Haii! Akhirnya aku bisa update lagi:)
Seneng nggak?
Satu sampai dua kata sebelum baca part ini??
Kalian kangen tokoh siapa di cerita ini?? Renjana? Octa? Atau siapa? 😂
Happy reading! Jangan lupa vote & komennya, yaa!
***
PART 8 | LUKA YANG ENGGAN MENJAUH
“Kenapa luka ini seolah enggan menjauh, walaupun udah banyak rintangan yang aku lalui? Luka yang kadang membuat aku menyalahkan diri sendiri, atas semua yang terjadi.”
—Renjana Malania
***
Bruk!
ALIN dengan sengaja menjegal kaki Renjana, hingga gadis itu terjatuh ke lantai. Alin menghela napasnya, lalu tersenyum sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya. Renjana mendongak. Gadis itu masih menatap Alin dalam diam. Suasana di sekitarnya sangat sepi, karena semua orang sudah meninggalkan lingkungan sekolah.
“Duh, gue rasa cewek centil kayak lo bener-bener nggak punya urat malu, ya?” Alin tersenyum smirk. Membuat Renjana bangkit. Gadis itu mulai melempar tatapan tajam ke arah Alin. Gadis itu mulai mendorong pelan bahu Alin.
“Maksud lo apa?!” protes Renjana. Membuat Alin mendengkus, kemudian menoyor kepala Renjana seenaknya.
“Lo pikir aja sendiri, Ren! Centil, kok, nggak mau ngaku. Gengsi?” cibir Alin sembari memicingkan sebelah matanya.
Renjana memutar bola matanya malas. “Heh, muka setan! Gue nggak centil! Dan, ya, dari pada elo?! Takut kalah saing nggak mau ngaku! Gengsi, hah? Sampe-sampe ngerebut Dimas lewat jalur orang tuanya? Cupu lo!” remeh Renjana. Membuat Alin melotot atas ucapannya.
Plak!
“Dasar anak haram, ya?!” Napas Alin mulai menderu. Wajahnya memerah, seiring buliran keringat mengalir dari wajahnya.
Renjana mendengkus. “Dasar cabe! Cabe di pasar makin murah, ya?” ujarnya sembari tersenyum tipis. Sementara Alin, gadis itu kembali melotot atas ucapannya.
“Lo bilang apa tadi?! Coba lo bilang sekali lagi!” perintah Alin. Membuat Renjana mendengkus kasar.
“Cabe, cabe. Udah cabe, budek lagi! Udah, ah, bye! Gue mau pulang!” Renjana menerobos Alin dengan santainya. Membuat gadis itu mengentakkan kakinya ke lantai selama beberapa kali. Emosinya semakin meluap.
Alin benar-benar kesal dengan Renjana.
“Dasar centilll!!” gerutunya.
Baru beberapa langkah Renjana berjalan, tiba-tiba dia mendengar jelas suara yang tidak jauh sumbernya dari tempatnya saat ini. Renjana menoleh. Berusaha mencari sumber suara. Itu disebabkan suara yang didengarnya sangat familier di telinganya. Mata Renjana membulat, ketika melihat Dimas dan Rizano berada di pinggir lapangan utama SMA Brisma.
“JANO! TUNGGU LO! BRENGS*K!” Dimas mencekal kerah baju Rizano dari belakang. Membuat pria itu sedikit tercekik. Dimas mulai menghempas kasar Rizano. Pria itu terlihat menatapnya nanar. Dimas tidak peduli. Emosinya meluap, karena melihat Rizano saat ini. Rizano, orang yang dekat dengan Renjana belakangan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Us [TAMAT]
Roman pour Adolescents••Sequel atau bagian kedua dari Novel Lost My Euphoria. Disarankan membaca Novel Lost My Euphoria, jika ingin tahu detailnya•• *** #6 Alaskar *** ❗TAMAT ❗ *** "Faktanya, kita emang nggak pernah ditakdirin buat bersatu." *** Renjana Malania, gadis ma...