Marvelous | 22

489 111 49
                                    

RASA BERSALAH VIVIAN

"Gala, "

Vivian berjalan ke depan selasaran sebuah gudang yang sudah disulap menjadi sebuah rumah dan markas oleh Sigit dan anak buahnya. Nanggala yang kala itu sedang duduk dengan menghadap laptopnya pun sedikit terperanjat, kaget dengan sapaan dan sentuhan lembut Vivian.

"Apa?"

"Kamu ngelamun?"

Nanggala menghela nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya. "Cuma kepikiran Yudhis, " ucap Nanggala. Ia kembali memusatkan konsentrasi nya pada layar monitor. Baru saja Nanggala selesai mengerjakan desain 3D replika Lockstair sesuai dengan pandauan dari Vivian.

"Kamu udah selesai gambar?" tanya Vivian lagi. Lagi-lagi Nanggala hanya menganggukkan kepalanya. Vivian kembali diam. Ia menunduk lalu kembali mendongak menatap lurus kedepan.

"Maafin aku. Karena aku, Yudhis jadi--sasaran," Lirih Vivian kembali menundukkan kepalanya.

"Andai awal kita ketemu kamu nggak bawa aku pulang atau kamu suruh aku turun di jalan, kejadiannya pasti nggak akan serumit ini, Gal, maaf, " Lirih Vivian lagi. Kali ini ia tidak dapat menahan lagi air matanya. Vivian nampak mengusap lembut wajahnya.

"Vi, jangan merasa bersalah. Ya walaupun sekarang semua jadi serumit ini, tapi semua bukan salah kamu sepenuhnya. Aku cuma khawatir kalau-- Yudhis berakhir mengenaskan seperti beberapa agen yang lain, " ucap Nanggala. Cowok itu menunduk seraya beberapa kali menghembuskan nafas kasar. Setelah mengetahui Yudhistira menghilang, Nanggala nampak lebih murung dan pendiam.

"Gal, aku akan bawa saudara kamu kembali lagi kesini. Aku janji, " ucap Vivian lembut seraya menggenggam baju Nanggala. Cowok itupun menoleh cepat menatap Vivian. "Apa maksud kamu? Kamu akan ke tempat orang-orang laknat itu, Vi? Kamu mau menyerahkan diri begitu?! Banyak hal yang sudah kita lewati sampai kita bisa selamat disini, Vi! Kalau endingnya kamu menyerahkan diri, apa gunanya kita ninggalin dua orang anak buah kamu?! Pengorbanan mereka nggak ada artinya dong, Vi! " ucap Nanggala dengan nada meninggi. Vivian menatap nanar ke arah Nanggala, air matanya kembali menetes deras di pipinya.

Melihat gadis dihadapannya menangis, Nanggala sedikit terkejut lalu menghembuskan nafas kasar. Tangan kekarnya merengkuh tubuh mungil Vivian dan memeluk gadis itu erat.

"Maaf. Aku nggak bermaksud bentak kamu, "ucap Nanggala.

" Aku hanya ingin membantu, " lirih nya.

"Kalau ingin bantu, sekarang juga datang ke ruang tengah. Kita rapat membicarakan tentang struktur bangunan Lockstair. " ucap Samudera tegas. Mendengar itu dengan cepat Nanggala melepaskan pelukannya pada Vivian  dan segera berdiri membawa laptop ditangannya.

Bugh!

Samudera menendang keras pantat Nanggala sebelum akhirnya tangan kekar pria itu ia lingkarkan di leher Nanggala.

"Lo nggak usah nge laba,Nyet!"

"Siapa yang ngelaba, Bang! Gue cuma nenangin dia!"

"Pikirin masalahnya, Nyet! Nggak usah berharap banyak sama Vivian. Papa mama nggak bakal setuju!" bisik Samudera penuh penekanan sebelum. akhirnya melepaskan belitannya. Nanggala diam ditempatnya seraya menatap punggung Samudera yang kian menjauh. Nanggala kemudian menatap Vivian. Berulangkali ia menepis perasaannya pada gadis itu karena Nanggala menyadari tidak mungkin akan mendapatkan restu dari kedua orang tuanya setelah mengetahui identitas Vivian yang sebenarnya.

Mungkin karena ini alasan gue bertahan buat nolong lo. Ada hal yang berbeda saat kita pertama kali ketemu dan nggak butuh waktu lama buat aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali ketemu.

MARVELOUS √ TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang