Part 34 | Say Sorry

16 4 0
                                    

Haiihai! Apa kabar kalian?? Sehat semuanya kan??

Jam berapa kalian baca part ini?
Deg-degan ngga pas mau baca part ini?
Satu kata sebelum baca partnya??

—Happy reading!—

***

PART 34 | SAY SORRY

“Karena, kalo kita tetep deket kayak sekarang, dua orang bakal terus tersakiti walaupun secara nggak langsung.”

—Renjana Malania

***

PERLAHAN Rizano melangkah masuk ke ruangan BK, setelah menemui Renjana tadi. Jujur saja, dia berbohong kepada Renjana. Dia tak ada buku pinjaman di perpustakaan yang harus segera dia kembalikan. Dia ingin ke ruangan BK, untuk konsultasi masalah pribadinya dengan guru BK. Rizano benar-benar berharap mendapatkan hasil konsultasi yang baik.

Rizano merasa dirinya membutuhkan satu orang yang dewasa, yang bisa memahami situasinya saat ini. Dia membutuhkannya untuk membuatnya bisa berdamai dengan masalah yang ada.

“Permisi, pak,” sapa Rizano ketika melihat Pak Ali, guru yang kemarin menangani masalahnya.

“Iya, ada apa kamu ke sini?” tanya Pak Ali sambil melihat Rizano yang mulai duduk di hadapannya.

“Guru BK kelas sebelasnya ada, pak?” tanya Rizano. Pak Ali bukanlah guru BK, dia guru mata pelajaran yang super killer dan kekinian. Dia membantu hal-hal yang berhubungan dengan kesiswaan.

“Bu Aininya lagi keluar sebentar, nak. Memangnya ada apa?” Pak Ali mengernyitkan dahinya.

Rizano tersenyum kaku. “Saya mau konsultasi masalah saya, pak,” kata Rizano.

Pak Ali mengangkat kedua alisnya sejenak. “Masalah kamu? Ini masih berkaitan sama masalah kemarin? Lagian masalah kemarin, kan, udah selesai. Magma juga terbukti salah, Rizano, dia mukul kamu begitu aja.”

Rizano menghela napasnya. Kemarin saat klarifikasi masalah, tidak dia beberkan asal mulanya. Bahkan Magma enggan membeberkan semuanya. Masalahnya terlalu kompleks untuk dibeberkan.

“Kenapa kalian berdua berantem di gudang sekolah, hah?! Lo kira bapak nggak tau semuanya?! Bapak tau semuanya pas cek cctv sekolah! Kenapa? Kenapa harus pake cara be—“

“Saya kesel aja sama kelakuan dia, pak. Itu aja,” potong Magma sambil melirik Rizano tajam.

“Sesimpel itu alesannya sampai kamu berantem sama Rizano?! Bodoh kamu! Kamu emang nyari sensasi mulu, ya? Bisa, nggak, stop cari masalah di sekolah ini, Magma?!”

“Dan kamu, Rizano, kenapa kamu dateng ke gudang? Bapak nggak ngerti, deh. Pasti ini semua kalian renca—“

“Magma yang mancing saya ke situ, pak.”

Setelah terdiam selama beberapa saat, Rizano menghela napasnya. “Maaf, pak, tapi...di rumah saya kondisinya nggak gitu,” balasnya pelan.

Pak Ali mengernyit kebingungan. “Maksud kamu?”

“Saya tetep disalahin sama orang tua saya karena udah berantem sama Magma, semalem...saya dipukulin sama papa saya,” sahutnya bergetar. Membuat Pak Ali menatapnya nanar.

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang