Marvelous | EPILOG

1.5K 148 114
                                    

THE LAST PART

Yudhistira terdiam ditempatnya seraya bersedekap menatap lurus dengan netra tajamnya kearah gadis yang duduk dihadapannya dengan tangan dan kaki terikat. Mereka saling berhadapan namun terpisahkan oleh sebuah dinding kaca. Yudhistira mengangkat gagang telepon yang ada dihadapannya dan memberikan isyarat pada gadis itu untuk melakukan hal yang sama.

Dengan wajah malas dan tidak antusias, gadis itu mengangkat telepon dihadapannya dan menempelkan telepon itu di telinganya.

"Apa mau lo?" tanya gadis itu ketus. Yudhistira terdiam sejenak sebelum mendengus tertawa. Rasanya ia sudah ingin memecahkan kaca pembatas yang menghalangi dirinya untuk mencekek Vivian saat itu juga.

"Kalau bukan karena Nanggala, gue nggak akan sudi datang kesini dan ketemu sama lo!" kesal Yudhistira kemudian. Vivian tertawa sumbang lalu kembali menatap Yudhistira dengan mata sayunya. Yudhistira membawa sebuah recorder dan menunjukkannya pada Vivian.

"Gue mau sebelum lo pergi, lo rekam suara lo disini terus kirim balik ke gue." Ucap Yudhistira tegas. Vivian memutar malas manik matanya seraya menggelengkan kepalanya. Sebelum Vivian hendak meletakkan teleponnya, Yudhistira segera berkata, "Kalau lo punya hati, tolong katakan sesuatu. Gue masih anggap lo manusia karena Nanggala." Vivian kembali menggelengkan kepalanya dan tersenyum remeh.

"Mungkin ini kesempatan terakhir lo minta maaf sama dia sebelum terlambat." Teriak Yudhistira lagi. Teriakan yang dapat didengar jelas oleh Vivian. Namun, seolah tidak peduli, gadis itu beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke ruang tahanannya. Setelah penangkapan yang dilakukan pihak kepolisian bekerjasama dengan pihak Interpol beberapa waktu lalu, Vivian menjalani beberapa pemerikaan di sini sebelum akhirnya nanti dia akan dibawa ke Perancis untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.

Vivian terdiam ditempatnya saat salah seorang petugas memberikan tape recorder itu padanya. Ia menatap nanar tape recorder itu dan entah mengapa justru kejadian penembakan di pelabuhan itu kembali menghampiri pikirannya. Vivian menggenggam cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya, ia kembali menatap cincin itu dan kembali mengingat kenangan terakhirnya dengan Nanggala malam itu.

***

"Gimana Nanggala, Mah?" tanya Yudhisitra sesaat setelah mendapatkan telepon dari Btari jika kondisi Nanggala tidak terlalu baik dan justru terus menurun. Btari segera menghambur ke pelukan yudhistira dan kembali menumpahkan air matanya pada pemuda tampan itu. Ia mendongak dan melihat Sagara bersama Samudera dan Kinanti berjalan kearahnya dengan wajah lesu, kepala tertunduk.

"Gimana Gala, pah?" tanya Yudhistira kemudian. Sagara diam, tatapannya beralih pada Btari yang kembali menangis ditempatnya sebelum akhirnya Sagara merentangkan tangannya dan mendekap tubuh Btari masuk kedalam pelukannya.

"Gala, Pah..Gala," ratap Btari. Yudhistira masih menatap bingung seluruh keluarganya lalu tak lama menatap kea rah jendela kaca yang memisahkan dirinya dengan Nanggala yang masih setia memejamkan manik matanya.

"Lo kenapa, Nyet? Bilang sama gue..Please, sadar, Nyet! Lo tega lihat mama nangisin lo tiap hari? Apa yang harus gue lakuin, Nyet? Lo pengen gue buat apa? Lo pengen gue bunuh Vivian? Atau Lo pengen gue seret Vivian kesini untuk minta maaf sama lo? Apa, Nyet? Gue mau lakuin apapun buat lo asal lo hidup..please.. kita punya janji kalau kita datang sama sama maka kita juga bakalan pulang sama-sama. Gue nggak mau lo pulang duluan—gue nggak mau lo pergi duluan dan ninggalin gue sendirian disini, Nyet," batin Yudhistira. Pemuda itu terus menatap tajam dengan alis yang bertaut orang yang memiliki wajah, bentuk tubuh dan juga rambut yang nyaris sama dengan dirinya.

"Yud?" Samudera menghampiri Yudhistira saat melihat pemuda itu terdiam menatap ruangan perawatan Nanggala.

"Gue boleh ketemu Nanggala nggak?" tanya Yudhistira. Samudera diam dan kembali menatap Yudhistira sebelum akhirnya mengangguk tipis.

MARVELOUS √ TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang