

Mereka berempatpun saling menatap dan hanya pasrah mengikuti perintah Kakek tersebut. Mereka di bawa ke sebuah ruang yang minim cahaya. Di setiap sudut ruang itu terdapat sesajen dan dupa sedangkan di tengah ruangan terdapat meja dan kursi yang digunakan untuk konsultasi.

"Duduk!" Kakek tersebut menyuruh mereka berempat.

"Gini mbah, keluhannya--"

Omongan Yuta terpotong.

"Udah berapa rumah sakit?" Kakek itu menatap Yuta.

"T-tujuh.." Yuta tampak sedikit bergetar memandang Kakek itu.

"Mereka tidak memberi penjelasan yang detail?" Kakek itu bertanya lagi.

Yuta hanya menggeleng.

Kakek itu lalu memandangi Renjun dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Lalu Ia tersenyum.

"Kurangi makan nasi, perbanyak sayuran dan ini poin paling penting, banyak minum susu ya? kamu jarang minum susu kan?" Kakek itu tersenyum lagi.

Renjun hanya menunjukan cengirannya dan mengganggu.

"Minum susu setiap hari dan vitamin, kurangi nasi. Udah itu aja," Kakek itu mengulang perkataannya.

"G-ga ada setan mbah?" Guanlin yang bertanya.

Kakek tidak menjawab justru malah memandangi Guanlin dari ujung rambutnya dan ujung kaki.

"Kamu punya penjaga dan itu alasannya kenapa kamu selalu terhindar dari gangguan makhluk lain," Kakek itu tersenyum.

Guanlin menelan ludah.

"Silakan nanti dilaksanakan ya saran saya..." Kakek tersebut menatap Yuta, "Kalau tidak berhasil, panggil semua anak buah bapak buat mukulin saya.."

Yuta menelan ludahnya kasar. Damn, Ia adalah orang yang tidak pernah percaya dengan hal - hal seperti ini, namun di hari itu Ia menyadari bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dinalar dengan akal sehat.

"T-terimakasih mbah.." Yuta mengangguk sopan.

Suasana menjadi hening. Sebenarnya mereka hendak pamit, namun Kakek tersebut terus memandangi Guanlin jadi mereka hanya terdiam, menunggu. Kakek tersebut terus - terusan melebarkan senyumnya. Mungkin ada sekitar lima menit Kakek tersebut terus memandngi Guanlin.

"Ada keluhan lagi?" Kakek itu akhirnya berhenti melakukan aktivitasnya.

"Kenapa Mbah ngeliatin saya terus?" Guanlin penasaran.

Pacar Lima Restu 🌷 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang