MASALAH BARU
Nanggala berlari diantara kerumunan orang menuju mobil caravan yang terparkir tepat di depan tukang sate yang berada tak jauh dari Lockstair. Disana ia sudah ditunggu oleh Sigit dan Regita. Regita dengan segera melihat bom yang ada di tubuh ketiga orang tersebut.
"Gimana?" tanya Sigit.
"Ini terlalu mudah untuk bom jenis picu." Jawab Regita seraya membuka kabel yang menempel di bom tersebut. Dahinya mengernyit saat membuka pembungkus kabel pada bom yang ada ditubuh Seruni. Lalu ia berganti membuka pembungkus kabel yang ada pada bom di tubuh Vivian dan Nanggala.
"Gimana, Git?"
"Lo diem bentar bisa nggak sih?! Gue lagi mikir!"
"Ya kalau lo mikir cepatan kita nggak lagi ada ujian matematika lho! Waktu sempit, Git! Gue harus bawa mereka secepatnya!"
Mendengar Sigit yang terus saja berbicara membuat Regita kesal dan menatap nya tajam."Tiga bom ini terhubung dengan bom yang lainnya, " ucap Regita yang kembali memusatkan pandangan ke arah bom yang akan dijinakkan nya. Sigit mengernyit kan dahinya. "Maksud lo?"
"Kalau gue jinakin ini, akan ada bom lain yang meledak. Dan kalau lihat dari strukturnya yang terlalu sederhana, ini bisa jadi pengganti remote kontrol jarak jauh, " ucap Regita. Sigit menatap Regita dan ketiga anak muda itu bergantian.
"Jadi?"
"Gue nggak bisa jinakin ini sebelum gue tahu dimana letak bom yang akan dipicu sama ketiga Bom ini."
"Kalau dibiarkan meledak aja ngaruh nggak?"
"Kalau bom ini meledak, yang lain akan mengikuti. Efek domino, Bro. " ucap Regita. Sigit menggeram kesal dan menatap Regita kembali.
"Lo lepas aja dari tubuh mereka. Nanti kita cari tahu dimana bom yang mereka simpan itu. " Ucap Sigit. Regita mengangguk paham dan dengan perlahan melepaskan satu per satu rompi dari tubuh Nanggala, Vivian dan Seruni.
"Gue laporan dulu sama Sam, " ucap Sigit yang segera diangguki oleh Regita. Setelah berusaha melepaskan bom dari tubuh Nanggala, Vivian, dan Seruni, Regita meletakkan bom itu perlahan di bagian belakang mobil.
"Sam bilang kita balik ke Markas, " ucap Sigit seraya masuk ke mobilnya.
"Trus Yudhis gimana?" tanya Regita yang menatap ke arah Lockstair. Sigit melihat sekelilingnya lalu menggedik kan kepalanya, meminta Regita agar segera masuk.
"Banyak polisi. Nggak bagus buat lo dan terlebih gue. Kita bawa mereka dulu ke markas. Masalah Yudhis biar Sam yang tangani, " ucap Sigit. Ia segera melaju, meninggalkan lokasi Lockstair menuju rumah sederhana di pinggir dermaga yang dijadikan markas oleh Samudera dan rekan rekannya.
"Yudhis gimana, Gal?"tanya Seruni seraya menatap Nanggala. Nanggala menoleh dan menatap Seruni lalu menghembuskan nafas panjang.
" Gue yakin dia pasti baik baik aja. Lo lihat tadi udah ada aparat. Gue harap petinggi Marvelous yang terlibat masalah ini bisa segera ditangkap. Seruni menatap Nanggala lalu kembali diam ditempatnya menatap keluar jendela.
"Yudhis?" tanya Samudera saat melihat Nanggala dan rombongannya sampai di Markas sementara mereka.
"Lapor, Komandan, kami meninggalkan Yudhis karena di lokasi banyak sekali aparat. Sehingga kami sengaja meninggalkan Yudhistira. Lalu berkaitan dengan bom yang ada ditubuh Nanggala dan juga dua orang lainnya saya tidak dapat menonaktifkannya sementara waktu karena-- Bom itu terkait dengan bom yang lebih besar sehingga saya tidak bisa menjinakkannya sebelum menmukan dimana letak bom utamanya berada, Ndan," ucap Regita. Samudera mengernyitkan dahinya sebelum akhirnya mengangguk. Langkahnya memberat menuju kelima orang anggota yang diduga adalah bagian dari Marvelous yang sempat ditangkap oleh Sigit dan kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVELOUS √ Tamat
ActionPertemuan tidak disengaja Nanggala Aryasena Biru dengan seorang gadis misterius membawanya pada sebuah masalah rumit. Masalah yang mau tidak mau membuat Nanggala terlibat sebuah perkara yang tidak biasa, yang berhubungan dengan jaringan mafia terbes...