Part 36 | I'm Fine

15 4 0
                                    

Halo! Siapa yang lagi nungguin cerita ini update lagii?

Satu kata sebelum baca part ini?
Kalian jam berapa pas baca part ini?
Siap deg-degan di part ini?
Siap nyesek di part ini??

••Happy reading••

***

PART 36 | I’M FINE

“Ini emang jalan terbaiknya. Gue sama lo nggak usah ada interaksi sedetail dulu, supaya orang yang masih bertahan buat kita nggak sakit hati. I’m fine, Jan, walaupun nyesek rasanya.”

—Renjana Malania

***

GADIS itu masih melangkahkan kakinya cepat dengan mengeluarkan air mata dari kedua kelopak matanya tanpa henti. Suara petir bergemuruh dan langit terlihat semakin gelap. Hujan deras langsung turun dari langit. Gadis itu tetap melangkah, tak peduli dengan keadaannya yang mulai basah kuyup. Hingga akhirnya gadis itu menggogoh dan memutuskan berhenti sejenak di dekat warung kopi.

Gadis itu berusaha menghangatkan dirinya sendiri dengan menggosok kedua telapak tangannya. Namun tetap saja badannya menggogoh karena udara dingin yang menyelimutinya. Dia masih mengalirkan air matanya dengan isakan pelan. Membuat pemilik warung kopi itu menatapnya nanar sekejap.

“Neng, mau saya bikinin teh anget dulu, nggak? Kesian enengnya kedinginan.” Suara pria paruh baya yang tak lain pemilik warung ini membuat Renjana menoleh. Gadis itu tersenyum tipis.

“Ng—nggak usah, Pak. Saya nggak ada uang. Sa—saya udah nggak kedinginan juga,” kata Renjana bergetar sembari bergidik kedinginan sejenak.

“Nggak usah bayar, Neng. Saya dan suami saya ngasih teh anget ke kamu gratis. Sini, yuk. Jangan di deket pinggir situ, banyak petir. Emangnya kamu nggak takut?” Si ibu pemilik warung ini mulai mendekat ke arah Renjana. Membuat Renjana mengangguk pelan sembari menuju kursi panjang di warung ini.

“Sebentar, ya, Neng. Ibu bikinin teh angetnya dulu,” ucapnya yang membuat Renjana mengangguk pelan.

“Maaf, ya, Bu, kalo saya ngerepotin,” canggung Renjana dengan nada bergetar karena kedinginan.

“Nggak papa, sebentar, ya,” sahut ibu warung yang membuat Renjana mengangguk pelan.

Renjana terdiam sejenak. Menatap kosong ke arah jalanan yang dilalui kendaraan roda empat dan juga kendaraan roda dua. Jalanan masih ramai meski hujan terlihat sangat deras. Beberapa genangan air tercipta di cekungan jalan yang rusak.

Renjana mengembuskan napasnya bergetar. Dia mengelap air mata yang tersisa di wajahnya dengan punggung tangan kanannya. Air matanya tidak lagi mengalir, namun entah mengapa rasa sesaknya masih ada.

Gue...gue sakit banget ngejauhin elo, Jan. Tapi ini demi kebaikan kita, Jan, batin Renjana.

Gemuruh petir kembali terdengar, setelah kilatan petir terlihat. Renjana menegukkan salivanya takut. Jantungnya berdetak kencang. Keringat dingin bercucuran di keningnya.

Tiba-tiba saja ponselnya bergetar singkat, menandakan ada notifikasi masuk ke ponselnya. Renjana mengambil ponselnya karena penasaran notifikasi apa yang masuk ke ponselnya.

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang