TUDUHAN BERAT
Samudera terkesiap saat melihat sebuah bom ditubuh Gio.
Ia segera keluar dari ruangan itu, saat melihat Gio hendak menekan pemicu bom di tangannya. Sekuat tenaga Samudera berlari keluar dari ruangan besar itu.
Boom!
Samudera memecahkan kaca hydrant box dan mengambil fire hose di dalamnya lalu menariknya dan melompat dari kaca jendela lantai tiga puluh itu. Samudera meluncur bertepatan dengan kobaran api yang menjalar hingga keluar jendela akibat dari ledakan bom tersebut. Samudera meluncur dan berhasil berhenti di lantai dua puluh empat. Enam lantai di bawah ledakan bom itu. Ia kembali memecahkan kaca jendela dengan kedua kakinya dan berguling masuk ke dalam gedung. Beruntung efek dari ledakan bom tidak terlalu besar jadi tidak membuat gedung bertingkat itu runtuh. Instalasi hydrant pemadaman api di gedung itu sudah otomatis terbuka mengalirkan air untuk memadamkan api. Samudera berjalan melalui tangga darurat seraya memegangi pinggangnya yang masih terus mengeluarkan darah segar. Ia mengabaikan beberapa pecahan kaca di tubuhnya dan terus berlari keluar gedung lewat pintu belakang gedung.
"Gimana keadaan kamu, Bang? " suara lembut Kinanti terdengar begitu merdu dan membuat Samudera membuka kembali manik matanya dan tersenyum menatap Kinanti yang duduk di samping brangkar.
"Jauh lebih baik. Oya, gimana Yudhis?" tanya Samudera. Kinanti menghembuskan nafas berat. "Kondisinya sudah tidak kritis tapi dia harus melakukan beberapa operasi usus karena ditemukan sebuah benda asing di ususnya. Kalau menurut Mas Gading itu sejenis GPS. Mungkin marvelous yang menanamnya ditubuh Yudhis, " Ucap Kinanti. Samudera terdiam lalu kembali menghela nafas panjang.
"Anak itu sudah banyak mengalami hal buruk selama menjadi tawanan. Semoga dia segera pulih. Masalah ini masih belum selesai sepenuhnya. " ucap Samudera lirih.
Samudera dan Kinanti menoleh ke arah pintu dan sedikit terkesiap saat melihat beberapa orang berseragam polisi militer memberikan hormat pada Samudera.
"Selamat siang, Mayor Jalesveva Samudera Biru, kami diperintahkan untuk membawa anda ke kantor untuk memberikan keterangan berkaitan dengan penyerangan yang terjadi di PT. Chevalier kemarin malam." Ucap orang itu. Kinanti membulatkan manik matanya ia hendak memberikan protesnya, namun tangan kanan Samudera menahan lengannya membuat Kinanti menoleh kembali ke arah Samudera dan menatap penuh tanya.
"Biarkan saja mereka membawaku. Aku harus bertanggungjawab dengan semua kekacauan ini, Kinan. Tunggulah disini," ucap Samudera. Pria itu berusaha sekuat tenaga berdiri dan duduk diatas kursi roda yang telah disiapkan oleh polisi militer tersebut. Kinanti menatap nanar ke arah Samudera dan kemudian menatap Sagara yang nampak membiarkan Polisi Militer itu membawa SSamudera pergi.
"Pah? " desis Kinanti saat melihat Sagara datang.
"Tenang saja. Ini memang harus dilewati oleh Samudera. Tolong kamu bersabarlah, Kinan. Lebih baik kamu hubungi Btari dan anak-anak. Mereka pasti sangat khawatir menunggu kabar darimu, " ucap Sagara lembut. Kinanti mengangguk paham dan memohon diri untuk meninggalkan tempat. Memilih tempat yang lebih tenang untuk menghubungi kedua anaknya.
Nanggala berdiri tepat di ruang perawatan intensive tempat Yudhistira dirawat. Netranya terus memandang ke arah Yudhistira yang masih belum sadarkan diri pasca operasi usus yang baru saja ia jalani.
"Aku yakin Yudhis akan sembuh, " ucap Vivian sembari menautkan jemarinya di antara jemari Nanggala. Nanggala berjengit kaget lalu menoleh dan tersenyum saat melihat Vivian meletakkan kepalanya di bahunya.
"Semua karena aku. Maaf yaa, kalau masalahnya jadi serumit ini, " lirih Vivian. Nanggala tersenyum tipis.
"Aku juga salah kok. Entah kenapa aku justru ingin berusaha membantumu keluar dari masalahmu tanpa berpikir panjang dan tanpa tahu banyak yang harus dipertaruhkan karena masalah ini. Tapi setidaknya semua sudah berakhir, Vi, " Ucap Nanggala lembut. Vivian mengangguk tapi segera melepaskan diri dari tubuh Nanggala saat melihat Sagara dan Kinanti berjalan ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVELOUS √ Tamat
ActionPertemuan tidak disengaja Nanggala Aryasena Biru dengan seorang gadis misterius membawanya pada sebuah masalah rumit. Masalah yang mau tidak mau membuat Nanggala terlibat sebuah perkara yang tidak biasa, yang berhubungan dengan jaringan mafia terbes...