Part 23 | Rasa sesak yang dalam

27 4 39
                                    

Haii! Gimana kabarnyaa?? Ada yang lagi nungguin cerita ini update?

Siap buat baca part inii?
Jam berapa kalian baca part ini??
Satu emoji sebelum baca part ini??

—Happy reading—

***

PART 23 | RASA SESAK YANG DALAM

“Kalo seandainya aja kamu seenggaknya jelasin secara nggak langsung, aku bisa maafin kamu. Tapi sekarang, kamu kesannya kayak kabur dari kesalahpahaman yang ada. Ini juga salah aku, deket sama orang yang salah.”

—Renjana Malania

***

“Sini, lo!” Dimas menarik tangan Alin kasar dari lorong loker. Membawa gadis itu ke rooftop sekolah saat jam istirahat. Alin yang tercengang hanya bisa terdiam. Mengikuti selangkah demi selangkah, meski ketakutan menjalar di tubuhnya.

Dimas menghempas kasar tangan Alin, ketika mereka sampai di rooftop sekolah. Menatap Alin benci. “Gue harus bilang apa lagi ke lo, biar nggak gangguin Renjana?” tanya Dimas dalam, namun pelan.

Alin terdiam—menatap sorot kemarahan itu. “Gue—”

“GUE BENCI SAMA LO! LO SELALU BERTINDAK SEMAU LO, MENTANG-MENTANG LO SEPUPU GUE!” Dimas melampiaskan amarahnya ke Alin. Membuat gadis itu semakin bergetar ketakutan. Emosi dan rasa sesak di dalam hati Alin membuat gadis itu mulai terisak pelan. “Lo jangan pikir, kalo gue pikirin lo terus! Jangan pernah pikir juga, kalo gue bakalan selalu ada di pihak lo! Impossible!” lanjut Dimas menohok.

Alin menatap Dimas berkaca-kaca. “Gue cuman mau bahagia. Itu aja. Kenapa lo nggak pernah ngerti kebahagiaan yang gue maksud?! Gue nyaman sama lo, gue bahagia sama lo, bahkan? Gue suka sama lo,” isak Alin.

“KEBAHAGIAAN LO BIKIN ORANG MENDERITA!” sanggah Dimas cepat. Membuat air mata Alin semakin deras.

“Lo liat, akibat ulah lo. Gue capek nyadarin lo dari perilaku buruk yang ada di otak lo. Lo emang cewek nggak bener, ya? Masuk rumah sakit jiwa aja sekalian!” tohoknya.

Alin memejamkan matanya sejenak. Menikmati embusan angina siang yang cukup membuatnya menghela napasnya, walaupun bergetar. Dia kembali membuka matanya.

“Gue nggak akan kayak gini, kalo gue nggak punya ketakutan buat kehilangan semuanya, Dim. Gue cuman nggak mau cowok yang gue suka pergi kayak nyokap sama bokap gue,” lirihnya.

Dimas mengacak rambutnya sendiri frustrasi. “Tapi gue nggak suka sama lo! Dan lo sadar, kita sepupuan. Jangan berpikiran sempit! Banyak cowok lain yang jauh lebih baik dari gue, kenapa harus gue?!” bentak Dimas dengan napas yang semakin menderu. Sementara Alin semakin takut dibuatnya.

“Lo udah childish, ngerepotin orang, bikin orang menderita! Lo nggak bisa ngebuat orang lain ngerasain apa yang lo rasain! Hidup lo, terlalu suram buat dirasain sama orang lain, termasuk gue!” lanjut Dimas. Keringat semakin mengucur deras di wajahnya, punggung pria itu hampir basah semua karena kerimgatnya.

Plak.

Alin menyeka air matanya sejenak. Sementara Dimas mematung, tetapi tatapannya masih setajam burung elang. “KAMU GAK PAHAM PERASAAN AKU!”

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang