Part 14 | Pemilik hati yang berbeda

33 7 45
                                    

Haihaii! Apa kabar??

Lagi nungguin author update yaa?:>

Maafff yaa, minggu ini malem terus updatenya, karenaa akuu harus nyelesain tugas sekolah & belajar buat persiapan UAS besok 🙂

Siap baca part ini??
Siap menguras emosi?

-Happy reading!-

***

PART 14 | PEMILIK HATI YANG BERBEDA

"Satu pertanyaan gue, kenapa Renjana muncul layaknya pelakor berhati iblis di hubungan gue sama Jano? Gue rasanya nggak kuat. Apa harus gue udahin hubungan ini?"

-Octavia Nafisa

***

OCTA mematung di tempatnya. Gadis itu tak peduli dengan suasana ruangan kelas yang riuh-pikirannya tetap mengingat serpihan kejadian tadi pagi. Dan juga, mengingat masa pacarannya sebelum ada Renjana.

"Janooo, Jano yang gantenggg, pulang sekolah mau ke mall, nggak?" Octa tersenyum sembari menatap Rizano berbinar. Saat ini, kedua kaki Octa masih bisa berjalan.

Rizano mengacak rambut gadis itu pelan. "Ngapain ke mall lagi? Dua hari lalu baru ke mall, kan, Ta?" ujar Rizano yang membuat Octa mendelik tajam ke arahnya.

"Ih, Jano! Octa mau ke mall, karena mau ke bioskopnya. Itu, lho, nonton film horror yang baru dirilis! Udah gitu ada artisnya gitu di bioskopnya. Mau, ya, Jano? Please??"

Rizano menghela napasnya. "Nggak mau, Ya. Lo lupa, gue nggak berani nonton film horror?"

Octa menggigiti bibir bagian bawahnya. "I-nget, sih. Tapi Octa mau nonton, jadi, gimana, dong?"

Octa menghela napasnya perlahan. Setetes air mata dengan cepat mengalir ke dagunya. Memori masa lalunya terlihat indah, meksipun hanya kenangan. Octa menginginkan kehidupannya yang dulu-yang masih bisa menggunakan kakinya untuk berjalan. Octa mau, dia seperti dulu-Octa yang ekspresif, bukan Octa yang pemurung. Bahkan setelah tragedi yang membuat kakinya lumpuh, hubungan Octa dengan Rizano tampak monoton. Tidak ada yang namanya ke mall, dan tidak ada yang namanya bertemuan di malam minggu.

Octa jadi heran, apa Rizano malu, ya, punya pacar cacat kayak dia?

"Jano udah lama nunggu?" Octa menarik kursi di dekatnya, kemudian duduk. Dia menatap Rizano intens. Dan...jantungnya benar-benar berdebar kencang.

Rizano tersenyum. "Baru saampe, kok. Oh iya, kamu...mau pesen apa di kafe ini? Ada milk coffe kesukaan kamu juga, lho. Mau, hm?"

Octa mengangguk. Dengan demikian, Rizano langsung berpamitan sejenak untuk menuju meja pemesanan. Kan, jantung Octa jadi dag-dig-dug layaknya musik jedag-jedug. Haha, sudahlah. Mari kita lanjut.

"Ta." Rizano menatap bola mata hitam milik gadis itu dalam. Sangat dalam dan berarti.

"A-apa?"

"Jangan pernah tinggalin gue, ya? Gue...rasanya nggak sanggup tanpa lo. Lo itu definisi pacar terbaik yang pernah ada. I love you, Ta."

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang