Part 2 | Rindu

57 10 20
                                    

Haii! Ada yang kaget, nggak, pas tau aku update lagi di luar jadwal? Padahal, target pembaca yang ada belum terpenuhi? 🤔

Jadii, aku emang mau ngasih kejutan ke kalian ✨ malam ini aku update lagii, dan nggak akan memengaruhi jadwal tetap, yaa. Jumat depan tetep update, okee?

—Happy reading!—
Jangan lupa vote & komennya, ya!

Playlist: ♪ Rindu dalam hati oleh Arsy Widianto & Brisia Jodie ♪

***

PART 2 | RINDU

“Definisi manusia yang gila popularitas itu lo, Lin. Otak elo bener-bener dipenuhi sama kepopuleran. Lo tega nyakitin dua orang, demi kegilaan lo itu. Gue rasa, elo harus dicek ke psikolog soal mental elo yang gila popularitas itu.”

—Renjana Malania

***

“Hebat banget lo, Lin! Gue nggak nyangka, hubungan elo sama Dimas bertahan sampai sekarang!”

“Pertahanin terus, Lin! Gue bangga banget sama lo. Kepopuleran lo semakin meningkat karena pacaran sama Dimas!”

DIA mendengkus. Langkahnya terhenti sejak dia melihat Alin, Tifani, dan juga Iren yang berkumpul di dekat koridor sekolah. Renjana mengusap wajahnya pelan. Entah mengapa, hatinya memanas karena ucapan Tifani dan juga Iren.

“Ya, jelas, gue pertahanin. Dimas itu kayak cahaya di hidup gue. Dengan gue pacaran sama dia, kepopuleran gue semakin meningkat.” Alin terkekeh. Membuat Tifani dan Iren ikut terkekeh.

Renjana memutar bola matanya malas. Dia melangkah mendekat ke arah ketiganya dengan napas yang mulai menderu.

“Heh!” Renjana mendorong Alin hingga tersungkur dari belakang. Membuat ketiganya tersentak dan menoleh ke arahnya.

Alin bangkit berdiri. Emosinya mulai mengisi kepalanya. Napasnya mulai menderu. “Woy! Maksud lo apaan, hah, dorong gue?! Nyari masalah lagi?!” tanya Alin dengan sedikit penekanan. Membuat Renjana tersenyum konyol.

“Lo yang apaan, Lin! Gue nggak ngerti, ya, jalan pemikiran lo, Alin Maheswara yang terhormat. Popularitas selalu ada di otak lo!” balas Renjana. Membuat Alin dan kedua temannya membulatkan matanya seketika.

“Lo? Lo denger pembicaraan kita?” Alin menatap Renjana tak percaya. Perlahan, gadis ini mulai menegukkan air liurnya susah payah.

Renjana mendengkus. “Iya. Kenapa emang? Masalah? Takut gue rekam, terus gue kasih rekamannya ke Dimas?”

Alin melotot. Amarahnya semakin memuncak saat ini. Napasnya semakin menderu. Tatapan tajam ditujukan untuk Renjana saat ini.

“Heh, anak haram! Lo nggak usah ikut campur soal ini, ya! Lagian Alin pacaran sama Dimas, nggak cuman buat ningkatin kepopuleran dia doang!” kata Tifani dengan sedikit penekanan. Membuat Renjana mengangkat alisnya sejenak.

“Aduh, ulangin lagi, dong?” Renjana tersenyum konyol kembali. Membuat ketiganya menatap Renjana semakin marah. “Biasanya, nih, ya, orang yang udah keciduk, kepojok, bakal nyari alesan yang lain. True, nggak, sih?” lanjut Renjana sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang