Prolog

351 19 15
                                    

Haiii! Aku balik lagi, nih, bawain cerita baru ✨ cerita ini lanjutan / Sequel/ bagian kedua dari Novel Lost My Euphoria😎

Siap baca cerita aku lagi?? Hari ini, aku update part satu & prolog✨

Selamat membaca!

***

PROLOG

"Renjana! Lo ngapain, sih, nabrak-nabrak gue?! Mau nyari masalah sama gue?!!"

SUARA cempreng Alin Maheswara menggema di koridor sekolah. Membuat beberapa orang yang melewatinya, menutup telinganya masing-masing. Semua ini berawal dari tabrakan yang tidak disengaja dari arah yang berlawanan.

"Lah? Kok gue, sih, yang disalahin? Lo, tuh, jalan sambil main ponsel. Makanya kalo jalan itu pake kaki sama mata, Lin!" sahut Renjana Malania dengan sedikit penekanan. Membuat Alin mendengkus seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya.

"Ya, gue tau, Renjana! Gue jalan emang sambil main ponsel! Tapi bisa, kan, lo nggak usah sengaja nabrak gue?!" Alin menatap Renjana tajam. Napasnya mulai menderu saat ini.

Renjana tersenyum kecut. "Lo yang nabrak gue, Lin. Bukan gue! Lo kenapa jadi nyalahin gue terus, sih?" tanya Renjana dengan sedikit penekanan.

"Ta-"

"Lo yang nyari masalah sama gue, Lin. Mau buat drama apalagi, sih, hah? Mau buat drama kayak dulu lagi, biar dibelain Dimas, iya?!" Renjana melotot tajam ke arah Alin. Membuat gadis itu memalingkan wajahnya sejenak.

"Ada apaan ini?" Suara berat yang familier di telinga Renjana, membuat gadis itu menoleh ke belakang. Alin juga menoleh ke arah sumber suara. Tatapan keduanya terkejut. Renjana menegukkan salivanya, saat Dimas semakin menatapnya menyelidik.

Alin menghela napasnya pendek. "Sayang, dia, tuh, nabrak gue. Dia sengaja banget nabrak gue," kata Alin. Membuat Renjana menoleh ke arahnya kembali.

"Hah?! Apaan lo bilang? Gue nggak nabrak lo, ya, Lin! Lo yang main ponsel sambil jalan, terus nggak fokus apa yang ada di depan lo! Lo yang nabrak gue!!" pekik Renjana menyahuti perkataan Alin.

Dimas mengembuskan napasnya pendek. "Yaudah, nggak usah dipikirin, Lin. Cabut aja, ya? Gue anterin ke kelas lo-Sebelas mipa delapan," ujar Dimas seraya mendekat ke arah Alin. Membuat gadis itu tersenyum tipis.

"Yaudah, ayo."

Renjana mendengkus. Gadis itu mulai melipat kedua tangannya di depan dadanya. Pagi-pagi seperti ini, dia sudah dihadapkan oleh dua hal, yakni emosi dan cemburu. "Dasar caper," cibir Renjana pelan.

***

Gimana prolognya? Penasaran sama part satunya? Yuk, langsung lanjut bacanya!

Jangan lupa vote & komen, yaa! Makasih buat yang udah support aku dan ceritanya ✨

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang