DUKA MENDALAM
"Pah." gumam Samudera saat melihat Sagara tayangan berita tentang meninggalnya Ipda Den Shaka Wiratama.
"Kita kerumah duka, " ucap Sagara tegas. Samudera menganggukkan kepalanya seraya mempersiapkan mobilnya untuk pergi ke kediaman Jenderal Gema, ayah Shaka.
"Apa Shaka juga sedang menyelidiki hal yang sama dengan kita, Sam?" tanya Sagara dalam perjalanannya menuju ke rumah kediaman Gema. Samudera menoleh, ia terdiam sejenak.
"Jika menurut cerita Kinan iya, Pah. Beberapa hari lalu, Bang Sandi juga sempat menitipkan Seruni pada Shaka karena Seruni sempat mendapat ancaman dari Agus, atasan Yudhis dan Shaka. " jawab Samudera. Sagara kembali menghembuskan nafas kasar seraya memindai keluar jendela.
"Sayang sekali, Shaka masih sangat muda. Perwira polisi muda yang harus gugur disaat ia masih harus mengasah kemampuannya. Padahal papa yakin karir Shaka ke depan akan gemilang seperti Jenderal Gema. " ucap Sagara. Pria baya itu terdiam sejenak kemudian kembali menatap Samudera.
"Garis hidup siapa yang tahu ya, Sam. Lalu Seruni bagaimana? Bukannya katanya mereka akan menikah?" lanjut Sagara. Samudera kembali menatap Sagara dan menggelengkan kepalanya.
"Menurut keterangan Bang Sandi, pihaknya belum dapat menghubungi Seruni. Kemungkinan besar Seruni masih sangat syok dengan kabar ini, Pah, " Ucap Samudera. Ia kemudian memarkirkan mobil diarea parkir tak jauh dari rumah kediaman Jenderal Gema. Samudera turun bersama dengan Sagara yang segera berjalan perlahan menuju rumah Jenderal Gema yang sudah dipenuhi oleh para pelayat. Samudera melihat Sandi yang berjalan tegap menuju ke arahnya.
"Seruni nggak bisa dihubungi, Sam. " Lirih Sandi. Samudera menatap cepat ke arah Sandi lalu menaikkan satu alisnya.
"Jenasah masih dirumah sakit untuk diotopsi kan, Bang?" tanya Samudera. Sandi mengangguk. "Gue panik. Terus gue minta Regita buat cek ke rumah sakit tapi barusan Regita telpon kalau Seruni nggak ada di rumah sakit. " Ucap Sandi. Samudera menatap Sandi tajam. Ia terus memikirkan berbagai kemungkinan.
"Gue bakal cari tahu, Ndan, " Ucap Samudera. Beberapa detik berselang ponsel pintarnya berbunyi dan menampilkan nama Sigit disana.
"Halo, Le, "
"Ndan, GPS kita di Lockstair ada dua ternyata yang aktif. Satu ada di basement dan yang satu lagi ada di lantai delapan. Sepertinya Seruni juga ada di tempat yang sama, Bro, "
Tubuh Samudera menegang kaku seketika saat mendengar ucapan Sigit barusan. Setelah memutuskan ponselnya ia menyentuh lengan Sandi dan menatap nya tajam.
"Gue tahu di mana Seruni, Bang, " ucap Samudera. Sandi menatap tajam ke arah Samudera, laki-laki gagah itu sudah dapat menebak apa yang akan disampaikan Samudera padanya. Sandi mengangguk tanpa bertanya lebih pada Samudera lalu membawa Samudera pada rekan kerja Seruni yang sudah ada di rumah duka, Tiara.
"Kamu terakhir lihat Seruni kapan?" Tanya Sandi. Tiara dengan mata sembab nya menatap Sandi dan Samudera bergantian. Dapat dipastikan gadis itu gemetaran sekarang karena kedua tangannya masih nampak tremor.
"Tadi pagi. Terus siangnya Seruni bilang dia ada janji dengan AKP Agus. Saya yang kasih tahu mAs Shaka tentang ini, saya nggak nyangka kalau tadi adalah --- pertemuan trakhir kami --- Mas Shaka, " Tiara menutup wajah dengan kedua tangannya. Sementara Sandi dan Samudera saling menatap tajam.
"Apa yang lo pikirin, Sam?"
"Kalau kita sepemikiran berarti saatnya kita bertindak, Bang, " ucap Samudera. Sandi menghela nafas kasar. Nampak netranya menajam dengan tangan yang mengepal kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVELOUS √ Tamat
ActionPertemuan tidak disengaja Nanggala Aryasena Biru dengan seorang gadis misterius membawanya pada sebuah masalah rumit. Masalah yang mau tidak mau membuat Nanggala terlibat sebuah perkara yang tidak biasa, yang berhubungan dengan jaringan mafia terbes...