Part 48 | Coklat dan luka

12 3 0
                                    

Haiii para pembaca Never Be Us! Aku punya kabar baik buat kalian:)

Naskah ini udah selesai draftnya sampe tamat dan bakal aku up setiap hari biar kalian ngga kelamaan nunggunya yaa👀

Kalo ada typo komen yaa di bagian mana:)

—Happy reading!—

***

PART 48 | COKLAT DAN LUKA

“Katanya, coklat itu bisa ngebuat orang senyum lagi. Tapi, gue rasa itu nggak terjadi sama lo. Jadi, gue ngasih kalung liontin kucing.”

—Marsel Angkasa Nugraha

***

BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN, Dimas dan Renjana masih saling menjauh satu sama lain. Tak ada niat untuk bertegur sapa, apalagi berinteraksi. Sejak fakta itu terungkap, di antara mereka berdua seolah-olah ada dinding pembatas tak kasat mata. Banyak luka yang memupuk di hati Renjana tanpa diketahui siapapun sampai sejauh ini.

Renjana menghela napasnya pelan. Dia membuang bungkus es tehnya ke tong sampah di dekatnya. Namun tanpa disengaja maniknya melihat Dimas mengambil topinya dari tangan Alin. Keberadaan keduanya tak jauh dari ruangan kelas Renjana.

Dimas meraih topi yang tadi dipinjamkan ke Alin. Sementara tangan lainnya memegang coklat.

Renjana tersenyum getir. Pasti Dimas akan memberikan coklat itu kepada Alin. Iya, sekarang hari valentine, tanggal 14 Februari 2022.

“Makasih, loh, Dim.” Alin tersenyum.

“Lain kali bawa topi. Jangan nyusahin orang.”

Alin mengerucutkan bibirnya. “Kenapa lo selalu anggep gue nyusahin? Gue cuman mau lo perhatian sama gue.”

“Pergi.”

“Lagian hidup lo itu jomblo, nggak punya pacar, Dim. Jadi nggak ada salahnya juga lo terus-terusan ngasih perhatian ke gue 'kan? Gue nggak keberatan kalo lo—“

“Lo nggak keberatan, tapi gue keberatan,” tandas Dimas memotong ucapan Alin dengan bersungut-sungut.

“AHAHA, MAMPUS!”

“Anjir.” Refleks, Renjana menatap tajam ke arah Shinta. Entah sejak kapan temannya itu muncul, namun yang jelas suara tertawanya yang menggelegar membuat jantungnya nyaris copot.

“Kenapa? Kaget?” kekeh Shinta tak berdosa.

“Ih, lo kenapa demen ngagetin orang, sih?” gerutu Renjana pelan.

Shinta menghela napasnya pelan. “Lagian lo ngapain ngeliatin mereka terus, sih? Ini udah terhitung kurang lebih dua sampai tiga minggu lo ngeliatin mereka.”

“Gu—“

“Oh, jadi nguping pembicaraan gue sama Dimas, ya?”

Renjana menegukkan salivanya. Dia mengalihkan atensinya dan melihat Alin melipat kedua tangan di depan dadanya. Lagi-lagi sesuatu yang tidak terduga hadir di depan matanya, setelah Shinta.

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang