PART 42 | BUCIN TAPI POSESIF

16 3 0
                                    

Haiii! Gimana kabarnya?? Sehat-sehat semua kan??

Siapa yang udah ngga sabar baca part ini?
Siapa yang siap baper di part ini??

Playlist : Kali kedua oleh Raisa

••Happy reading••

***

PART 42 | BUCIN TAPI POSESIF

“Dasar bucin akut, tapi posesifnya minta ampun.”

—Renjana Malania

***

“Gue nggak tau kenapa pas pulang hujan lagi.”

BEGITULAH kalimat singkat namun pelan yang diucapkan Dimas. Cowok itu berdiri tegak sembari bersedekap dada di samping Renjana. Renjana, gadis itu menatap sayu ke arah depan. Entah sampai kapan hujan deras ini berhenti, yang jelas hujan ini turun dari sepuluh menit yang lalu.

Di koridor sekolah, bukan hanya mereka berdua yang terjebak hujan. Ada banyak sekali anak SMA Brisma yang masih di sekolah karena tak berani menerobos hujan. Mungkin mereka bukan takut karena air hujan, melainkan takut dengan suara petir yang gaduh dan kilat yang saling menyambar. Ditambah dengan angin yang berembus membuat cipratan air hujan ke mana-mana.

“Dimas, emang nggak bisa pulang sekarang aja, ya?” cicit Renjana karena menggogoh kedinginan. Dia menoleh, kemudian mendongak ke arah Dimas.

Dimas sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap Renjana. “Nggak, Ren. Ini hujannya gede banget. Bahaya,” tolak Dimas. Membuat Renjana menekuk wajahnya.

“Terus gimana? Gue nggak mau di sekolah terus sampe hujannya berhenti. Konyol tau, nggak?” Renjana mencebikkan bibirnya.

Dimas tersenyum tipis, kemudian merangkul Renjana. Cowok itu membawa Renjana dalam pelukannya. “Gue juga nggak mau di sekolahan, sih. Tapi—“

“Tipi dimi kimi aki rili di sikilih.” Renjana melepaskan diri dari pelukan itu, dia menatap Dimas konyol. Ucapan tadi adalah ucapan yang dia pelesetkan kata-katanya. Seharusnya dia mengucapkan ‘Tapi demi kamu aku rela di sekolah.’. Iya, dia menyambung kata Dimas. Entahlah hari ini Dimas lumayan bucin kepadanya. Kira-kira apa yang terjadi kemarin sampai cowok ini seperti sekarang?

Dimas mengembuskan napasnya dan merasakan aura dingin semakin menyelimuti tubuhnya. “Jangan gitu, gue nggak suka. Terlalu—“

Renjana mencubit gemas pipi Dimas yang kembali memerah. Hal itu membuat Dimas menutup bibirnya seketika.

“Dim, lo kenapa hari ini beda banget, sih? Kenapa elo begini? Gue jadi pengen lo terus-terusan kayak gini...gugupnya langsung keliatan,” kekeh Renjana.

“Eh—“

“ANJIR! GUE KALAH! GARA-GARA ANGGI MAENNYA NOOB!” Suara keras yang ditimbulkan Rifky membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahnya. Juga membuat suasana semakin hening. Rifky melirik ke sekeliling sejenak, kemudian kembali fokus menatap layar ponselnya.

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang