Haiii! Maaf bangett, yaaa, aku updatenya terlalu malem. Soalnya tugas sekolah bener-bener numpuk🤧 tapii tenang aja, cerita ini seriusan nggak bakalan hiatuss!
Langsung baca aja, yaa! Selamat membaca! Semoga siap menguras emosi lagi di part ini:)
***
PART 13 | TERSULUT EMOSI
“Lagian itu anak nyari masalah mulu. Hidupnya emang pengen selalu bikin masalah apa gimana, sih, konsepnya?”
—Shinta Agustania
***
DIMAS menggebrak mejanya kasar. Membuat beberapa teman Alaskarnya yang berkumpul di meja belakang—menatapnya nanar. Kekesalannya masih belum berakhir. Bukan soal Alin yang mencari perkara dengan Renjana, namun soal perhatian Rizano ke Renjana.
Dimas duduk di sebelah Devano—menghela napasnya berat. Pria itu menyugar rambutnya ke belakang. Suasana di sekeliling perkumpulannya masih hening. Satu suara pun tidak terdengar.
“Lo...kenapa?” tanya Yusuf memberanikan diri. Membuat Dimas menoleh ke arahnya.
Dimas mengembuskan napasnya. “Gue sakit hati banget ngeliat Renjana terus deket sama cowok lain—Rizano, anak mipa tujuh itu. Kesel banget gue, asli, deh,” kata Dimas menyahuti pertanyaan Yusuf. Membuat beberapa temannya mengangguk pelan.
“Jadi cowok kecentilan. Udah punya pacar masih aja deketin Renjana. Alin juga berengsek. Benci gue sama dia,” lanjutnya sambil mendengkus.
Alvaro berdecak pelan. Menatap Dimas dengan tatapan sedikit tajam. “Ck, apa gue bilang waktu itu? Putusin aja Alin, apa susahnya? Dia ngancem sesuatu, jangan dengerin, lah. Lo itu berhak atas kebebasan hati lo. Lo bukan robot atau sejenisnya yang bisa dikendaliin seenaknya,” sahut Alvaro dengan sedikit penekanan. Membuat seluruh tatapan anggota Alaskar ke arahnya, termasuk Dimas.
“Sabar, bwang,” kekeh Nathan yang sedikit ngakak melihat wajah Alvaro yang terlihat mulai marah.
Alvaro melirik tajam ke arah Nathan. “Sekali lagi lo sebut gue bwang, gue sumpel mulut lo pake duit!” balas Alvaro. Membuat Nathan terdiam seketika.
Dimas mulai menghela napasnya. “Gue tau, Al. Gue emang berhak atas kebebasan gue. Tapi...kalo gue egois, nanti Renjana tersakiti gimana? Gue...cuman nggak mau dicap egois di mata Renjana. Posisi gue...serba salah, padahal kesabaran gue udah habis,” gumam Dimas.
Rifky mengembuskan napasnya berat. “Duh, idup-idup. Kenapa jomlo mulu, yaa? Sampe kapan gue begini? Ah, tapi kalo pacaran juga ga enak. Puyeng, harus jaga dua hati. Hati sendiri sama hati doi, ditambah lagi banyak banget beban pikiran kalo pacaran,” cibir Rifky. Membuat beberapa temannya menatapnya tajam.
Rifky mengembuskan napasnya singkat. “Di saat orang laen sibuk pacaran, sibuk soal sakit hati, gue? Diem aja,” lanjut Rifky lagi. Membuat teman-temannya menatapnya tajam. Namun pria itu tak menyadarinya. Dimas, napas pria itu menderu. Pikirannya beranggapan bahwa Rifky menyindir masalahnya.
“Ya, jelas, Ki! Lo itu jomlo. J-o-m-l-o!” kata Yusuf sambil terkekeh. Membuat Rifky menoyor kepalanya.
“Jomlo tapi enak, dong. Nggak ada yang ngatur, beban pikiran pas pacaran nggak ada. Orang jomlo itu...simpel banget idupnya. Walaupun kadang iri sama orang yang punya pacar, sih,” ujar Rifky sambil memelankan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Us [TAMAT]
Fiksi Remaja••Sequel atau bagian kedua dari Novel Lost My Euphoria. Disarankan membaca Novel Lost My Euphoria, jika ingin tahu detailnya•• *** #6 Alaskar *** ❗TAMAT ❗ *** "Faktanya, kita emang nggak pernah ditakdirin buat bersatu." *** Renjana Malania, gadis ma...