Haii semuanya!! Apa kabar??
Hari ini akhirnya aku bisa up ceritanya dan nggak kemaleman:)
Btw, di daerah kalian hujan nggak?? Di daerah author hujan nih, jadi dingin-dingin gimana gitu 🙃
—Happy reading!—
Jangan lupa vote, komen, dan share ceritanya ke temen-temen kalian, yaa!!:)***
PART 43 | GARA-GARA PERHATIAN
“Kalo gue zombi, udah gue makan lo! Geregetan gue sama lo, ya?! Bisa-bisanya lo mikir gitu?”
—Renjana Malania
***
AIR MATA Renjana terus mengalir, tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Sejak dia mengetahui bahwa orang yang dia sayangi mengalami kecelakaan, cewek itu terkejut dan dadanya terasa sesak. Semaksimal apapun Renjana berusaha mengambil oksigen, rasa sesak itu masih ada dan mendorongnya untuk menangis.
Di sinilah Renjana sekarang, di Rumah Sakit Cipta Peduli. Renjana terduduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Badannya gemetar dengan suara isakannya yang tak kunjung reda.
“Ren, udah nangisnya. Gue yakin dia nggak papa,” ucap cowok di sebelahnya yang tak lain adalah Dimas.
“Baik-baik aja gimana, Dimas? Tadi aja....” Renjana menjeda ucapannya untuk menarik napas dalam-dalam. “Darahnya banyak. Marsel juga pingsan,” lanjutnya dengan air mata yang luruh.
Dimas merangkul Renjana, menarik cewek itu dalam pelukannya. “Chill, Ren. Dia pasti kuat. Darah yang banyak itu keluar dari lututnya, bukan dari kepalanya—“
“T—tapi tadi jidatnya berdarah,” lirih Renjana parau. Dia menjauhkan kedua tangan dari wajah, kemudian mendongak sejenak.
“Ren, kita tunggu kabar dari dokter, ya. Gue yakin Marsel nggak apa-apa.” Dimas tersenyum sekilas, berusaha menyalurkan energi positif kepada Renjana. Dimas melepaskan pelukannya, begitu juga dengan Renjana yang melepaskan diri dari pelukan Dimas. Tetapi, Dimas melihat Renjana masih menatapnya teduh.
Perlahan, Renjana menahan napasnya ketika Dimas mengusap air mata di wajahnya. Entahlah, meski dalam kondisi seperti ini jantungnya berpacu cepat.
“Udah ya nangisnya. Nanti lo bisa sakit kalo nangis terus,” kata Dimas.
Renjana mengangguk lemah. Netra hitamnya masih menatap Dimas teduh. “Dimas, tadi Renjana kira yang kecelakaan Dimas. Soalnya...Dimas tadi mau ambil dompet. Mobilnya 'kan di seberang,” terang Renjana, mengutarakan rasa khawatirnya.
Dimas tersenyum tipis. “Lo khawatir sama gue sampe segitunya?”
Renjana mengangkat alisnya, kemudian mengangguk.
“Sampe dikejar penjual Boba, gara-gara dikira lo kabur dan nggak mau bayar?” goda Dimas melanjutkan ucapannya, membuat Renjana mencubit pelan tangannya.
“Dimas, ih! Nggak lucu!” Renjana melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu membuang mukanya dari Dimas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Us [TAMAT]
Fiksi Remaja••Sequel atau bagian kedua dari Novel Lost My Euphoria. Disarankan membaca Novel Lost My Euphoria, jika ingin tahu detailnya•• *** #6 Alaskar *** ❗TAMAT ❗ *** "Faktanya, kita emang nggak pernah ditakdirin buat bersatu." *** Renjana Malania, gadis ma...