Part 20 | Never give up

25 3 28
                                    

Hai! Siapa yang nungguin cerita ini update?? Akhirnya aku bisa update lagi, hehe:)

Penasaran nggak sama part kali ini??🤔 Yang pastinya, part ini bakal seru banget 😎

Satu kata sebelum baca part ini??
Kalian baca part ini jam berapa??

—Happy reading!—

***

PART 20 | NEVER GIVE UP

“Dimas, kalo suatu saat nanti Renjana nyerah, gimana? Reaksi Dimas kayak apa?”

—Renjana Malania

***

LANGKAHNYA terhenti di depan wastafel toilet perempuan. Alin mulai terisak dalam, diikuti dengan air matanya yang mengalir deras. Wajahnya memerah.  Rasa sesak mewakili perasaannya saat ini, hancur.

“Kenapa? Kenapa Renjana terus? Bosen gue. Gue emang nggak mau dia bahagia, karena dia pernah rebut kebahagiaan gue. Nggak adil rasanya, kalo kayak gini caranya,” lirihnya bergetar. Memandang dirinya di kaca wastafel.

“Gue emang biang onar, biang masalah, pelakor. Tapi nggak ada satu pun dari mereka yang tau, kenapa gue kayak gitu. Gue ... Gue cuman mau punya temen, nggak mau kehilangan lagi. Itu aja. Kenapa Tuhan nggak kabulin doa gue?” pahitnya.

“Harusnya, gue nggak pernah berharap, kalau bakal ada satu orang yang ngerti situasi gue. Impossible,” seraknya sambil menyeka air matanya sejenak. Isak tangisnya perlahan mereda.

“Dimas, lo cuman bisa bikin gue sakit hati. Liat aja, gue bakal bales perbuatan lo nanti!” kesalnya sambil mengembuskan napas bergetar.

***

“Ren, mau gue anterin pulang?”

Suara Dimas menarik kesadaran Renjana kembali. Lamunan gadis itu buyar dan mengerjap kaget ke arah Dimas.

“Eh?” Renjana menegukkan salivanya, ketika Dimas mulai duduk di bangku kosongnya.

“Lo mikirin apa, hm? Ngelamun, kan, tadi?” Dimas mulai menatap Renjana intens. Membuat Renjana mematung sejenak.

“Hah? Ngelamun? Nggak. Lo—“

“Serius nggak?” potong Dimas cepat sembari bangkit berdiri. Membuat Renjana ikut bangkit berdiri sambil memakai tas punggungnya.

Renjana menggigiti bibir bawahnya. Terhitung sepuluh menit sejak bel pulang, dia memang masih diam di kelas. Memikirkan Rizano, yang sekarang entah di mana dan keadaannya bagaimana. Renjana ... Cukup cemas. Tetapi, dia masih terngiang-ngiang ucapan Rizano tadi.

Dimas berbalik. “Bilang, mikirin apa lo?” tanya Dimas datar. Membuat jantung Renjana berdebar.

“Ng—nggak, gue nggak mikirin apa-apa, Dimas. Perasaan lo aja, kali,” sanggah Renjana sembari memalingkan wajahnya sejenak.

Dimas menghela napasnya. Langkahnya mendekat ke arah Renjana. Dia mulai mengusap kepala gadis itu pelan. “Yakin? Lo nggak bisa bohong di depan gue, Ren. Raut wajah lo, bahkan tatapan lo, keliatan banget lo lagi mikirin sesuatu. Mikirin apa, sih, hm? Nggak bilang, gue kunciin di kelas, gue matiin lampunya. Biar laba-laba, kecoak, dan kawan-kawan nyamperin lo.”

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang