MENCARI YUDHISTIRA
"Dokter Seruni."
Seruni terdiam saat melihat seorang laki-laki mengenakan kemeja putih dengan jaket kulit warna hitam andalannya nampak sedang berbincang dengan Andin, dokter forensik yang tidak lain adalah atasan Seruni. Seruni menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.
"AKP Agus ada perlu sama kamu katanya, Runi," ucap Andin seraya menyecap kopi panas dihadapannya. Seruni menatap Andin dan kemudian menatap Agus yang sudah sejak tadi berdiri seraya memperhatikan Seruni. Seolah menelisik sesuatu.
"Ada urusan apa, Pak Agus mencari saya?" tanya Seruni. Ia tahu jantungnya tidak dapat dikompromikan, terlebih ingatan akan perlakuannya pada Yudhistira masih belum dapat hilang dari ingatannya dan kini Seruni harus berhadapan langsung dengan Agus. Berulang kali Seruni menetralkan deru nafasnya, ia tidak ingin terlihat mencurigakan karena terlalu gugup tapi aah Seruni tidak sepandai itu. Dia tidak dapat memungkiri rasa gugupnya saat ini jauh lebih besar.
"Sudah sarapan, Dokter? Bagaimana kalau anda menemani saya sarapan?" tanya Agus. Seruni terdiam dan menatap Andin sejenak yang memberikan anggukannya tanda menyetujui maksud ajakan Agus pada anak buahnya.
"Seniormu sudah setuju tuh. Tidak masalah kan kalau kita sarapan bersama--Seruni," ucap Agus kemudian setelah pria itu menatap Andin untuk memastikan jika Andin tidak keberatan. Seruni terdiam sejenak, tidak ada alasan lain baginya untuk menolak ajakan Agus. Dengan sangat terpaksa gadis itu menganggukkan kepalanya lalu mengekor di belakang Agus. Seruni menunduk saat Agus membukakan pintu mobil pribadinya untuk Seruni.
"Memangnya Bapak mau makan dimana?" tanya Seruni saat Agus melajukan mobilnya keluar dari arena parkir Mabes Polri.
"Dimana kita bisa mengobrol santai berdua," jawab Agus tanpa menatap Seruni, namun Seruni dapat merasakan betapa dinginnya nada bicara Agus saat ini. Agus menatap Seruni sepintas lalu tersenyum miring. "Saya sudah pernah mengatakan, jangan panggil saya dengan sebutan Pak jika kita sedang berdua. Panggil Mas atau Abang saja. Saya ingin lebih akrab dengan kamu," ucap Agus. Seruni diam, tiba-tiba saja tubuhnya menegang kaku saat Agus dengan tanpa ijin menggenggam jemari Seruni.
"Ehem, Mas Agus, ma-maaf sebelumnya, saya--"
"Tidak nyaman?" potong Agus. Seruni menatap Agus dengan pandangan canggung dan tak lama ia kembali menganggukkan kepalanya. Agus melepaskan jemarinya dan tertawa ditempatnya.
"Apa karena Shaka? Kamu yakin sudah benar-benar memberikan hatimu pada anak muda itu?" tanya Agus. Kali ini tatapan Agus lebih tajam dari sebelumnya, seolah ingin mengintimidasi Seruni lewat cara pandangnya.
"Saya--"
"Saya yakin kamu masih bisa mempertimbangkan saya, Seruni. Sepertinya setelah urusan Marvelous ini usai saya akan segera dipromosikan menjadi Kompol (Komisaris Polisi), secara karir saya sudah jauh lebih mapan daripada Shaka. Terlebih kamu seorang dokter, tentu butuh orang seperti saya untuk menjadi pendamping kamu. Pertimbangkanlah," ucap Agus. Seruni diam. Ia tidak mengerti harus menjawab apa ucapan Agus barusan selain hanya tersenyum canggung.
"Oya, ngomong-ngomong, semalam kamu berada dimana sekitar dini hari?" tanya Agus seraya kembali melirikkan manik matanya ke arah Seruni. Sorot mata Agus begitu tajam, Seruni benar benar mati kutu saat ini. Apa mungkin Agus melihat dia saat bersembunyi di balik pilar semalam? Seruni hanya diam, mempermainkan jari jemarinya, gugup. Jantungnya berdetak lebih cepat dan keringat dingin tanpa sadar tiba-tiba saja keluar hampir di sekujur tubuhnya. Terlebih saat Agus menepikan mobilnya dan berhenti di ruas jalan yang sepi.
Seruni menegang kaku ditempatnya saat Agus mendekatkan tubuhnya ke arah Seruni dan mengusap lembut puncak kepala gadis itu hingga ke wajahnya. Agus nampak mendekatkan wajahnya ke wajah Seruni. Sedikit mengendus aroma tubuh dan parfum Seruni. hembus nafas hangat Agus menerpa wajah Seruni yang seketika mampu membuat Seruni bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVELOUS √ Tamat
ActionPertemuan tidak disengaja Nanggala Aryasena Biru dengan seorang gadis misterius membawanya pada sebuah masalah rumit. Masalah yang mau tidak mau membuat Nanggala terlibat sebuah perkara yang tidak biasa, yang berhubungan dengan jaringan mafia terbes...